5

282 12 0
                                    

- Minggu Paginya, Kosan Karin -

Semalam Harun benar-benar menginap, mereka tidur berpelukan di kasur Karin yang tidak terlalu besar jika untuk berdua.

Keesokan paginya, Karin terbangun dengan Harun yang masih memeluknya. Karin menatap kagum wajah tertidur Harun, terlihat sangat polos. Berbeda sekali ketika mata itu terbuka. Karin menelusuri wajah Harun dengan jarinya, dari alisnya yang tebal, beralih ke hidung Harun yang mancung, dan bibir hati milik Harun yang terlihat pink menggoda. Karin menggetok kepalanya sendiri, mencoba mengenyahkan pikiran kotornya. Semalam juga ia kelepasan mencium Harun duluan, tapi ini boleh gasih Karin cium bibir Harun lagi? Bibirnya lucu banget beneran minta dicium. Karin masih menimbang haruskah ia mencium Harun atau tidak, dengan telunjuknya yang mengusap pelan bibir Harun. Pikirnya penuh dengan bayang ciuman mereka semalam. Karin ketagihan ciuman.

"Cium aja." Harun berbicara dalam tidurnya

Karin kaget, tersadar dari lamunannya. Ia melambaikan tangannya di depan wajah Harun pelan, dan Harun malah menangkap tangan Karin.

"Ppa-gi, kka-mu u-udah bangun? Sejak kapan?" Karin bertanya terbata.

"Sejak kamu ngusap bibir aku? Eh bentar, atau pas kamu natap bibir aku? Bukan deh kayanya, eem pas kamu mengagumi kegantengan aku?"

Karin malu, ia tertangkap basah mengagumi wajah ganteng Harun pas lagi tidur. Harun terbahak, dengan diamnya Karin sepertinya tebakannya benar. Padahal tadi ia cuma iseng ingin menggoda Karin. Tidak disangka akan mendapat respon menggemaskan.

"Aku ga dapet moring kiss kah?" Harun merajuk, mencoba mencuri ciuman di bibir Karin namun Karin menghindar. Berakhir dengan bibir Harun yang mendarat di pipi Karin.

"Aku belum gosok gigi."

"Yaudah, ayo kita gosok gigi abis itu morning kiss." Harun bangun, meregangkan ototnya dan berjalan ke arah kamar mandi sambil menarik tangan Karin.

"Sikat gigiku mana?"

"Ambil di laci situ, ada sikat gigi baru."

Hening, keduanya sedang menggosok gigi dengan tenang kemudian mencuci muka.

"Sekarang mana morning kissnya?" Harun memejamkan mata, memonyongkan bibirnya ke arah Karin. Tidak merasakan apa-apa, Harun membuka matanya. Dilihatnya Karin yang menatapnya.

"Aku mau mandi."

"Oh bilang dong." Harun tiba-tiba membuka bajunya, Karin melotot.

"Kamu ngapain buka baju?"

"Mau mandi kan?"

"Iya, tapi mandinya sendiri."

"Ya emang mau dimandiin? Yaudah ayo."

"Haruun."

"Kariin."

"Bareng aja sih biar cepet mandinya, hemat air juga."

Karin makin melotot.

"Aku udah buka baju nih, tinggal buka celana aja. Nih nih." Harun sudah memegang karet kolornya siap meloloskannya agar telanjang. Jarin refleks menutup mukanya dengan kedua tangan, berbalik dan menghentakan kakinya seraya berjalan keluar kamar mandi. Harun tertawa, menggoda Karin sungguh menyenangkan. Wajahnya lucu, merah merah kaya ceri.

"Yaudah aku mandi duluan, pintunya ga aku kunci ya kali kamu mau nyusul mandi bareng." Harun sedikit berteriak

"Terseraaah." Karin ikut berteriak

Harun sudah selesai mandi, wajahnya terlihat lebih segar.

"Sana mandi, bau kamu."

Karin memicingkan matanya ke arah Harun, mencoba mencium keteknya bergantian. Tidak bau. Dasar Harun tengilnya tetep ga ilang.

"Bercanda sayang. Sensi banget sih, pms ya?"

"Sok tahu kamu."

"Iya ah, biasanya cewek kalo marah-marah ga jelas tuh pasti lagi PMS."

"Iya deh yang ceweknya banyak mah serba tahu."

"Apa sih kok jadi bahasnya ke situ." Harun jadi agak bete kalau Karin malah bahas mantan.

Karin tidak menanggapi, ia pergi mandi untuk menyegarkan tubuhnya.  Saat keluar dari kamar mandi, Harun tidak ada di kamarnya. Karin jadi kepikiran, dia ada salah ngomong kah? Kok Harun pulang ga pamit. Tidak lama suara pintu terbuka, itu Harun dengan bungkusan di tangannya. Ternyata Harun keluar membeli sarapan untuk mereka berdua. Sia-sia waktu 15 menitnya untuk over thinking.

"Kirain kamu pulang ga pamit."

"Nggaklah, kan aku mau di sini seharian sama kamu. Aku ga mau pulang. Kalau perlu aku tinggal di sini juga."

"Ngapain tinggal di sini, kaya ga punya rumah aja."

"Kan sekarang rumahku kamu." Harun menaikturunkan alisnya sambil tersenyum.

"Gombal."

"Seriusan deh, kapan-kaoan kamu jug nginep rumahku ya."

"Hah??" Karin kaget, kok Harun enteng banget ngajak nginep di rumahnya. Kan ada orang tuanya.

"Kamu sering ngajak cewek nginep di rumah kamu?"

"Ngga, aku ngajak kamu doang ini."

"Bohong, lu."

"Ga percayaan banget sih. Beneran. Jangan pake gue-lu lagi coba, panggil sayang kek, baby kek, apa gitu yang romantis."

"Oh kaya kamu manggil Wina ya? Ma baby Wina." Karin menirukan Harun saat memanggil Wina.

"Ih aku itu isengin Arsa doang ya, ga beneran manggil Wina baby."

"Tahu kok."

"Terus kenapa dong barusan ngeledekin?"

"Aku juga iseng aja." Balas Karin

"Au ah, aku mau makan aja laper. Mau makan orang aja rasanya."

"Jangan ngambek dong, gantengnya luntur kalo ngambekan." Karin menoel-neol dagu Harun yang sedang mengunyah. Harun sebisa mungkin menahan senyumannya, cuma ditoel dagu aja lemes. Harun kok ngerasa lemah banget di hadapan Karin.

"Senyumnya jangan ditahan-tahan, ganteng." Goda Karin yang sukses membuat Harun tersenyum lebar.

Sarapan keduanya dipenuhi dengan canda dan saling melempar godan satu sama lain. Harun tidak menyangka, pacaran dengan Karin ternyata semenyenangkan ini padahal  terhitung baru satu hari satu malam mereka pacaran. Ia tidak sabar menghabiskan waktu lainnya dengan Karin.

-tbc-

PLAYERS - Haruto X KarinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang