16.|| Jurang

211 10 0
                                    

بِسْمِ اللّٰه الرَّحْمٰنِِ الرَّحِيْمِ

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدِِ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدِِ







"Kita tidak bisa mengendalikan takdir Allah Dialah satu sang pengendalinya. Hal terbaik yang bisa kita lakukan adalah mengendalikan hati kita sendiri, untuk menerima dan percaya bahwa apapun yang Allah takdirkan adalah yang terbaik untuk kita."







⋋✿ ⁰ o ⁰ ✿⋌

"ANAK-ANAK SILAKAN KALIAN BERKUMPUL, SEKARANG!" Suara pak Gery terdengar begitu nyaring dari pengeras suara yang dipegangnya.

Semua murid yang mendengar perkataan pak Gery---si guler, guru killer. Segera berkumpul dihadapan pria itu.

"SIAP, SUDAH PAK!"

"Pertama, apakah rombongan bus satu sudah hadir?!"

"Sudah, pak!"

"Rombongan dua, tiga, empat, lima dan seterusnya?!"

"SUDAH, PAK!"

"Baiklah, anak-anak. Karena kita sudah sampai, bapak tadi sudah membicarakan agenda camping kita dengan Buk Mery. Sesuai dengan arahan beliau jadi sekarang kalian pasang tenda terlebih dahulu dan masing-masing tujuh orang!"

"Silakan kalian cari masing-masing teman dan segera bangun tenda kalian!"

Kemudian semua murid segera mencari teman sekelompoknya, saat melihat kepergian pak Gery dari hadapan mereka; semua murid.

"Heh, Winda! Lo yang pasang tendanya, gue sama yang lain mau kesana! Awas aja kalau gue balik tenda belum selesai!"

Winda menatap kepergian Fany dan teman-temannya setelah berkata demikian kepadanya, ia kemudian kembali memperhatikan tenda didepannya yang belum terpasang.

Entahlah, kenapa dari banyaknya murid. Ia harus disatukan dengan Fany dalam sebuah kelompok?

Huh!

Winda menghela napas dan mulai memasang tenda sebisanya. Dengan wajah serius, si cantik Al-Aftar itu begitu fokus dalam memasang tenda dengan sebaik mungkin.

Beberapa menit kemudian, ia dibuat menghela napas berat saat melihat benda didepannya yang akan menjadi tempat bernaung dirinya dan teman-teman hancur---karena ketidakmampuan dirinya.

"Gimana? Aku ngga ngerti."

Netra bening si gadis mulai mencari keberadaan Windi dan Azrina, sahabatnya. Yang entah ada dimana keduanya berada. Mereka bilang, keduanya akan mengambil camilan mereka yang tertinggal di bus. Tapi sampai sekarang, Winda belum juga menemukan kepulangan keduanya ditempat tenda yang akan mereka tempati.

"Bismillah ... kamu bisa, Nda!" Gumam Winda mencoba menyemangati diri, kemudian gadis itu segera memasang tenda kembali.

-0⁰0-

Husain menancapkan besi terakhir pada tenda. Tidak lama kemudian, tenda untuknya dan beberapa murid yang akan mereka tempati siap untuk digunakan.

Huh!

𝐇𝐔𝐒𝐀𝐈𝐍 𝐒𝐔𝐀𝐌𝐈𝐊𝐔 || HIATUS DULUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang