18. Let She Stay With Me

97 25 0
                                    

Kala itu, malam yang kelam kian kelabu bersama gumpalan awan gelap memenuhi seluruh atmosfer juga angin yang berembus begitu kencang menghantam setiap benda di sekitanya.

Saros Maundrell, pria itu duduk termenung menatap keluar jendela bersama perasaan hatinya yang gundah dan tak karuan. Atensinya hanya tertuju pada sesuatu di langit sana, sesuatu yang tampaknya adalah sebuah pertanda buruk.

"Aku tidak mengerti ..., tapi sepertinya ... akan ada hal buruk yang terjadi."

Sementara itu di sisi lain...

Asphodel terkapar di kamarnya, seluruh tubuh Vampir itu terasa lemas bersama detak jantung yang kian melemah, bersamaan cuaca di luar sana juga kian buruk, angin terus menghantam gubug kecilnya sedemikian keras. Asphodel hanya bisa menatap sendu satu sudut kamarnya sembari terus berharap semoga Laila baik-baik saja.

Langit masih begitu gelap, ini masih jam beraktivitas untuk semua Vampir, begitu pula Emery yang baru pulang dari kota untuk mengambil persediaan nutrisi, juga perlengkapan lain. Sheon menemani di sampingnya dengan setia, sementara Minna dikabarkan masih sakit. Sheon bilang, Minna terlihat semakin parah, entah apa yang menyerang gadis itu. Bahkan Sheon yang setengah manusia saja tidak mengerti penyakit apa yang menimpa kepada sang adik angkat.

Awalnya Emery ingin menengok, namun Sheon menolak karena ingat pesan Minna yang tidak ingin diganggu. Sheon paham, mungkin Minna ingin benar-benar fokus memulihkan kesehatannya terlebih dahulu.

"Emang Minna sakit apa sih Sheon?" tanya Emery di tengah perjalanan pulangnya menuju rumah.

"Gak tau, tapi menurut gua itu kayak bukan penyakit manusia," opini Sheon.

"Lah teru? Penyakit hewan gitu? Rabies? Flu burung?" tebak Emery.

"Bukan! Mana ada rabies di dimensi Vampir! Ini kayak ... sejenis sihir." Sheon sedikit ragu di bagian akhir, walau dalam dirinya dia sudah memiliki tekad untuk mencarikan penawar untuk penyakit yang diderita Minna saat ini.

"Sihir? Kalo emang sihir seharusnya gampang dong buat lu nyari penawarnya, kan lu paham sihir."

Sheon mengarahkan atensinya pada gadis blasteran tiga klan berbeda itu dengan ekspresi kesal.

"Kalo gampang, udah dari dulu si Minna sembuh. Karena ramuannya susah makannya gua gak bisa obatin dia!" kesalnya. Emery baru tersadar.

"Hemm .... Iya juga ya."

Hingga langkah mereka berakhir di ambang pintu rumah, sebuah ruangan yang sungguh hening menyambut kedatangan mereka. Tak ada seorangpun di rumah ini, padahal Emery yakin bahwa Saros tak mungkin meninggalkan tempat ini tanpa sepengetahuannya.

"Kok sepi banget?" gumamnya sembari memasuki rumah. Tangan gadis itu mendaratkan beberapa barang pada meja kemudian beralih menuju kamarnya, biasanya Saros selalu menunggu kedatangannya di sana. Namun, saat pintu dibuka ....

Tak seorang pun terlihat di sana. Saros hilang! Emery mencoba mencari Vampir itu ke beberapa tempat namun nihil, Saros tak pernah ditemukan.

Langkah Emery berakhir kembali di ruang tengah. Tampak Sheon tengah membaca beberapa buku mantra untuk melanjutkan penyelidikannya mengenai penyakit Minna. Emery sedikit mendengus frustasi.

"Saros ke mana ya?" tanya Emery.

"Di kamar lu kali," jawab Sheon tanpa sedikitpun mengalihkan pandangannya dari buku yang tengah dia baca, tangan itu kini membalik lembaran pada buku bersampul ungu tua.

"Gak ada, gua udah cari di seluruh rumah juga gak ada!"

Sontak Sheon mendongak, terlihat sedikit terkejut namun tampaknya dia masih bisa bersikap tenang. Ini masih malam, mungkin Saros berjalan-jalan di hutan untuk menghilangkan rasa bosan, atau ..., mungkin dia sedang mengeksplor rasa penasarannya terhadap hutan belantara itu. Apapun alasan Saros, seharusnya dia tak pergi sebelum mereka berdua kembali ke rumah.

I Want More Blood! || Laszlo Salvatore Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang