46.|| Sumber Bahagia

77 5 0
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

اَللِّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيّدِنَا مُحَمَّدِِ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمّدِِ







Tawakal, bukanlah sikap pasrah tanpa melakukan usaha sama-sekali. Tawakal, sebenarnya adalah menyandarkan hati kepada Allah 'Aza wa jalla untuk meraih kemaslahatan dan menghilangkan bahaya, baik urusan dunia ataupun akhirat. Dengan rendah hati, menyerahkan semua urusan hanya kepada-Nya serta meyakini dengan sebenar-benarnya. Bahwa tidak ada yang dapat memberi, menghalangi, mendatangkan bahaya dan mendatangkan manfaat kecuali hanya Allah semata.”

—𝐿𝑎𝑛𝑔𝑖𝑡𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑜'𝑎 𝑑𝑎𝑛 𝑏𝑢𝑚𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑖𝑘ℎ𝑡𝑖𝑎𝑟. 𝑆𝑒𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑦𝑢𝑘𝑢𝑟 𝑑𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑡𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑎𝑝𝑎𝑛𝑔, 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑠𝑖𝑎𝑝𝑎𝑝𝑢𝑛 𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑚𝑒𝑟𝑎𝑠𝑎 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑔𝑖𝑎.—







⋋✿ ⁰ o ⁰ ✿⋌

"Winda ..." lirih Husain, membuat dokter UKS HIS mengernyit samar. Winda? Kenapa mantan ketua OSIS ini menyebutkan nama Winda—si cantik yang dikenal sebagai manusia kembar dengan kepintaran dan kepolosannya?

Salah satu PMR dengan name tag—Maula. Kembali mendekat pada Husain berniat memeriksa kondisi pemuda itu kembali. Namun belum sempat ia menyentuhnya, netra hitam itu sudah terbuka dan langsung berusaha menghindar dari sentuhannya.

"Jangan menyentuh saya."

"Tapi ini tugas saya, untuk memeriksa kondisi kamu Husain."

"Masih ada dokter Hadi yang bisa memeriksa kondisi saya, saya minta kamu mundur sekarang."

Maula menatap dokter Hadi yang mengangguk pelan, ia tahu pemuda seperti apa Husain ini. —manusia yang anti disentuh oleh lawan jenisnya. Kecuali oleh mahromnya.

Dokter Hadi langsung memeriksa kondisi Husain, ia berucap syukur benturan yang di alami pemuda ini tidak terlalu keras. Dan tidak sampai menimbulkan luka serius pada kepala si pemuda.

"Husain—"

"Saya izin pulang sekarang, dok. Saya rasa acara sudah selesai sedari tadi, jadi saya akan pulang sekarang."

"Nak, dengarkan saya dulu—"

"Istri saya menunggu saya, dok. Saya tahu dia—"

"Kenapa dia tidak kamu kabari saja agar dia yang menjemputmu ke sini, hm? Bukan kah sudah tidak ada lagi yang harus kamu sembunyikan dari pihak sekolah?"

Husain yang hendak mencabut paksa selang infusnya, jadi urung saat mendengar penuturan dokter Hadi yang demikian. Ia menatap dokter Hadi yang menunggu jawaban darinya.

"Maaf, dok. Belum saatnya dokter tahu, siapa istri saya."

"Heleh! Mulai rahasia-rahasiaan kamu ya sama saya." kata dokter Hadi, menepuk pelan pundak pemuda yang seringkali membantunya jika ia tengah alami kesusahan.

Sementara Husain hanya terkekeh pelan, ia mencoba untuk meminta bantuan pada dokter Hadi agar melepaskan infusan ditangannya. Ia bingung sendiri jadinya, kenapa pula dirinya sampai di infus? Padahal kecelakaannya saja terbilang ringan.

𝐇𝐔𝐒𝐀𝐈𝐍 𝐒𝐔𝐀𝐌𝐈𝐊𝐔 || HIATUS DULUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang