Karin meregangkan tangannya, kepalanya pusing dan tubuhnya terasa sakit. Ia ingat semalam minum anggur dan mengantuk, Karin mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi setelahnya tapi kepalanya malah tambah pusing. Terdengar suara ketukan dan suara nyaring Wina di balik pintu, saat Karin hendak bangun ia kaget karena merasakan tangan melingkari perutnya. Tidak hanya itu, ia baru sadar bahwa tubuhnya telanjang. Karin menengok ke belakang dan ada Harun yang masih tidur terlelap. Karin mencoba bangun sepelan mungkin agar tidak membangunkan Harun, namun niatnya pupus saat ada gedoran kencang dan suara Arsa dibalik pintu.
"Nyet, bangun! Udah siang elah, kita mau pergi ini."
"Jangan teriak-teriak ih, Karin kan juga di dalem. Apa mereka mabuk banget ya? Tapi semalem kita minum dikit ga sih?"
Terdengar suara Arsa dan Wina yang mengobrol namun samar, sepertinya keduanya menyerah membangunkan Karin dan Harun. Namun Harun terbangun karena pergerakan orang di sampingnya.
"Sayang, udah bangun?"
Pertanyaan Harun tidak mendapat jawaban, ia membuka matanya dan duduk menatap Karin yang memegangi kepalanya.
"Karin, sayang?"
Karin masih tidak menyahuti, kepalanya menunduk. Pusing efek alkohol dan juga karena situasi saat ini.
Harun menyentuh pundak Karin namun ditepisnya, ia cukup kaget pasalnya semalam Karin tidak menolak sentuhannya.
"Kamu gapapa? Ada yang sakit?"
Harun menundukkan kepalanya berusaha melihat wajah Karin yang tertutupi rambut.
"Sayang, ngomong dong. Akunya jangan didiemin." Harun menoel pundak Karin pelan.
"Harun?"
"Iya?" Harun menjawab pelan.
"Semalem kita ngapain?"
"Ya gitu, masa kamu ga inget?"
"Harun, kita--?" Karin akhirnya menatap Harun, namun semua kalimat di kepalanya tak mampu ia suarakan dan semua kembali Karin telan.
"Rin?"
"Harusnya kita ga ngelakuin itu. Kita mabuk, Harun." Suara Karin melemah, ia memegang erat selimutnya di dada.
"Ya gimana, kamu semalem agresif banget, mana tahan aku."
Harun nyengir, semalam keduanya memang dipengaruhi alkohol tapi Harun cukup sadar saat melakukannya dengan Karin. Karin menatap Harun dengan tatapan sedikit memelas, yang ia takutkan benar terjadi, Karin lepas kendali dan buktinya terpampang nyata di leher dan dada Harun banyak bercak merah yang ia yakin itu adalah hasil perbuatannya.
Karin menghela nafas lelah, jujur ia marah pada dirinya sendiri. Seharusnya semalam ia tidak minum alkohol. Seharusnya ia tetap sadar dan bisa mengontrol diri. Ia ingin menangis tapi airmatanya tidak ada yang keluar.
Harun menarik Karin hingga terbaring dan mengungkungnya, memegang tangan Karin di atas kepala.
"Kamu mau ngapain?"
"Ngingetin kamu apa yang kita lakuin semalem."
"Harun jangan gini, Arsa sama Wina udah manggilin. Please. Tanganku sakit, kamu megangnya kekencengan." Karin berbicara dengan nada memelas.
Harun melepas genggamannya di tangan Karin namun ia masih belum beranjak, Harun menatap Karin dari ujung kepala hingga setengah badannya yang tidak tertutupi apapun.
Karin menyilangkan tangannya di dada walau ia tau tangannya tidak bisa menutupi itu.
"Kenapa ditutupin? Aku udah liat semua."
KAMU SEDANG MEMBACA
PLAYERS - Haruto X Karina
FanfictionSatu universe dengan sweet 17, cerita dengan pair Winter x Asahi. Bisa cek book sebelah 👻 - Harun Ardiansyah - Sepengetahuan Harun, Karin adalah teman Wina, sahabat Arsa. Ia kenal Wina, tapi tidak dengan Karin. Harun cukup sering bertukar sapa deng...