22. Keputusan Besar

86 24 1
                                    

Satu minggu berlalu ....

Seperti yang sudah dijanjikan, Aletha dan Barnabas kembali ke Negeri Tholos untuk mengunjungi Laszlo. Malam kini kembali menguasai, saatnya bagi Vampir untuk memulai aktivitasnya.

Kini mereka berjalan di ruang tahta, menghampiri Laszlo yang masih terduduk pada singgasananya. Setelah langkah keduanya terhenti, Laszlo mulai bangkit.

"Kalian menepati janji ...," ucap Laszlo.

"Tentu saja ..., masih banyak yang harus kita bicarakan," sahut Barnabas.

Laszlo mulai berjalan menghampiri keduanya.

"Kalau begitu kita ke ruang diskusi saja," ucap Laszlo sembari menuntun keduanya menuju sebuah pintu. Saat pintu dibuka, sebuah ruangan yang cukup luas menyambut ketiganya.

Ruangan ini agak gelap karena hanya mengandalkan cahaya dari lilin dan beberapa obor, di tengahnya terdapat sebuah meja yang cukup panjang yang dilengkapi dengan kursi di sisi kanan dan kirinya, cukup untuk 12 orang, dan satu kursi di ujung meja, hanya satu sisi saja yang dilengkapi kursi. Ruangan ini biasa digunakan jika ada pertemuan antar kerajaan untuk mendiskusikan politik atau pun bisnis lainnya.

Laszlo duduk di kursi tengah, sementara Aletha memilih sisi kiri dan Barnabas memiliki sisi kanan.

"Langsung saja ke intinya," ucap Laszlo dingin, dia sudah pusing duluan sebelum diskusi dimulai.

"Ramalan yang kami bicarakan waktu itu masih ada kelanjutannya." Banabas membuka suara.

Aletha mengangguk mengiyakan penuturan Barnabas. "Dikatakan bahwa kau akan dianugerahi 12 keturunan yang akan menjadi pemimpin 12 klan," jelas Aletha.

Laszlo tersentak kaget.
'12 keturunan? Maksudnya 12 anak? Macam seronok jeuu,' batin Raja itu ngabrut.

"Dan kami sarankan untuk segera menikah saja sebelum konflik antar kerajaan kembali dimulai." Barnabas mulai memberi penekanan. Sebenarnya ini mudah saja jika Laila mau menerima lamarannya, tapi bagaimana jika tidak? Apa Laszlo harus mencari putri dari Negeri lain untuk menjadi permaisurinya dan melahirkan 12 keturunan? Itu pasti tidak akan mudah.

"Jadi, sayang ..., di mana calon istrimu itu?" tanya Aletha seketika yang menyadarkan Laszlo dari lamunannya.

"Aku sudah mengirimkan surat undangan kepadanya untuk datang .... Kita tunggu dia sebentar lagi," ucap Laszlo kemudian kembali terdiam. 'Semoga saja,' lanjutnya dalam batin.

Sementara di sisi lain, Laila baru saja selesai membaca surat undangan dari Laszlo. Dua orang pengawal datang dan memberikan sebuah kotak juga surat undangan yang katanya dikirim langsung oleh Raja.

Laila beralih membuka kotak di pangkuannya, ternyata isinya adalah gaun putih yang pernah dia kenakan di pesta kerajaan waktu itu.

Sepertinya Laila mengerti maksud Laszlo mengirim gaun ini, tujuannya adalah agar Laila terlihat seperti bangsawan saat di mata kedua orangtua Laszlo, sama seperti kebanyakan pangeran di pesta waktu itu yang mengira dirinya adalah seorang putri dari Negeri yang jauh, lebih tepatnya semua yang hadir mengira seperti itu. Namun Laila punya rencana lain.

"Apa isi suratnya?" tanya Asphodel yang berdiri di ambang pintu, sementara Laila duduk membelakangi pria itu.

Gadis itu sedikit menoleh kemudian berkata, "kalian diundang oleh Raja," tuturnya.

"Aku dan Ayah juga?" tanya Asphodel memastikan, dia kira undangan itu hanya untuk Laila.

Gadis itu berdiri dan menyimpan kotak itu di atas meja.

I Want More Blood! || Laszlo Salvatore Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang