Part 3 : Kembali ke masalalu

1.1K 62 0
                                    

...

Rakha hanya bisa mendengar sesekali mengelus rambutnya, namun entah apa yang Rakha rasakan, harusnya dia bahagia bukan sedih atas pulihnya trauma Mala.

"Kenapa wajah lo sedih sih Rakh?" Tanya Mala penasaran. "Gue sebenernya seneng lo bisa kembali pulih La, tapi disisi lain gue juga sedih. Gue sedih karena gue bukan alasan utama lo buat kembali pulih."

"Kalo aja waktu bisa gue balikin La, gue pengennya mendingan gue yang sekarang di posisi Arie, mungkin lo gak akan trauma kayak gini. Mungkin lo lebih bahagia, gue rasa gue gak ada artinya ya La buat lo, tapi gapapa liat lo pulih aja gue udah seneng." Ujarnya kembali membuat Mala justru merasa bersalah.

Memang benar yang di katakan Rakha dirinya pulih bukan karena memikirkan Rakha tapi ia juga menyangkal jika Rakha tidak penting baginya.

"Rakha, lo tuh penting buat gue, lo berarti kok buat gue Kha!" Tegas Mala pada Rakha seolah olah menyakinkan bahwa Rakha benar-benar bagian terpenting dalam hidupnya.

"Harusnya lo jadi sahabat gue support gue dong Rakha, gue baru banget mau belajar bangkit lagi. Tapi lo marah² sama gue? Lo gak sadar gue kesini buat siapa? Buat lo?" Mala menjelaskan semuanya tanpa rasa bersalah kepada Rakha.

Rakha menarik tangan Mala lalu menyuruh Mala keluar dari kamarnya.

"Gak habis pikir gue sama lo sekarang La, gue kira lo kesini mau kangen²an sama gue, cerita soal kesendirian lo, cerita lo bangkit karena gue tapi lo cuma cerita tentang lo yang di bangkitkan sama temen² lo dan temen² Arie sedangkan gue? Gue gak ada di bagian cerita lo padahal lo tau kan kalo gue setiap hari ke rumah lo bujuk lo biar bangkit lagi. Gila ya La segitunya gue sama lo?"

Mala akhirnya menyadari semua yang dikatakan Rakha, Mala merasa bersalah sekarang harusnya ia memeluk Rakha benar-benar karena dia merindukan sosok Rakha bukan hanya merindukan orang yang bisa mendengarkannya.

Mala bingung, apa yang harus ia lakukan kali ini, dirinya tidak pernah melihat Rakha semarah ini padanya, Rakha yang Mala kenal tidak akan berani membentaknya, Rakha yang Mala kenal tidak pernah mengusirnya pergi.

"Rakha...

"Gue minta lo pulang La, buat apa lo kesini?" Teriak Rakha dari balik pintu kamarnya.

Hari berganti hari, Rakha semakin sibuk dengan perkuliahannya sekarang, dia ingin sekali mendapat beasiswa ke Jepang melanjutkan S2nya disana.

Berbanding terbalik dengan Mala, Mala justru tidak terkontrol. Kini Mala suka bermain-bermain larut malam dan parahnya lagi dia masuk dalam geng anak nakal di sekolahnya.

Mala semakin kacau setelah pertengkarannya dengan Rakha, hari yang Mala lalui tanpa Rakha jauh lebih sulit. Sulit untuk banyak hal, terlebih lagi soal matematika.

Saat Mala sedang duduk di halte bus Rakha menghampirinya. "Hai?!"

"Rakha?!"

"Apa kabar?" Tanya Rakha.

"Gak usah kaku gitu ih! Gue gak suka!" Protesnya.

"Sorry tapi gue mau ngasihin kado ini, ini bukan buat gue kan, ini buat Arie kan La? La mulai sekarang kita gak boleh saling kenal!" Rakha melemparkan kado tersebut dengan kasar, ia masih marah dan emosi kepada Mala, tapi disisi lain Rakha sendiri cemas dan khawatir jika Mala justru terluka.

Langkah kakinya melangkah begitu cepat, dia tidak ingin melihat Mala nya menangis. Dia tidak sanggup untuk itu, ada rasa kecewa tetapi ada rasa bersalah juga. Rakha berhenti melangkah saat dirinya berada di tepi sungai.

"La... gue suka sama lo... gue cinta sama lo... tapi buat apa gue ada di deket lo kalo gue segak penting itu buat lo! Kalo aja waktu bisa gue puter ulang, gue pengen kembali ke masalalu La. Masa lalu saat Arie masih ada, setidaknya lo juga masih liat gue La." Ucap Rakha sambil menangis membungkukan kepalanya.

Disisi lain Mala juga terluka, dia terluka karena ulahnya dan karena kejadian hari ini. Mala menangis membuka kado yang di jatuhkan oleh Rakha, dan kali ini Mala sudah benar-benar kecewa pada sahabatnya itu. Dia bersumpah, jika hari ini dia sangat ingin kembali ke masalalu dan ingin mengubah takdirnya kembali agar dapat bertemu dengan Arie.

"Gue mau balik ke masalalu boleh gak sih tuhan?!" Pinta Mala berteriak sampai semua yang sedang berlalu lalang menatapnya dengan tatapan aneh.

...

Mala membuka matanya samar-samar, ia terbangun di karena ada suara yang memanggilnya untuk bangun. "Mala... La... bangun sayang... anak ayah emang pelor banget kalo tidur." Katanya sambil mengelus kepala putrinya.

Mala langsung terkejut saat penglihatannya sudah mulai jelas, Mala tak percaya jika yang ada di hadapannya sekarang adalah sang Ayah. "Ayah?" Mala langsung memeluk Ayahnya saat itu juga dengan erat. Ia yakin bahwa ini semua adalah bunga tidurnya, untuk itu Mala langsung saja memeluk Ayahnya.

Ayah Mala yang bernama Lian, terheran-heran dengan kelakuan anaknya. Biasanya di pagi hari ia dan Mala akan berkelahi karena Mala yang susah di bangunkan dan Ayahnya paling tidak sabaran. "Ayah, maafin Mala ya Yah, harusnya Mala...

"Ngomong apa sih kamu heh?" Tanya Ayahnya curiga.

Mala tetap memeluk ayahnya lalu menangis. "Ayah huhu... Ayah maafin Mala Ayah, Mala janji gak akan pernah bangun siang lagi, Mala janji gak akan nakal lagi Ayah. Ayah, Mala kangen sama Ayah." Ucapnya sambil tersenduh senduh.

Lian di buat pusing oleh tingkah laku anaknya yang aneh ini, mengapa tiba-tiba sekali Mala mendadak aneh, mendadak memeluknya terus menerus dan tidak melepaskannya sama sekali.

"Ayah, Arie udah meninggal, Rakha juga udah marah sama aku, aku sekarang sendirian Ayah, aku gak tau gimana caranya hidup tanpa Ayah, tanpa Rakha tanpa Arie." Mendengar apa yang dikatakan Mala, Lian sedikit kesal. Dia baru saja mendengar nama seseorang yang dia sendiri tidak mengetahuinya.

"Mala! Kamu tuh yaa, ayo berangkat jangan drama, lagian siapa Arie? Meninggal? Meninggal gimana? Rakha marah sama kamu? Semalem aja kalian baru main. Udah jangan peluk² Ayah, engap tau!" Protes sang Ayah sambil mendorong Mala agar menjauh darinya dan menepak lengan Mala.

"Aduh!" Mala meringis, ia bahkan tidak percaya bahwa Ayahnya akan bersikap seperti ini, ini seperti bukan mimpi baginya. Mala beranjak dari tempat tidurnya setelah Lian pergi. "Gak, gak mungkin, gak mungkin gue gak mimpi? Ayah kan udah meninggal. Gue yakin ini mimpi, coba gue liat kalender dulu." Semakin Mala penasaran semakin juga dia mendapatkan jawaban yang di luar nalar. Ya, dia berada di tahun 2021. Harusnya sekarang dia ada di 2024, dimana hari ini dia akan mengikuti ujian tryout di sekolahnya.

...

Bersambung...

Go Back Or Not BackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang