بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
اَللِّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيّدِنَا مُحَمَّدِِ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمّدِِ
•
•
•
•
•
•
•Enjoy every process.
Apabila sesuatu yang kau senangi tidak terjadi, maka senangilah apa yang terjadi.
-Ali Bin Abi Thalib-•
•
•
•
•
•
•⋋✿ ⁰ o ⁰ ✿⋌
"Kak Husain?" panggil Winda, menatap pada suaminya yang selalu fokus pada ponselnya.
Husain menoleh pada Winda yang saat ini sedang memakai sepatu—mereka akan berangkat sekolah—si pemuda kebetulan sudah siap dengan semuanya dan tinggal menunggu istrinya.
"Kenapa?"
Winda mengerjap pelan saat tatapan dingin itu selalu dalam saat menatapnya. Ia tundukkan sedikit kepalanya ke bawah—menatap sepatu—tidak mau jika harus menatap lebih lama dengan si pemilik netra hitam legam itu.
"Aku mau minta izin. Kata Azrina sama kak Angel, mereka ngajakin aku buat main ke cafe-nya kak Advik. Ndi juga bakal ikut kok, jadi nanti aku—"
"Kita liat nanti, ya?" Husain menginterupsi ucapan si gadis yang berbicara dengan nada yang begitu pelan dan hati-hati.
"Kok nanti?" Kening Winda mengernyit samar, ia tatap wajah Husain yang hanya mengedikkan bahunya pelan.
"Takut saya berubah pikiran." celetuk Husain, dia kemudian segera beranjak dari duduknya setelah mengambil kunci mobil di atas meja.
Winda menatap Husain dengan tampang membingungkan. Kening menukik tajam, sementara mulutnya sedikit terbuka—uh, itu sungguh menggemaskan untuk Husain lihat.
Husain ulurkan tangan didepan wajah sang istri yang mengerjap, tatapan polos itu selalu menjadi candu untuk si pemuda di setiap harinya.
"Ayo!" Ajak Husain kembali.
Winda mengangguk, menerima uluran tangan dari suaminya. Ia tatap pada sepatunya yang kedapatan sosok menggemaskan yang sedang menduselkan wajahnya di kakinya.
Miaw~
Pantaskah Husain kesal di pagi hari ini pada sosok gembul yang masih saja mencari perhatian pada istrinya? Padahal dia sudah diberikan makanan, dimandikan, disayang sebelum subuh tiba dan dipeluk dengan hangat oleh istrinya. Coba katakan, pantaskah Husain kesal?!
Huh! Kucing perebut!
"Kenapa, sayang?" Winda angkat pelan tubuh gemuk kucingnya, tidak lupa ia cium rambut si kucing yang begitu halus dan wangi stroberi—seperti aroma shampoo miliknya.
"Turunin! Kita berangkat sekarang."
Winda mengerjap, menatap Husain yang baru saja berkata dengan ketusnya. Si tampan itu mengalihkan pandangan, raut wajahnya begitu tidak bersahabat—tentu, hal tersebut kian membuat Winda heran.
Si cantik tatap pada kucing kesayangannya yang masih mencari kenyamanan pada lehernya, yang sudah terbalut hijab. "Bunda sekolah dulu ya, sayang. Bunda janji, pulang nanti wishkas kamu udah banyak lagi stoknya."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐇𝐔𝐒𝐀𝐈𝐍 𝐒𝐔𝐀𝐌𝐈𝐊𝐔 || HIATUS DULU
DiversosCERITA INI HIATUS DULU YA TEMAN-TEMAN, AUTHOR HARUS BALIK PONDOK🤧 Singkat saja, ini kisah seorang gadis cantik yang memiliki trauma akan cinta tepatnya pada laki-laki selain keluarganya. ━━━━❰・❉・❱━━━━ 𝐂𝐮𝐩! 𝐏𝐥𝐚𝐤! "Winda!" "Kak Husain!" "Kamu...