Tahu apa yang Hangyeom rasakan saat Jaehan bertanya tentang itu padanya?
Tentang bagaimana jika pemuda itu memiliki cinta pada orang lain selain dirinya?
Tidak terdefinisi.
Rasanya ... semua perasaan campur aduk. Berbaur antara marah, tak percaya, kecewa, dan ... terluka.
Hangyeom merasa darahnya mendidih, jantungnya pun berpacu cepat sekali. Namun, semua itu diiringi dengan perasaan sendu yang sakit sekali. Matanya memanas, ia mendongak hanya untuk menahan agar air yang sudah menumpuk di pelupuk matanya tidak mengalir.
Hangyeom tak ingin percaya dengan semua prasangka yang sudah memenuhi hati dan pikirannya.
Jaehan tidak mungkin berpaling darinya.
Setelah semua ... kenapa?
Bukankah hanya dirinya yang pria itu cinta?
Bagaimana mungkin Jaehan mengkhianati cinta tulusnya?
Pernikahan mereka?
Janji yang sudah mereka ucapkan bersama, janji yang mengikat jiwa dan raga mereka.
Hangyeom bahkan tidak mampu melihat ke arah Jaehan lagi.
Tak jauh berbeda dengan dirinya, Jaehan pun sama. Pemuda itu menunduk, namun Hangyeom tahu jika Jaehan tengah menangis tanpa suara. Pangkuan pemuda itu bahkan sudah basah. Kedua tangan yang berada di atas pahanya saling meremat, mencoba untuk tetap kuat.
Desah napas berat Hangyeom terdengar, suaranya bergetar. Genggaman pada kemudi mengerat, menunjukkan betapa sulitnya ia mencoba untuk tidak meluapkan kemarahan pada Jaehan.
"Siapa?" Hangyeom bertanya penuh penekanan, namun Jaehan masih setia mengatupkan bibirnya.
Lama Hangyeom menunggu, hanya saja bukannya Jaehan, melainkan suara hujan yang datang, dan mengguyur kota dengan derasnya.
"Yechan ... apa dia orangnya?"
Saat nama pria itu disebut, suara tangis Jaehan akhirnya pecah juga.
Jaehan terisak-isak sambil terus meminta maaf padanya.
"Jadi, benar dia?"
Hangyeom merasa hancur dan terkhianati. Ia bahkan tak tahu lagi bagaimana untuk menunjukkan perasaannya saat ini.
Seseorang yang ia percaya, teganya melakukan ini padanya ...
Kembali Hangyeom menghidupkan mesin mobil, setelahnya ia lajukan secepat yang ia bisa. Di sisinya Jaehan masih menangis, pemuda itu bahkan memohon agar Hangyeom mau menepikan mobilnya.
"Gyeom-ah, kita mau ke mana?" Jaehan panik saat melihat arah yang Hangyeom tuju. "Tidak, Gyeom ... jebal! Jangan ke sana! Ini bukan salahnya! Aku ... aku yang salah! Aku yang salah, bukan dia! Jebal, Gyeom-ah ...."
Mendengar itu, kemarahan Hangyeom bukannya mereda, itu malah semakin membara. Bahkan sampai akhir pun Jaehan tetap membela Yechan?
Apanya yang bukan kesalahannya?
Hangyeom percaya pada pria itu sepenuhnya, namun lihat apa yang justru ia dapat?
Masih dengan kemarahan yang menguasai, Hangyeom benar-benar menuju satu tempat yang sangat Jaehan kenali, apartement yang Yechan tinggali.
"Gyeom-ah ..."
Setibanya di sana, tak peduli dengan Jaehan yang berlari dengan tergopoh-gopoh di belakangnya, Hangyeom tetap naik ke lantai tertinggi dari gedung itu. Yang tentu saja, bisa kita semua tebak apa yang terjadi setelahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Affair✅
ФанфикHangyeom adalah pria baik, namun sayangnya naif. Sementara Jaehan merasa Hangyeom tak cukup memberi sesuatu yang ia cari. Sesuatu yang Yechan miliki dan mampu pria itu beri.