"Ma.. Mama.." lirih Jihoon dalam tidurnya."Mama.. Mama.."lanjut nya.
Jihoon meneteskan air mata dalam tidur nya, Jihoon terus mengucapkan 'Mama'. Keringat dari plipis nya mulai keluar.
"Mama!" teriak Jihoon lalu dia bangkit dari tidur nya, Jihoon melirik kesana-kemari.
Jihoon pun menundukan kepala nya, dia merasakan pusing di kepala nya itu.
"Tuan! Tuan kenapa?" itu suara bi Hana.
Hana langsung masuk ke dalam kamar Jihoon dan duduk di pinggir kasur, lalu dia menyentuh pipi hingga dahi Jihoon.
"Tuan demam, sekarang tuan tidur lagi ya?" ucap Hana dengan suara halus nya.
Dengan tatapan kosong, Jihoon kembali merebahkan tubuh nya.
"Tunggu sebentar, bibi ambil air untuk mengompres tuan." kata Hana, lalu Hana keluar dari kamar Jihoon.
Jihoon memukul dada nya yang terasa sangat sesak, Jihoon merindukan mama nya.
"Ma.. Jihoon kangen mama, Jihoon pengen ketemu mama. Tapi gak di bolehin sama Papa, emangnya salah kalo Jihoon pengen ketemu mama dan pengen peluk mama kayak Jihoon peluk bi Hana gitu, Jihoon pengen ketemu sama mama.. Mama. Tolong ingetin papa, biar papa gak pukul Jihoon lagi. Rasanya sakit, Papa bentak Jihoon dan mukul Jihoon..." sedetik kemudian tangis Jihoon pun pecah, Jihoon langsung memeluk bantal dan menyembunyikan wajah nya disana.
Bi Hana yang beberapa saat sudah disana pun langsung ikut meneteskan air mata, Hana baru melihat Jihoon se rapuh ini. Yang Jihoon butuh kan sekarang adalah pelukan mama nya, namun ini adalah takdir. Jihoon dan mama nya harus tinggal di alam yang berbeda.
Perlahan bi Hana mendekat seraya mengusap bawah matanya yang basah, isakan Jihoon mulai mereda. Bi Hana tau, anak majikan nya itu sudah mulai terlelap lagi. Ada saat nya Jihoon juga menjadi cengeng begini.
Hana duduk di sebelah Jihoon lalu menyentuh dahi cowok itu yang di rasakan sekarang lebih panas.
Cowok itu sudah terlelap ke dalam tidur nya, bi Han dengan telaten mengompres nya.
Beberapa menit kemudian, panas di dahi nya mulai sedikit turun. Hana menaruh handuk kecil itu lalu menarik selimut dam menutupi tubuh Jihoon.
Lalu Hana mengusap rambut Jihoon yang agak basah itu.
"Maafin bibi karena gak bisa jaga Jiun dari emosi nya Papa." bi Hana pun bangkit lalu mematikan lampu hingga tersisa lampu bercahaya tamaram.
Bi Hana pun keluar dari kamar Jihoon.
"Abang udah tidur lagi kan bi?" tanya Jihan yang memang daritadi ada di depan pintu kamar Jihoon.
Bi Hana mengangguk pelan, "udah kok, tuan lagi kangen mama nya. Makanya kondisi badannya jadi drop gini." ucap nya.
"Tadi abang juga di pukul dan di siram sama papa." ucap pelan Jihan.
Mata Hana membulat, "di pukul?!".
"Iya, tapi luka nya udah di obatin sama bunda tadi." jawab Jihan.
Hana menghela nafas pelan, lalu dia menatap Jihan. "Kalau bagitu nona Jihan juga istirahat aja, kalo ada apa-apa sama tuan. Biar bibi yang urus. Tuan juga lagi demam dan kalo demam tuan tuh suka parah banget.
"Yaudah, bibi juga jangan lupa istirahat ya. Maaf karena aku panggil bibi secara tiba-tiba, soalnya aku khawatir banget sama abang." kata Jihan.
"Iya, gak apa-apa kok. Lagian kan tuan udah jadi tanggung jawab nya bibi, sekarang nona ke kamar dan tidur gih, liat udah jam berapa ini. Besok nona harus ke sekolah kan."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Posesif Brother || Jihoon Treasure ✔
Losowe"Kan gue udah jadi adek lo, masa mau dendam." ~ "Yaudah nikah sama gue, biar jadi marga Park."