13.|| AKU TIDAK MENANGIS!

234 9 0
                                    

بِسْمِ اللّٰه الرَّحْمٰنِِ الرَّحِيْمِ

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدِِ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدِِ







"Tidak ada yang dapat kamu lupakan secara sepenuhnya, bahkan beberapa kenangan akan tetap tersimpan dihatimu selamanya."







⋋✿ ⁰ o ⁰ ✿⋌

"Assalamualaikum Abi, umi, kakak, ndi." Ujar Winda. Kakinya ia bawa untuk berlari kecil menuju keluarganya yang berada di ruang makan.

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh."

"Akhirnya pengantin baru keluar juga!" Ucap Windi dengan senyuman menggodanya.

Winda hanya tersenyum kecil sebagai jawaban.

"Gimana malam pertama dek?" Zain bertanya sama dengan Windi---lelaki itu mengeluarkan senyuman menggodanya. Membuat Abi Aftar dan Umi Humaira yang mendengar ucapan si sulung Al-Aftar itu hanya bisa menggelengkan kepalanya pelan.

"Malam pertama apa?" Tanya Winda dengan kening yang mengerut membuat Abi Aftar dan Umi Humaira sudah bisa menebak apa yang akan putrinya jawab.

"Malam pertama jadi istri." Celetuk Zain yang masih mencoba untuk bertanya menggoda kepada adik polosnya ini.

"Ngga gimana-gimana, pertama aku masuk kamar, habis itu aku shalat maghrib, terus kak Husain masuk dan kami berdua ngobrol, terus habis itu kami shalat isya, setelahnya tidur deh."

Celetukan Winda berhasil membuat raut wajah Zain yang tadinya terlihat sedang menggoda, berubah kemudian. Lelaki itu merasa menyesal telah bertanya tentang hal itu kepada sang adik.

"Maksud kakak bukan---"

"Zain!" Mendengar teguran dan tatapan tajam dari Abi Aftar membuat lelaki tampan itu segera mengatupkan mulutnya rapat-rapat.

"Nak, kamu sekarang tidak akan sekolah dulu kan?" Umi Humaira bertanya kepada Winda yang sepertinya si cantik itu penasaran dengan ucapan Zain yang terpotong oleh Abinya, karena terlihat jelas dari matanya yang mengerjap serta alis yang mengerut.

"Memangnya kenapa umi?" Bukannya menjawab, gadis itu malah bertanya balik kepada uminya.

"Kita akan bersiap untuk pulang kerumah." Jawab sosok pemuda tinggi yang langsung berdiri tepat di samping sang istri.

Mendapati Husain yang berdiri cukup dekat dengannya, Winda sedikit menggeser tubuhnya agar lebih berjarak dengan suaminya. 

Windi yang melihat itu menghela napas berat.

Winda tidak sengaja menoleh kearah adiknya yang menggelengkan kepala kearahnya, tentunya saat ia melihat itu dirinya hanya bisa mengangguk dan menuruti keinginan sang adik.

Setelahnya Winda mulai mendekatkan dirinya lagi kepada Husain, membuat Windi yang melihat itu tersenyum tipis kepada sang kakak.

"Tapi ini sudah dirumah kak Husain." Ujar Winda dengan dinginnya membuat Zain yang mendengarnya hanya menggelengkan kepalanya pelan. Adiknya memang seperti itu, disaat Winda sedang berada dekat dengan keluarganya, gadis itu akan terlihat ceria dan terus berbicara.

𝐇𝐔𝐒𝐀𝐈𝐍 𝐒𝐔𝐀𝐌𝐈𝐊𝐔 || HIATUS DULUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang