11. Lost

84 30 1
                                    

Vote dong bep... Tinggal pencet bintang di pojok kiri bawah gampang kan?

PENCET DOANG GESSS CUMAN DIPENCET KEK GITU IYA KEK GITU, PENCET AJA SMPE BINTANG NYA BERUBAH JADI BINTANG SESUNGGUHNYA... PENCET GESSS!!! PENCET! SEPERTI ANDA LAGI MENCET BISUL!!! PENCET!

_HAPPY READING!_

Laszlo menyimpan tangannya di bahu kiri Laila, sedikit lebih bawah agar dia bisa mencapai jantung gadis itu dengan mudah. Laila tampak menghela napas, bersiap dengan rencana Laszlo yang sudah dia duga pasti akan menyakitkan.

Perlahan Laila rasakan sebuah energi yang mendorong serta energi milik gadis itu perlahan menuju jantung, rasanya panas dan sedikit menyakitkan juga perih. Namun semua ternyata baru dimulai, saat energi itu sampai ke jantung, seketika detak jantung Laila seakan dipaksa untuk teratur, untuk beberapa saat dia merasa detaknya ditahan namun di saat yang lain, Laila merasa detak jantung itu seakan dipaksa untuk berdetak bukan pada saatnya.

Seketika Laila mengerang, dia cengkram tangan Laszlo kuat berusaha menariknya namun pria itu malah menekan tubuh Laila hingga berbaring sembari mengerang kesakitan.

"Jangan menyerah Laila, tahan! Coba untuk mengendalikan energimu!" seru Laszlo berusaha kembali menumbuhkan kepercayaan Laila.

Cengkraman tangan Laila kian menguat hingga Laszlo merasakan kuku-kuku runcing itu kini benar-benar menancab ke dalam daging, sedikit menusuk ke urat-urat di tangan pria itu. Tapi sekuat tenaga Laszlo tetap bertahan dan tetap menyalurkan energi miliknya masih dengan tempo yang sama.

"Aghhhh!!!!"

Laila kembali mengerang kesakitan, rasanya dia hampir mati oleh detak jantungnya sendiri yang benar-benar terasa menyakitkan. Bersamaan, pendeteksi yang tertempel di pelipis Laila kian tak beraturan, memberikan data yang ditunjukkan pada layar komputer berukuran besar di samping keduanya. Penderitaan itu mulai memuncak saat energi Laila sampai ke otak.

"AGHHHHHHH!!!!!"

BOOM!!!

Laila berteriak sekencang-kencangnya bersamaan dengan komputer di samping mereka yang tiba-tiba meledak akibat tak mampu menampung energi yang juga terserap oleh kabel yang menempel pada pelipis gadis itu kemudian disalurkan ke komputer untuk dianalisa, namun tampaknya komputer itu sudah tak mampu memahami data yang disampaikan dan pada akhirnya meledak.

Laszlo juga ikut terpental bersama kepulan asap dari komputer miliknya yang sedikitnya membuat dia membelalakan mata.

"Komputer gueee!!!!" serunya sembari menghampiri komputer buluq itu kemudian bertelungkup padanya. Laila melemaskan seluruh tubuhnya yang terasa begitu lelah, rasa sakit itu mulai menghilang hingga dia sadari tangan kanannya terasa basah oleh sesuatu. Dia angkat tangan bersama jemari lentiknya itu yang kini dipenuhi oleh darah. Laila yang belum sadar bahwa dirinya tadi mencengkram tangan Laszlo tampak kebingungan kemudian merotasi kepalanya perlahan membidik seorang pria yang terlihat putus asa dengan komputer miliknya.

Laila tersadar, di tangan Laszlo terdapat bekas cengkraman yang masih mengalihkan darah, namun sepertinya Laszlo lebih peduli kepada komputernya yang telah benar-benar innalilahi.

"Aku benar-benar menyesal, Baginda," tutur Laila lemah. Sementara Laszlo tampak sedikit terisak.

"Masalahnya gak ada tukang servis komputer di negri Tholos!" Laszlo akhirnya runtuh di hadapan komputer itu sembari tertunduk bersama isak brutalnya. Kalau sudah begini, dia bisa merengek kepada siapa?

Laila mengulum bibirnya, ya karena memang benar di dunia Vampir seperti ini mana ada Vampir yang memilih profesi sebagai kang servis. Hal seperti ini tidak terlalu menjanjikan bagi para vampir.

I Want More Blood! || Laszlo Salvatore Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang