- 2 Minggu kemudian -
Tanpa Karin duga, Yohan jadi lumayan sering mampir ke kosannya. Ada banyak alasan yang dibuat, yang paling sering adalah memberikan titipan mama. Mulai dari kue, oleh-oleh, bahkan masakan rumahan yang memang kadang membuat Karin kangen. Hanya saja Karin sedikit was-was pas Yohan datang sedang ada Harun, atau Harun tiba-tiba datang saat ada Yohan berkunjung ke kosnya.
Tapi Karin jug tidak bisa menolak, rasanya terlalu disayangkan kalau kebaikan Yohan ditolak apalagi dengan alasan mamanya. Sepertinya Karin harus beneran berkunjung biar ga terlalu sering dititipin makanan lewat Yohan."Sayang, tumben kamu beli kue. Sengaja buat nemenin ngedrakor?" Harun bertanya saat dilihatnya ada beberapa toples kue, biasanya Karin akan nyetok camilan yang dibeli di minimarket.
"Oh iya, lagi pengen." Entah kenapa Karin harus bohong, tapi kalaupun jujur nanti Harun ngambek.
"Enak lho yang, beli dimana?"
"Hah? Bawa pulang aja kalau kamu mau."
"Ngga ah, aku makan di sini aja. Hehe. Kita mau nonton apa nih?" Harun duduk di karpet sebelah Karin, merapatkan badannya dengan dagu bertumpu di pundak pacarnya. Akhir-akhir ini ia jarang main ke kos Karin, karna dengan banyak tugas. Harun sih maunya terabas aja, tapi Karinnya yang maksa buat ga kain dulu biar fokus. Makanya Sabtu ini Harun ingin quality time dengan pacarnya mumpung libur.
"Ini yang, tentang kerajaan gitu tapi ratunya yang punya kuasa. Dia ngelindungin anak-anak gitu, keren deh."
Harun mulai melingkarkan tangannya di pinggang Karin, menatap wajah cantik Karin dari samping yang terlihat fokus dengan drama di depannya. Harun tidak paham dan tidak terlalu tertarik dengan drama yang Karin tonton. Ia hanya ingin dimanja tapi sepertinya drama lebih menarik daripada diri Harun.
"Harun berat ih, kamu duduk yang bener jangan terlalu nyender, aku susah gerak."
"Gamau, aku kangen. Pengen manja-manja sama kamu. Akunya ini diperhatiin dong, yaang" Harun mengusak hidungnya ke sisi wajah Karin, mengecup pipi Karin berkali-kali, mencari perhatian pacarnya yang masih fokus ngedrakor.
"Rin, aku pulang aja ya kalo dicuekin terus." Harun ngambek, melepaskan pelukannya dan duduk tegap menatap Karin yang sama sekali terlihat tidak peduli. Karin akhirnya menengok, menaruh atensi menatap Harun heran.
"Kamu beneran mau pulang? Makan siang dulu ya?"
"Rin serius? Kamu pengen aku pulang?"
"Ngga, kan kamu yang mau pulang. Aku ga mau nahan-nahan kalau kamu ga betah." Karin mencoba kalem.
"Rin, aku udah bilang kalau kangen, mau manja-manja. Ya kali beneran mau pulang padahal belum sejam di sini."
"Ya kamu yang jelas dong ngomongnya, aku ga paham Harun kalo dikode atau kamunya ngambek ga jelas." Karin menatap Harun serius.
"Oke, sorry kalo aku ngambekan ga jelas."
"Harun, bukan gitu maksudku. Maaf kadang aku juga bingung harus gimana. Agenda weekendku emang ngedrakor sama baca novel, ya bedanya sekarang emang kamu nemenin aku di sini. Maaf kalo aku ga peka." Karin mematikan TV, mencoba berbicara dengan Harun.
"Kamu mau aku gimana? Mau ngobrol? Atau kita ke luar?" Karin masih mencoba mencairkan mood Harun yang sepertinya berantakan dilihat dari bibirnya yang cemberut.
Karin mendekat, memeluk tubuh Harun dari samping, menaruh dagunya di pundak Harun, persis seperti yang Harun lakukan padanya tadi. Mengecup pipi Harun berkali-kali hingga muncul senyuman yang tidak bisa Harun tahan."Nah gitu dong senyum, kalo cemberut gantengnya ilang." Karin melepaskan pelukannya.
"Kok dilepas? Peluk lagi dong, yang lamaaa."
"Laper ah, aku mau makan. Kita pesen makan yuk, kamu mau makan apa?" Karin mengalihkan atensinya ke layar HP, memilih menu apa yang harus dipesannya.
"Makannya bisa nanti, aku ga laper. Sekarang aku lebih pengen cium kamu sih." Harun mengambil HP di tangan Karin, menarik wajah gadisnya. Harun menatap lekat mata Karin yang mengerjap lucu dan bibir yang sedikit terbuka. Harun mendekatkan wajahnya, Karin menutup mata menanti bibir Harun untuk mendarat di bibirnya. Harun melumat bibir Karin lembut yang dibalas oleh Karin, mereka saling melumat bibir atas dan bawah bergantian. Harun mencoba memasukkan lidahnya namun Karin masih menutup giginya rapat. Harun melepas ciuman mereka, dengan posisi bibirnya yang berjarak 1 cm Harun berbisik dan mengelus kedua pipi Karin secara lembut "Buka mulutnya, sayang".
Karin menurut, dengan masih memejamkan mata dan mengatur nafasnya, Karin membuka sedikit mulutnya, dirasakannya bibir Harun mulai menyambangi bibirnya kembali. Kali ini lidah Harun turut serta, mencoba mengekplorasi seisi mulut Karin, menggoda langit-langit mulut hingga Karin melenguh merasakan sensasi geli di dalam mulutnya. Harun menarik tubuh Karin mendekat, mengangkatnya hingga Karin duduk di pangkuan Harun. Tubuh keduanya tak berjarak, Karin memeluk leher bahkan meremas rambut Harun. Menyalurkan perasaannya yang tidak karuan akibat ciuman yang sangat intens.
Karin menarik diri, dadanya naik turun dengan nafas terengah dan mulut terbuka. Harun menatap Karin di pangkuannya,terlihat semakin seksi dengan bibir terbuka yang terlihat mengkilap efek saliva keduanya. Dahinya ia dekatkan dengan dahi Karin, saat Harun akan menciumnya lagi, Karin menahan bibir Harun dengan tangannya.
"Aku laper, makan dulu ya ganteng. Ga kenyang makan bibir kamu doang." Ucap Karin tersenyum pad Harun, merapikan rambut Harun yang sedikit berantakan akibat ulahnya.
"Kamu bisa makan yang lain sekali bibirku biar kenyang mau?" Harun tersenyum menggoda, menarik tangan Karin dan membuatnya menyentuh selangkangannya.
Karin melotot kaget, menarik paksa tangannya dan mencoba turun dari pangkuan Harun namun ditahan. Harun menanamkan kepalanya di leher Karin, mengecup dan menjilati leher Karin mencoba tidak meninggalkan tanda.
"Ha-run, kamu nga-pain?" Harun terbata merasakan sensasi geli dan basah di lehernya.
"Makan makanan siangku. Kamu wangi banget, yaang" Harun masih dengan agendanya menciumi leher Karin dan memeluk tubuhnya erat, sehingga dada keduanya menempel. Dapat Harun rasakan sensasi kenyal dada Karin di tubuhnya. Ia menyentuh salah satu dada Karin dan meremasnya, membuat Karin berjengit kaget dan menepis tangan Harun.
Harun mendongak menatap Karin, mencoba membaca air wajahnya yang terlihat bingung.
"Sorry, aku kelewatan ya?"
"Harun, a-aku."
"Oke, sorry. Ayo kita keluar cari makan." Harun menurunkan Karin dari pangkuannya, mengecup lucuk kepala Karin sambil mengusap dengan kedua tangannya.
Jujur Harun udah horny banget, dia juga udah ga pernah main selama pacaran sama Karin. Harun mencoba menahannya, nunggu Karin siap. Tapi ternyata 3 bulan pacaran ga ada progres sama sekali, meraka berjalan di tempat. Kalo cewek lain pasti dia udah ngapa-ngapain Harun duluan.
"Ayok sayang, kok bengong? Mau makan bakso yang di perempatan ga? Yang rame itu lho yang, enak kayanya." Harun mencoba mencairkan suasana, agak khawatir melihat Karin yang masih bengong.
"Harun."
"Hmm? Kamu mau makan yang lain?"
Karin menatap Harun yang terlihat biasa saja, ini Karin yang bego apa gimana? Dia masih kaget dengan kegiatan mereka barusan. Karin menggelengkan kepalanya, mencoba mengenyahkan pikiran-pikiran aneh yang terlintas.
"Ngga, ayo makan bakso aja."
Karin berjalan mendului Harun, dan Harun menutup pintu serta mengunci kamar kos Karin. Ia sengaja mengajak keluar, kalo masih berduaan Harun tidak yakin bisa menahan diri untuk tidak memakan Karin.
-tbc-
KAMU SEDANG MEMBACA
PLAYERS - Haruto X Karina
FanfictionSatu universe dengan sweet 17, cerita dengan pair Winter x Asahi. Bisa cek book sebelah 👻 - Harun Ardiansyah - Sepengetahuan Harun, Karin adalah teman Wina, sahabat Arsa. Ia kenal Wina, tapi tidak dengan Karin. Harun cukup sering bertukar sapa deng...