20.|| Terbongkar

197 10 0
                                    

بِسْمِ اللّٰه الرَّحْمٰنِِ الرَّحِيْمِ

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدِِ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدِِ







"Ujian terbesar bagi kita adalah ketika kita melihat kawan/sahabat terdekat melakukan kemaksiatan di depan mata kita sendiri, kita tidak tahu cara untuk menegurnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ujian terbesar bagi kita adalah ketika kita melihat kawan/sahabat terdekat melakukan kemaksiatan di depan mata kita sendiri, kita tidak tahu cara untuk menegurnya."

-Angel Syahila Anindira-







⋋✿ ⁰ o ⁰ ✿⋌

"Ck! Lemah banget. Masa cuma denger suara yang nangis dia benar-benar pingsan sih?"

Fany berjongkok menatap penuh pada adik kelasnya yang tergeletak di lantai dingin kamar mandi dengan mata yang tertutup rapat.

"Tapi, Fan. Gue kasian kalau sampai dia kenapa-napa, gimana kalau kita jangan lanjutin aja rencana yang Lo buat itu?" Ujar Angel, matanya menatap penuh kekhawatiran pada sosok mungil yang masih tergeletak dilantai.

"Lo gak usah khawatir sih, Ngel."

Angel menatap sendu pada Resti, berharap jika sahabatnya itu akan memihak padanya untuk segera menghentikan tingkah gila yang akan Fany lakukan. Namun apa yang ia harapkan rasanya pupus sudah, nyatanya Resti tetap memihak pada Fany yang sudah siap untuk membawa adik kelasnya.

"Rencananya Lo mau apain dia nantinya, Fan?" Resti bertanya pada Fany yang sudah siap merangkul Winda yang pingsan, tentu saja Resti bergerak cepat untuk membantu sahabatnya.

"Kita liat aja nanti." Fany menyeringai tipis menatap pada Winda yang masih ia rangkul.

Fyi, Fany dan temannya memang berniat untuk mengerjai Winda kembali, apalagi saat dia tahu jika sosok gadis mungil yang mereka rangkul mempunyai rasa takut pada sesuatu. Tentunya itu semua bisa mempermudah rencana mereka dalam mengerjai sosok Winda.

Entahlah, kenapa juga gadis itu masih bisa merasakan ketenangan setelah apa yang sudah Advik dan Fadgham ancam. Mungkin menurut mereka, itu semua memang hanya sebuah ancaman semata, karena buktinya sampai sekarang Fany dan temannya masih bisa hidup bebas di sekolah tanpa adanya surat panggilan apapun dari pihak HIS.

"Kita bawa ke gudang aja." Fany menatap Resti.

"Gudang yang mana?"

"Intinya yang jauh dari jangkauan para murid." Ujar Fany, membuat Resti mengangguk-angguk mengerti.

𝐇𝐔𝐒𝐀𝐈𝐍 𝐒𝐔𝐀𝐌𝐈𝐊𝐔 || HIATUS DULUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang