Part 22 : Masalah Vio

405 34 0
                                    

Tiba-tiba ponsel Vio berbunyi dan Vio langsung mematikan ponselnya, Arie yang kepo pun bertanya. "Siapa? Kok dimatiin?"

"Papah aku, paling dia mau ngebentak aku karena kabur dari rumah gak mau latihan ballet." Jawab Vio dengan santainya.

"Gak boleh gitu, kamu harus ngobrol sama mereka, mereka pasti khawatir sama kamu. Ngobrol aja mau kamu apa pasti mereka ngerti kok. Tapi jangan nyolot ngobrolnya." Arie pun menasehati Vio untuk tetap bersikap sopan saat membicarakan sesuatu kepada kedua orang tuanya. Bagaimana pun mereka orang tua yang harus di hormati.

"Gak mau, aku gak mau pulang Arie, aku gak mau ketemu mereka!" Vio bersikeras tidak akan pulang kerumahnya.

"Terus kamu mau kemana? Emang udah ada tujuannya?" Tanya Arie.

"Gak tau sih, belum ada tujuan juga." Jawab Vio dengan santai. Vio melihat ke arah jendela dan di sebrang sana ada hotel ia mengajak Arie juga menginap disana.

"Disana ada hotel, yuk!"

Arie pun marah dan menarik tangan Vio untuk mengikutinya pulang ke rumah Vio. "Vio, bisa-bisanya kamu pengen nginep di hotel sama aku? Kamu gak tau apa seganas apa cowok kalo berduaan di kamar? Mendingan kamu pulang!" Arie baru mengetahui sifat asli Vio yang keras kepala.

"Gak mau!"

"Kamu harus pulang!" Arie tetap menarik tangan Vio meskipun Vio meronta-ronta meminta di lepaskan.

"Gak, kalo aku gak ngelakuin ini aku pasti jadi boneka Papah terus!" Bentak Vio kepada Arie.

"Ya tapi kamu harus ijin dulu sama orang tua kamu kalo mau kabur."

"Gimana bisa orang mau kabur harus ijin dulu? Gak, pokoknya aku gak mau." Vio sudah melangkah mundur bersiap ingin kabur dari Arie, Arie pun menarik tangan Vio kembali. "Bandel banget sih lo, lo tuh keras kepala banget!"

"Ih lepasin!"

"Lo gak tau kalo bokap lo pasti khawatir sama lo!" Bentak Arie yang emosi karena Vio keras kepala.

Tak lama kemudian Papah Vio datang. "Vio!"

"Papah?"

"Ayo pulang!" Ajak papah Vio.

"Gak!" Vio tetap menolak.
"Please, gue minta lo nurut sama bokap lo ya Vio."

Vio menengok ke arah sang Papah dan mengatakan isi hatinya selama ini. "Pah, gimana aku mau pulang kalo Papah terus nyuruh aku latihan pentas latihan pentas, Pah ada saatnya aku capek dan muak liat panggung tapi Papah gak pernah tanya gimana aku!"

Mendengar itu Papah Vio sedikit melemaskan tubuhnya yang tegang karena marah. "Oke, ayo pulang terus kita ngobrol di rumah mau kamu apa?"
Vio menatap Arie meminta persetujuan darinya, Arie sangat menyetujui jika Vio pulang karena ia tak ingin Vio bermalam di hotel. Akhirnya Vio pun mengikuti Papahnya di belakang.

Disisi lain Devi pergi keluar dari kosannya, ia ingin menemui 4 orang pria dan Afan mengkutinya dari belakang secara diam-diam. Afan penasaran apa yang akan Devi lakukan di jam 9 malam.

Namun saat Afan sedang kehausan ia kehilangan jejak Devi. Tiba-tiba ada 4 orang laki-laki berbadan gemuk berjalan ke arahnya dan menanyakan pada Afan alamat kosan Devi. "Bocah!"

"I...iyaa?"

"Lo tau gak alamat kos orang ini?" Tanya salah satu laki-laki tersebut sambil menunjukan foto Devi.

Afan kaget, ia tidak menyangka bahwa banyak laki-laki yang ingin menemui Devi, Afan bukannya menjawab ia malah menantang mereka semua untuk lawan dengannya jika ingin bertemu Devi.

"Oh lo semua pengen ketemu Devi? Lawan gue dulu, gu...

Sebelum mereka berkelahi tiba-tiba suara Devi yang begitu nyaring terdengar. "Woy!!!"

Mereka berlima pun Devi bawa pergi ke minimarket, dan duduk di depannya.

"Ah Devi sayang..."

"Ih jangan sayang², malu tau!" Protes Devi.

"Kamu kok gitu sih Dev, ini siapa?" Sambil menujuk ke arah Afan.

"Pacar gue!" Bentak Devi.

"Jadi adik kita ini udah punya pacar, ih kenapa cepet banget sih adek Devi sayang?!" Mendengar ucapan Adek membuat Afan melotot dan langsung menciut.

"Jadi ini kakak kamu Dev?" Tanya Afan.

"Iya, mereka berempat kakak aku." Jawab Devi dengan ketus.

"Lagian kalian ngapain sih jengukin aku? Mana nelpon² terus, udah bilang aku tuh mau nya ngekos!" Tambah Devi sambil marah-marah.

"Padahal rumah kita gede, tapi gak ada suara kamu tuh jadi berasa kayak kuburan makanya kita ngajakin kamu pulang adek Devi sayang."

"Gak, mendingan kalian balik terus jagain ibu sama bapak ngerti gak?" Suruh Devi.

"Iyaa iyaaa."

Mereka semua pun pergi dan berpamitan dengan Devi tapi tidak dengan Afan.

Afan merasa bersalah pada Devi sebab saat itu dia marah karena mengira Devi selingkuh, ia kira dirinya gampangan untuk Devi namun ternyata selama ini salah Devi orang yang setia.

"Maaf ya aku kira kamu nyelingkuhin aku, aku gak tau kalo ternyata itu kakak kamu." Ucap Afan merasa bersalah.

"Iyaa gapapa Fan, yang penting kamu udah tau kalo aku sayang banget sama kamu." Devi pun memeluk Afan.

...

Haru berganti hari dan akhirnya Hari minggu pun datang kembali, Mala sudah merencanakan untuk pergi jalan-jalan bersama orang tua dan kakaknya.

"Selamat pagi semua..." sapa Mala yang baru saja keluar dari kamarnya.

Andryan sudah tidak aneh sekarang dengan tingkah laku adiknya, ia sudah menerima perubahan 180° sang adik. "Rapih bener lo?"

"Iya soalnya hari ini aku mau traktir kalian semua jalan-jalan ke pantai." Jawab Mala dengan senangnya.

Andryan tak percaya jika Mala akan mengajak satu keluarganya ke pantai, ia yakin Mala tak memiliki uang tabungan di karena dia sangat boros. Apalagi mengetahui fakta bahwa Mala membayar stand kelasnya seharga 500rb uang saku yang Ayahnya beri hanyalah 100rb untuk satu hari.

"Lo punya uang emang?' Tanya Andryan.

"Punya, abis mecahin celengan lo!" Jawab Mala langsung masuk ke kamarnya dan menutup pintu kemudian ia mengunci dengan cepat supaya Andryan tidak bisa masuk.

Bersambung...

Go Back Or Not BackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang