Hangyeom adalah pria baik, namun sayangnya naif. Sementara Jaehan merasa Hangyeom tak cukup memberi sesuatu yang ia cari. Sesuatu yang Yechan miliki dan mampu pria itu beri.
Sebenarnya apa yang Hangyeom harapkan dari Jaehan?
Pemuda ini sudah mengkhianatinya. Apapun alasannya, Jaehan tetap selingkuh darinya.
Masih mencintai dia katanya?
Entah kenapa Hangyeom merasa bodoh sekali, karena begitu mudahnya mempercayai.
"Jadi, anak yang dikandung Jaehan hyung itu ... Yechan?"
Hangyeom mengangguk atas pertanyaan adik iparnya -Junghoon.
Belum lama Jaehan datang ke rumah orangtuanya dan mengatakan bahwa ia sedang mengandung. Tentu saja semua anggota keluarga sangat terkejut. Bahagia sudah pasti, namun lain hal dengan Junghoon yang tahu benar ada yang janggal di sini.
Bukan karena dia yang masih berhubungan dengan kakak iparnya, namun itu karena Jaehan yang banyak bercerita tentang rumah tangganya. Dari sana Junghoon tahu jika Hangyeom belum siap untuk punya anak. Lalu, tiba-tiba sekarang Jaehan berkata dia tengah hamil?
Tak ingin dihantui rasa penasaran, Junghoon pun menghubungi Hangyeom dan meminta untuk bertemu.
"Kupikir ini salahmu."
Hangyeom memandang Junghoon tak percaya.
Ia tahu Junghoon itu berjiwa bebas, tapi apa iya adik iparnya ini juga harus membenarkan perselingkuhan yang dilakukan kakaknya?
Mengapa semua orang jadi menyalahkannya?
Xen ...
Junghoon ...
"Apa salahku? Semua aku berikan padanya, Junghoonie. Bahkan cinta yang aku punya rasanya sudah habis untuk kakakmu saja ..."
Junghoon mengembuskan napas beratnya, "Tidak, Gyeom-ie ... kau tidak memberikan semuanya. Malah aku meragukan cintamu padanya."
"Yaa! Kim Junghoon!"
"Kau yang selalu meminta Yechan untuk mengantar jemput Jaehan ... apa kau gila? Sejak kau bercerita bahwa Jaehan lebih banyak menghabiskan waktu bersama Yechan dari pada dirimu yang notabene adalah suaminya sendiri, harusnya kau paham bahwa Yechan mungkin bisa masuk ke dalam hatinya saat Jaehan sedang kesepian."
"Tapi, kau pikir untuk siapa aku bekerja? Kau pikir demi siapa sampai aku tidak punya waktu bahkan untuk diriku sendiri?"
"Dia hanya butuh sedikit waktumu, Gyeom-ie ... hanya sedikit waktu. Tapi, kau tidak memberikan itu. Kau pikir Yechan tidak sibuk? Dia bahkan memiliki tanggung jawab pada dua tempat sekaligus!"
Hangyeom tersentak, namun adik iparnya ini belum berhenti juga.
"Secara tidak langsung, kau lah yang sudah merestui hubungan mereka selama ini."
Junghoon tahu bahwa ini akan membuat kesan seolah dia membela Yechan ataupun Jaehan, namun tidak. Ia bahkan ingin menghajar Yechan jika ada kesempatan.
Ia mengatakan ini karena ingin Hangyeom paham, kesibukan hanya alasan. Jika Jaehan adalah prioritas seperti apa yang dikatakan, seharusnya hanya mengantar dan menjemput bukanlah masalah besar.
"Karena sesibuk apapun dirimu, jika Jaehan penting untukmu, kau pasti akan tetap meluangkan waktu."
Bukan malah dengan suka rela menitipkannya pada orang lain.
Bahkan Junghoon mengetahui bahwa beberapa kali Hangyeom dengan bodohnya membiarkan Yechan pergi entah ke mana dan membawa Jaehan bersamanya.
*
*
*
"Keadaanmu baik, Jaehan-ssi. Keadaan jabang bayi juga sehat sekali."
Beberapa saat yang lalu, Jaehan ditemani Yechan ke rumah sakit untuk memeriksakan kandungannya. Saat mendengar kabar baik itu genggaman tangan Jaehan pada Yechan mengerat.
Pria itu bahkan berbisik untuk berterima kasih dan mengatakan bahwa Jaehan hebat karena sudah melakukan yang terbaik untuk anak mereka.
Kini, keduanya sudah duduk di dalam kafe. Jaehan tidak minum kopi selama hamil, namun dia sangat menyukai aroma kopi. Jadi, mereka sering menghabiskan waktu di kedai kopi beberapa hari terakhir ini.
"Jangan bilang nanti anak kita akan menjadi maniak kopi seperti dirimu, hyung."
Jaehan tertawa.
"Hyung, apa kau tidak ada niat untuk berpisah dengannya?"
Jaehan yang sedang menikmati cake coklatnya langsung menghentikan kunyahan untuk sejenak sebelum melanjutkan dengan sangat pelan.
"Kau tidak ingin bersamaku? Hidup denganku?"
Jaehan bimbang. Ada bagian dari hatinya yang menginginkan hal yang sama, namun ia masih belum bisa melepaskan Hangyeom.
Melihat keraguan di wajah cantik itu, Yechan kembali bertanya, "Apa kau masih mencintainya?"
Jaehan mengangguk pelan.
"Kau mencintaiku?"
"Jangan bertanya begitu. Tentu saja aku mencintaimu, Yechanie."
"Kau ingin memiliki kami berdua. Benar?"
Jaehan menunduk.
Benar.
Jaehan bertanya-tanya, tidak bisakah ia memiliki keduanya?
Mengapa ia harus memilih di saat keduanya memiliki porsi yang sama di dalam hatinya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Jika begitu, seharusnya kau akan baik-baik saja jika aku membagi cintaku juga dengan yang lainnya." -Yechan.