05.|| Dia penolongku?

205 20 0
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

اَللِّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيّدِنَا مُحَمَّدِِ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمّدِِ







Segala benda dan fasilitas dunia, statusnya hak pakai bukan hak milik. Merasalah dititipi, bukan memiliki.
-Ahli Hikmah-







⋋✿ ⁰ o ⁰ ✿⋌

Selesai acara, Winda Windi dan umi Humaira diajak oleh umah Alika agar masuk kedalam rumah ndalem----sembari menunggu para lelaki yang masih berada ditempat acara tadi.

"Aseef nyai! Aku izin ketoilet, kira-kira toiletnya disebelah mana?" Tanya Winda setelah sampai didalam ndalem----kepada umah Alika yang langsung menoleh kearah Winda yang terlihat bergerak tidak nyaman.

"Kamu mau ketoilet, nak? Mari umah antarkan!" Kata umah Alika membuat Winda menggeleng kecil, pertanda tidak perlu.

"Tidak perlu, nyai! Insyaallah, aku bisa sendiri, tolong tunjukkan saja dimana letak toiletnya." Kata Winda dengan senyuman tipisnya, membuat umah Alika mengangguk dan segera menunjukkan dimana letak toiletnya.

"Perlu aku antar, nda?" Tanya Windi membuat Winda segera menggelengkan kepala.

"Ngga usah, ndi. Aku bisa sendiri kok! Yaudah, umi, nyai, aku ketoilet dulu!" Ujar Winda seraya membawa langkahnya menuju toilet yang berada didekat dapur.

Melihat Winda yang sudah hilang dari penglihatan, umah Alika segera mengajak duduk umi Humaira dan Windi.

"Cantik-cantik sekali putri-putrimu, mbak!" Ucap umah Alika kepada umi Humaira yang tersenyum mendengarnya.

"Mashaallah ... Saya kira, hanya saya saja yang menyadari hal tersebut." Kata umi Humaira membuat umah Alika tertawa kecil dibuatnya.

Windi yang melihat beberapa camilan coklat didepannya, sedari tadi hanya terus memandangi makanan tersebut yang begitu menggugah seleranya. Menelan salivanya susah payah, Windi segera mengangkat kepalanya kearah umi Humaira dan umah Alika yang ternyata tengah memandangi dirinya.

"Ambil saja, nak! Sepertinya, kamu suka sama coklat." Kata umah Alika membuat umi Humaira tertawa kecil sementara Windi terlihat tersenyum lebar dengan netranya yang berbinar ketika sudah mendapatkan izin dari sang tuan rumah.

"Umi, boleh ngga?" Tanya Windi kepada umi Humaira yang menggelengkan kepala yang berhasil membuat lengan Windi yang sudah siap untuk mengambil---segera ia tarik kembali.

Umi Humaira dan umah Alika terlihat saling pandang sebelum akhirnya kedua ibu itu segera menatap Windi yang sedang menekuk wajahnya dengan pandangan mata yang terus mengarah pada sang camilan coklat.

"Kalau mau, minta izinnya sama yang punya dong, jangan sama umi!" Kata umi Humaira kepada Windi yang langsung menatap kearahnya.

"Tadi, udah diizinin kok umi, iya, kan nyai?!" Tanya Windi kepada umah Alika yang mengangguk dengan senyuman gelinya.

"Yasudah, kalau sudah diizinin!"

"Jadi boleh dong, umi?" Tanya Windi membuat umi Humaira hanya mengangguk dengan senyuman hangatnya kepada sang putri.

𝐇𝐔𝐒𝐀𝐈𝐍 𝐒𝐔𝐀𝐌𝐈𝐊𝐔 || HIATUS DULUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang