23

245 33 1
                                    


Jehyun berdiri, menatap datar beberapa orang yang baru saja masuk ke ruang gawat darurat rumah sakit akibat kecelakaan.

Katakan ia jahat, tapi ia berharap tak ada satupun dari kedua orang itu yang selamat.

"Berbahagialah kalian berdua di akhirat."


*

*

*

"Kau mau ke sana lagi?"

Yechan menoleh menatap sang kakak yang baru saja datang dan langsung duduk di hadapannya. Acuh tak acuh Yechan menjawab iya sembari menyodorkan sepiring nasi goreng yang sudah dipesannya.

"Kau tahu kan Mom, Dad, dan juga aku masih tidak setuju. Kau sudah membuat hidup Jaehan berantakan. Keluarganya membencimu sampai ke tulang, apa lagi yang ingin kau perjuangkan?"

"Anakku. Juga ... Kim Jaehan."

Sebin menghela, "Mereka semua menganggapmu mati, Shin Yechan. Sudahlah, kembali ke Amerika dan hiduplah dengan baik di sana. Kesehatanmu lebih penting, kau tahu?"

Yechan mendengus, tetap meneruskan sarapan tanpa menggubris perkataan kakaknya.

Lagi pula ia tidak peduli jika dianggap mati, ia sudah lama tak melihat anaknya. Hanya uang yang diam-diam ia titipkan di tempat kerja Jaehan. Dengan dalih bonus, agar pria itu tetap mau menerima.

Memberi biaya sekolah anaknya, dengan alasan beasiswa agar Jaehan tak menaruh curiga.

Semua yang ia beri hanya selalu berupa materi. Kali ini, ia ingin anaknya mengenal dirinya, mengenal siapa ayahnya. Ia berjanji akan memberikan semua kasih dan sayang yang ia punya.

"Sepuluh tahun, hyung. Anakku sudah sebesar itu dan aku tidak mau dibenci oleh anakku sendiri."

"Anakmu bahagia tanpa dirimu, Yechan-ah. Aku bahkan ragu jika mereka masih menganggapmu. Asal kau tahu, tak hanya keluarganya, tapi Jaehan sendiri juga mengira kau sudah mati."

Yechan terdiam, jika Jaehan mengira dia sudah mati, maka sudah sewajarnya itu terjadi karena ia yang meminta sendiri.

Sebelum pergi, ia menemui Eomma Kim dan Hangyeom untuk membicarakan masalah ini. Meski awalnya tidak disetujui, tapi ia berjanji bahwa ini adalah yang terbaik untuk Jaehan.

Namun, saat itu ia tidak tahu jika berpisah akan membuatnya begitu menderita. Ingin kembali pun tak bisa karena kondisinya.

Terlalu lama ...

Sudah terlalu lama ia menyiakan waktunya.

"Hyung, ini hidupku. Jadi, jangan ikut campur lagi. Aku bisa mengatasi ini sendiri."

Sebin berdecak, lalu berdiri, dan pergi meninggalkan Yechan di tempat itu sendiri. Sepertinya benar-benar kesal dengan jawabannya tadi.

Menatap kepergian kakaknya, Yechan melempar sendoknya. Nafsu makannya sudah hilang entah ke mana. Meletakkan uang yang lebih dari cukup, ia pun keluar dari restoran.

Ia ingin pergi ke tempat di mana Jaehan dan anaknya berada.

Kim Yechan.

"Hyung, kau bahkan memberi anak kita nama yang sama denganku ... jadi, bolehkah aku berharap bahwa kau masih mencintaiku?"












Affair✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang