4. Heart Beats

230 30 3
                                    

Matahari kian meninggi, hawa panas mulai dapat Laila rasakan menyelimuti tubuhnya. Untunglah angin lembut di siang itu dapat sedikit meredakan rasa gerah yang Laila rasakan.

Kepala Laila sedikit pusing, walau dia seorang orogin, tetap saja dia tak bisa berlama-lama berada di bawah sinar matahari. Laila pegangi dadanya, dia rasakan detak jantungnya yang semakin cepat memompa energi dengan kuat menuju kepalanya.

Ya, jantung Laila berdetak, berbeda dengan kebanyakan vampir yang tak memiliki detak jantung, namun jantung vampir yang satu ini berdetak untuk mengalirkan energi ke seluruh tubuhnya. Laila sendiri tidak terlalu tahu kenapa dirinya berbeda dengan vampir lain, yang dia tahu dirinya harus menyembunyikan detak jantung itu.

Dari arah berlawanan tampak seorang pria berkuda tengah mendekat, Laila sedikit mengangkat kepalanya yang sedari tadi tertunduk karena merasa pusing. Suara hentakan kaki kuda itu semakin mendekat, hingga Laila dapat benar-benar melihat si penunggang kuda.

Pria dengan baju hitam tengah duduk di atas kuda putih dengan gagahnya. Laila tak bisa menahan diri untuk tidak terpesona pada sosok yang meliriknya sekilas itu.

Sayangnya pemandangan itu berlalu begitu singkat, meninggalkan Laila dengan jantungnya yang berdetak semakin kencang dan juga kepalanya yang tiba-tiba diserang pusing yang sangat hebat.

Bruk!

Laila terjatuh dari kudanya. Si lelaki tadi menoleh ke arah Laila kemudian dengan sigap dia turun dari kudanya menghampiri gadis itu yang kini terkapar di tanah.

"Kamu tidak apa-apa?" tanya si pria yang sudah berlutut di depan Laila.

Laila membuka matanya perlahan, seketika jantungnya berpacu begitu cepat dan bersamaan rasa sakit di kepalanya juga semakin berdenyut.

"A-aku baik-baik saja," ucap Laila lemah.

Sesaat pria itu memperhatikan Laila.
"Kau tidak memakai batu safir ya?"

Laila yang sudah terduduk hanya bisa menggeleng lemah. Pria itu melepas batu safir di lehernya.

"Walau kamu seorang origin, tapi kamu tetap tak bisa berlama-lama berada di bawah sinar matahari tanpa batu Safir," ucap pria itu sembari memasangkan sebuah kalung berhiaskan batu safir pada leher Laila.

Seketika Laila membeku di tempatnya, dia tak bisa mengalihkan tatapannya pada pria itu.

"Te-terima kasih," ucap Laila gugup.

Pria itu tersenyum kemudian kembali berdiri dan berjalan menuju kudanya. Laila sesaat berpikir.

"Tapi! Bagaimana dengan mu?" tanya Laila. Jika pria itu memberikan batu safir kepadanya, lantas bagaimana dengan pria itu yang sepertinya akan berkuda di bawah sinar matahari.

Pria itu naik ke atas kudanya kemudian sedikit menoleh.
"Sebenarnya ... aku Lycan," jawabnya sambil tersenyum kemudian berlalu.

Laila terdiam di tempatnya, perasaan aneh menyelimuti hatinya saat ini namun anehnya Laila menyukai perasaan itu. Bingung, mungkin hanya itu yang dapat mewakili perasaan Laila saat ini.

Tiba-tiba dia teringat sesuatu.
"Kenapa aku tidak menanyakan namanya tadi? Aghhh!" geram Laila.

Bisa tebak siapa pria yang dijumpai Laila?

***

Angin sore mengelus lembut pipi manis gadis blasteran dengan tiga darah klan mengalir di tubuhnya. Emery Crowley, gadis itu tengah sibuk memperhatikan sesosok vampir yang baru saja bangkit lagi dari kematianya.

Dari balik jendela, Emery terus memperhatikan Saros yang sibuk bermain dengan anak-anak Lycan, kelihatanya anak-anak itu menyukai Saros.

"Ayo ceritakan sesuatu," pinta seorang anak perempuan dengan rambut kuncir dua.

I Want More Blood! || Laszlo Salvatore Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang