Part 23 : Bukan pelit

425 31 1
                                    


Andryan tak percaya jika Mala akan mengajak satu keluarganya ke pantai, ia yakin Mala tak memiliki uang tabungan di karena dia sangat boros. Apalagi mengetahui fakta bahwa Mala membayar stand kelasnya seharga 500rb uang saku yang Ayahnya beri hanyalah 100rb untuk satu hari.

"Lo punya uang emang?' Tanya Andryan.

"Punya, abis mecahin celengan lo!" Jawab Mala langsung masuk ke kamarnya dan menutup pintu kemudian ia mengunci dengan cepat supaya Andryan tidak bisa masuk.

"Mala!!!" Andryan langsung mengejar Mala dan mendobrak² pintu kamar Mala.

Sang Ayah dan Bunda langsung turun ke bawah mendengar ada yang ribut-ribut. "Ada apa sih Yah?"

"Gak tau, palingan Mala sama Andryan berantem."

"Mala woy, itu uang gue buat beli motor!" Teriak Andryan dari luar kamar Mala.

"Gue cuma minta dikit, 1 celengan doang kan lo punya 8 celengan. Gak boleh pelit!!!" Ucap Mala berteriak.

"Lagian lo tuh ya maka nya jadi anak jangan boros-boros jajan seperlunya."

Lian dan Voke pun mencoba melerai mereka berdua.

"Ada apa sih?" Tanya bunda Voke. "Ini loh bunda masa celengan aku di pecahin sama mala buat traktir kita semua pergi liburan ke pantai. Bund masalahnya itu kan uang aku buat beli motor!" Keluh dan protes Andryan pada Bunda Voke.

"Lagian kamu katanya punya banyak celengan?" Tanya Ayah Lian.

"Yah, aku tuh punya celengan biar bisa belu motor, kan katanya aku boleh beli motor pas kelas 3. Dan ayah cuma ngasih budget 100 juta terus motor aku tuh mau nya kayak Rakha. Pasti kurang 20 jutaan Ayah." Omel Andryan pada Ayahnya.

"Mala kasihin uang kakak kamu, kasian dia nanti mau beli motor. Kalo kamu mau liburan kan bisa bilang ke Ayah sama bunda, jangan takut buat ngerepotin ayah sama bunda. Lagian kamu di kasih 100rb perhari bukan berarti Ayah gak punya uang. Ayah justru pengen kamu belajar berhemat dengan uang segitu tapi kamu belum bisa." Lian menasehati Mala agar dia mengembalikan apa yang bukan miliknya.

Lian dan Voke memang bukanlah keluarga kaya raya seperti Rama orang tua Rakha tapi ia juga memiliki gaji cukup besar yaity perbulan 40 juta. Ia tidak ingin anaknya boros maka nya dia menerapkan 1 anak sebulan 3 juta. Ia juga memiliki rumah yang tidak terlalu besar namun nyaman untuknya.

Maka dari itu pengeluaran Lian untuk rumah sendiri hanya 3 juta perbulan, untuk dapur ia juga beri 5 juta dan untuk Voke ia berikan 5 juta juga dan untuk dirinya ia hanya memberikan 4 juta sisanya untuk nabung, Voke hanya di rumah dan mengerjakan semua nya sendiri jadi Lian masih bisa berhemat karena tidak ada Art.

Lian merincikan itu di depan Mala dan Andryan. Mereka pun mengerti bahwa sang Ayah bukan lah kere dan pelit melainkan ingin berhemat dikarenakan uang itu untuk masa depan Mala dan Andryan.

"Makasih ya Yah, Mala sayang banget sama Ayah. Mala ngerti sekarang Yah." Mala pun memeluk Lian kemudian disusul Voke dan Andryan. Mereka beepelukan dengan penuh kebahagian dan di masanya yang dulu Mala tidak menemukan kebahagian ini.

"Hal yang mungkin bisa membuatmu belajar, yaitu kenangan, kesedihan hati, dan kegagalan. Kembalinya aku ke masalalu ternyata membuat aku semakin mengerti arti semuanya."  Dalam hati Mala.

Mala mengingat sesuatu, yaitu fakta Andryan belum mandi. "Kakak, lo tuh yaa bener-bener ngapain meluk kita? Lo belum mandi!" Teriak Mala.

Akhirnya Mala dan keluarga sudah tiba di pantai favorit keluarga mereka, mereka hanya membawa makanan sederhana, hanya masakan bunda Voke yang mereka bawa dan sedikit cemal cemil serta buah-buahan untuk pencuci mulut.

Mereka pun bergegas memasang apa yang mereka perlu kan untuk piknik, setelah selesai memasang perlengkapan piknik untuk di dirikan, Mala dan keluarganya duduk menikmati keindahan pantai.

Mala membawa Ayahnya untuk duduk ke tepi pantai yang dekat dengan air laut. Ia hanya ingin berbincang berdua untuk yang terakhir kali, karena ia yakin besok atau kapan dia akan kembali ke masa yang sebenarnya dia ada.

"Ayah?"

"Hem?"

"Mala gak nyangka bisa duduk bareng Ayah kayak gini. Dulu Mala gak pernah pernah mau duduk berdua sama Ayah yang pelit." Cerita Mala pada Ayahnya.

"Mala Ayah gak pelit tapi...

"Mala tau Ayah, Mala sekarang tau betapa sayangnya Ayah sama Mala. Sampe-sampe Ayah gak ada pun, Ayah masih ngasih Mala sesuatu yang buat Mala bahagia." Ucapan Mala membuat Ayah Lian bingung.

"Kamu nyumpahin Ayah mati La?" Tanya Ayah Lian sedikit marah.

"Ihh enggak... maksudnya gimana yaa, maksudnya tadi kan Ayah jelasin ke aku kalo Ayah ada tabungan buat masa drpan aku nanti, nah berarti Ayah udah ada planning kan sebelum Ayah meninggalnya. Jangan emosi dulu napa!"

"Ya kirain kamu nyumpahin ayah mati."

"Ayah, Mala gak mungkin nyumpahin Ayah mati, Mala justru selalu berdoa semoga Ayah panjang umur, biar bunda, Mala dan kak Andryan gak sedih. Bunda, Mala kak Andryan sayang banget sama Ayah." Mala tiba² meneteskan air matanya.

"Ayah, suatu saat Ayah ngerti kenapa Mala begini?"

Ucapan terakhir Mala membuat Ayahnya kembali mengingat buku diary milik Mala yang tidak sengaja ia baca. "Mala?"

"Hem?"

"Kematian, Perjalanan waktu, Hari yang ajaib. Kamu gak lagi perjalanan waktu kan La?" Tanya Ayah Lian penasaran.

Mala terkejut tidak menyangka jika Ayahnya membaca buku diary dirinya, dan bahkan bisa menyangkutkan semua yang Mala ungkapkan dengan apa yang ia lihat di buku diary milik Mala.

"A..a...ay...ayah tau dari mana?"

"Jawab jujur La?" Tanya Lian.

Bersambung...

Go Back Or Not BackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang