20

253 33 1
                                    

Alurnya akan maju mundur mulai chapter ini.

Alurnya akan maju mundur mulai chapter ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


*

*

*

Jaehan melamun di teras rumahnya, mengingat-ingat entah apa. Ditambah sore itu sungguh kelabu. Mendung sejak pagi disertai gerimis-gerimis kecil menambah kegalauan hati yang selalu bersedih tak terobati.

Ada yang datang dan ada yang pergi.

Dia bahkan tak bisa meminta siapa yang seharusnya pergi dari hidupnya dan siapa yang seharusnya hadir menemaninya.

Semua terasa kabur saat air mata mulai membaur. Namun, yang tak harus ia lupakan hanya satu ...

"Papa!"

Suara langkah kaki menggema disusul dengan tubrukan lembut di punggungnya. Jaehan tertawa, meraih bahu anaknya dan memberi kecupan-kecupan sayang seolah tiada habisnya.

Benar, di tengah kekosongan hati yang menyiksanya sejak lama, masih ada anaknya yang senantiasa bersamanya, selalu menemani, dan menghibur dengan tawa polosnya.

Kim Yechan. Itu adalah nama yang sengaja ia berikan.

"Papa, apa yang papa lakukan di sini sendirian? Kenapa tidak membangunkan aku?" Si kecil Yechan bertanya dengan penuh rasa ingin tahu. Setelahnya, bocah itupun  duduk di pangkuan papanya.

Tangan mungil anak berusia lima itu menengadah, menadahi air hujan hingga basah seluruh wajah.

Masih tanpa memandang Jaehan, Yechan kecil kembali bertanya, "Papa ... apa Papa menangis lagi? Apa Papa merindukan Appa lagi hari ini?"

Jaehan menunduk, lalu mengangguk. Ia ciumi rambut hitam anak semata  wayangnya itu dengan sayang.

"Papa, ceritakan tentang appa lagi ..."

*

*

*

Jaehan marah, tentu saja.

Lagi pula, siapa yang tidak?

Namun, sejujurnya ia tak bisa membenci. Bahkan meski Yechan sudah mengkhianati, ia tetap tak bisa berpaling dari pria ini.

Katakan dia bodoh, memang sangat bodoh. Logikanya tidak berjalan sebagai mana mestinya. Seharusnya ia bisa seperti orang lain, memilih untuk kembali pada Hangyeom yang jelas baik hati.

Tapi, tidak. Ia tidak bisa. Memaki Yechan saja terasa berat di bibirnya.

Ia meninggalkan Hangyeom untuk Yechan dan ia pergi ke pelukan Yechan bukan untuk membiarkan pria itu datang dan pergi dengan sesuka hati.

Ia akan berjalan di atas tanah penuh semak berduri, sebuah penderitaan yang mungkin akan ia jalani karena  Shin Yechan ini.

Laki-laki brengsek yang benar-benar ia cintai.

Affair✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang