43.|| Tanpa Judul

205 13 2
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

اَللِّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيّدِنَا مُحَمَّدِِ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمّدِِ







"Jangan bersikap langit, kita hanya tanah yang diberi nyawa."







⋋✿ ⁰ o ⁰ ✿⋌

"Jangan lupa ya, Minggu depan kita main."

"Iya, pokoknya kalian berdua harus bisa dapet izin gimanapun caranya. Gue sama kak Angel nggak mau dengar kata nggak dari kalian."

Ucapan itu terus menari-nari di kepala Winda sedari ia pulang sekolah. Ucapan Azrina dan Angel membuat Winda kian dibuat bingung. Sungguh, ia bukan lagi Winda yang dulu. Winda yang dulu, selalu meminta izin kepada sang Abi tanpa adanya rasa takut yang lumayan besar.

Tapi Winda sekarang sudah menjadi milik seseorang, dan itu suaminya. Belum apa-apa ia sudah takut untuk meminta izin kepada Husain, takut jika lelaki itu tidak mengizinkannya.

Seperti kala itu, ia masih ingat dengan jelas. Azrina dan Angel sudah pernah mengajaknya keluar dari rumah saat hari libur, namun sayangnya izin dari Husain tidak kunjung turun. Jadilah ia hanya bisa mengubur keinginannya dalam-dalam untuk berlibur dengan kedua sahabatnya dan Windi—adiknya yang berhasil mendapatkan izin dari Abi dan uminya.

Manusia cantik dengan piyama pink motif hello Kitty itu perlahan membawa langkahnya mendekat pada Husain. Ia tatap punggung si pemuda yang masih fokus pada kegiatannya, berkutat dengan laptop.

"Kak?"

"Hm?"

Winda menunduk saat melihat pergerakan lelaki itu yang memutar kursi belajarnya. Semakin menunduk saja dirinya, ketika tahu, jika lelaki itu hanya terdiam dengan tatapan yang tidak pernah teralihkan dari ia.

"Mau bicara apa?"

Winda mengangkat kepala menatap pada Husain yang menunggunya yang ingin mengucapkan kata.

"A-aku ..."

Husain mengernyit melihat bagaimana Winda yang terlihat gugup sendiri saat ingin berbicara dengannya seperti ini.

"Ada apa? Ngomong yang jelas, biar saya tau apa yang kamu mau." ucap Husain, menatap manik bening istrinya yang kadang mencuri-curi pandang padanya.

"A-aku mau minta izin."

"Mau ke—"

"Aku cuma mau main ke pantai doang kok kak. Itu juga sama kak Angel, Azrina sama Ndi juga. Aku janji, aku nggak bakal lama-lama mainnya kalau emang nggak dibolehin sama kakak." seru Winda, memotong ucapan Husain yang belum selesai.

Mati-matian Husain menahan senyum geli melihat tingkah perempuan didepannya. Gadis itu sangat mewanti-wanti agar Husain mengizinkan, sampai berbicara sedemikian cepat dengan mata yang terpejam erat.

Winda membuka mata dengan cepat saat merasakan tarikan pelan yang Husain lakukan padanya, ia mengerjap saat melihat jarak antara wajahnya dan wajah tampan Husain begitu dekat. Jika ia bergerak sedikit saja, hidung keduanya bisa bersentuhan karena saking dekatnya.

"K-kak ...." Winda menatap Husain dengan wajah melas, matanya nyaris mengeluarkan air karena merasa takut dengan posisinya kali ini.

"Kenapa?" tanya Husain, menatap dalam manik bening Winda yang berkaca-kaca.

𝐇𝐔𝐒𝐀𝐈𝐍 𝐒𝐔𝐀𝐌𝐈𝐊𝐔 || HIATUS DULUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang