Hangyeom adalah pria baik, namun sayangnya naif. Sementara Jaehan merasa Hangyeom tak cukup memberi sesuatu yang ia cari. Sesuatu yang Yechan miliki dan mampu pria itu beri.
Di Amerika, Yechan bukannya tak memiliki kesulitan.
Ia depresi, selalu merasa kesakitan tanpa sebab yang pasti.
Tahun pertama ayah dan ibunya membawanya ke psikiater, memilih untuk mengobatinya dengan terapi. Namun, tak ada hasil sama sekali.
Sampai-sampai Sebin yang berada di Korea diminta untuk kembali. Ditanya mengapa, bagaimana bisa adiknya menjadi seperti ini setelah pulang dari sana.
Yechan kembali dengan wajah babak belur dan tulang yang sebagian patah, tanpa mereka tahu bahwa hatinya pun sudah remuk, tak lagi berbentuk.
Tentu Sebin mengatakan semua yang ia ketahui.
Saat kakaknya itu bercerita, Yechan pun ada di sana. Akan tetapi, pria itu hanya diam saja. Tak menanggapi dan hanya menatap kosong ke luar jendela. Rautnya datar walau tangan yang diremat pelan itu sedikit gemetar.
Tahun kedua, Yechan bahkan tak membaik juga. Sampai akhirnya, kedua orang tuanya mengambil keputusan yang cukup berat bagi mereka.
Pada akhirnya Yechan dimasukkan ke rumah sakit jiwa. Bukan karena ia gila, tapi demi kesehatan mentalnya.
*
*
*
Semua masa sulit itu sudah berlalu. Setidaknya bagi dirinya.
Yechan mengerti bahwa ia masih meninggalkan luka bagi seseorang.
Ia bahkan tidak tahu apakah akan diterima atau justru diminta pergi dengan kesadaran Jaehan sendiri kali ini.
Semua keputusan akan ia terima. Namun, saat ini ia masih ingin mencoba, ingin tetap berusaha.
Untuk sekali saja ia ingin memeluk Jaehan dan anak mereka.
Untuk sekali saja, Yechan ingin mendengar suara Jaehan memanggil namanya, juga suara Kim Yechan yang menyebutnya Appa ....
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Yechan berdiri di depan sekolah anaknya. Bocah sepuluh tahun yang seperti duplikat dirinya di saat ia kecil dulu.
Jam pulang sekolah, banyak anak yang dijemput oleh ayah dan ibunya. Sampai akhirnya ia melihat Yechan kecil keluar juga.
Bocah itu menoleh ke sana kemari, lalu tersenyum lebar sembari melambaikan tangan ke arah kanan dari tempat Yechan berdiri sekarang.
"Papa!"
Yechan mengikuti arah pandang anaknya, dengan ragu ia membuka bibirnya, memanggil namanya ...
"Jaehanie hyung ...."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.