13

321 12 0
                                    

Harun dan Karin sudah sampai di kediaman Arsa, di sana ada Wina dan bundanya Arsa juga yang sedang memasukkan barang-barang ke bagasi.

"Karin!" Wina berseru senang setelah kedatangan Karin dn Harun.

"Akhirnya datang juga, kirain kaga jadi, lu lama banget." Arsa menambahkan

"Hallo Tante" / "Selamat siang Tante." Harun dan Karin menyapa bundanya Arsa

"Hallo anak cantik dan ganteng. Sayang, ini udah semua yakin?"

"Udah Bun, itu kan bunda yang ngepack dijamin ga ada yang ketinggalan. Nanti di jalan juga kita pasti jajan."

"Yaudah keburu sore, berangkat aja ya. Tapi jangan ngebut, hati-hati pokoknya. Kalo ada apa-apa telfon bunda, oke sayang? Wina, Arsanya kalo ga nurut cubit aja."

"Hehe iya bunda. Pokoknya aman."

"Have fun ya kalian." Bunda Arsa melambaikan tangan saat mobil yang dikendarai Arsa akan berangkat.

"Belum pada makan kan? Nanti kita makan di rest area aja ya." Arsa memberi saran

"Nyemil dulu lah, nih dibekelin kue sama bunda Arsa." Wina memberikan satu toples ke kursi belakang, tempat Harun dan Wina berada.

Di perjalanan suasana sangat hidup dengan ditemani nyanyian Wina. Karin sedikit diam, ia senang bisa liburan dengan Wina. Tapi kejadian di kamar Harun masih terbayang di kepalanya dan membuatnya merinding. Karin bukannya tidak suka, justru ia menyukai sentuhan dan ciuman Harun. Dan itu menjadi masalah, Karin takut ia tidak bisa mengendalikan diri.

"Kamu kenapa bengong? Pusing? Mau minum? Laper?" Harun mendrondong Karin dengan pertanyaan.

"Bro, rest area depan berhenti deh, Karin kayanya pusing ini."

"Engga apa-apa kok, aku bisa tidur aja."

"Nanti tambah pusing, apa mau buka kaca?" Harun kembali menawarkan.

"Lu gapapa, Rin? Aduh ga bawa Antimo lagi, kamu ada Sa?"

"Ga ada juga, Win. Yaudah rest area depan kita istirahat ya, sekalian makan dulu. Kayanya masuk angin tuh belum makan."

Tibalah mobil Arsa di rest area, Karin izin ke toilet dan ditemani Wina. Setelah kembalinya kedua gadis itu, keempatnya menuju tempat makan. Tanpa sengaja Harun menabrak seseorang karna hanya fokus pada Karin di sampingnya sehingga tidak awas pada sekitar.

"Lho, Harun?"

Suara familiar menyapa Harun. Dan Arsa yang juga kenal orang itu mengumpat dalam hati.

"Juwita?"

"Ga nyangka kita ketemu di sini. Kamu apa kabar?"

"Baik. Kamu?"

"Aku baik juga, kamu udah ga pernah bales chat aku. Aku kira ilang kemana."

"Ju."

"Kalo gitu aku duluan, nanti chat bales ya, Run. Bye Harun, Arsa." Pamit gadis itu.

Wina dan Karin hanya diam sedari tadi, memperhatikan interaksi Harun dan gadis bernama Juwita dengan akrab. Arsa menarik Wina berjalan duluan untuk memesan makanan, membiarkan Harun berdua saja dengan Karin.

"Ayo, Rin."

Karin sejujurnya penasaran siapa gadis tadi, tapi ia belum siap mendengar alasan apapun itu dari Harun, dan tidak ingin malah jadi overthinking nantinya.

Ketika makanan datang, keempatnya makan dalam diam. Wina jadi sebel, ini kenapa mendadak bisu semua.

"Kira-kira nanti macet ga ya?" Wina membuka suara.

"Aku pengen ubi Cilembu deh, enak kali ya anget." Wina menambahkan

"Kamu lagi makan, nanti aja pikirin makanan lainnya."

"Ih Arsa ga seru. Gimana Rin, lu mau apa? Jangan diem aja, tambah pusing lho nanti."

Harun mengusak rambut Karin dan tersenyum saat Karin menoleh ke arahnya. Karin ikut tersenyum saat Harun mengusap punggungnya pelan. Setidaknya pusingnya sedikit hilang, walaupun alasan kepalanya pusing bukan karna masuk angin.

- Villa keluarga Arsa -
Keempat remaja Harun, Arsa, Wina, dan Karin sudah sampai di Villa milik keluarga Arsa.

Saat pembagian kamar, Wina bersikukuh ingin sekamar dengan Karin, yang tentu saja ditolak oleh Harun. Arsa ga protes, dia juga maunya bisa bobo bareng Wina tapi kalau Winanya ga mau dia juga ga maksa.

"Lu sekamar sama gue kan, Rin?"

"Gue mah tidur dimana aja oke kok."

"Udah sih Win, jangan dipaksa. Sendiri sendiri aja biar ga ribet. Udah ya, gue pake kamar bawah. Terserah deh kalian mau di kamar yang mana, di atas ada 3 kamar, di bawah ada 2."

"Ih Arsa kok gitu, ga seru kalo sendiri-sendiri tidurnya."

"Lu mau tidur berempat aja?"

"Ngaco!" Arsa nyamber ga terima dengan ide Harun.

"Yaudah, gimana kalo naro barangnya di kamar masing-masing. Lagian kan nanti pasti begadang, kita tidurnya bisa dimana aja." Usul Karin

"Eh bener juga ya, Rin. Yaudah deh, gue mau berenang sore. Siapa mau ikut?"

"Akuuu!" Arsa semangat, dia paling suka agenda berenang sore hari karena udaranya sejuk.

Keempatnya sudah masuk ke kamar masing-masing, membereskan bawaan dan istirahat. Satu jam ke depan mereka ada agenda renang.

Karin terbangun dari tidurnya, niatnya rebahan ternyata malah ketiduran dan tidak ada yang membangunkannya. Ia menghampiri kolam renang, di sana ada Harun dan Arsa yang sedang balapan, dan Wina yang heboh menyoraki keduanya.

Harun renang ke tepi, menghampiri Karin yang duduk di pinggir kolam dengan kaki terendam air.

"Udah bangun?"

"Heem" Karin menjawab dengan gumaman.

"Nyenyak tidurnya?" Karin mengangguk.

"Pusingnya udah ilang?" Karin mengangguk lagi.

"Ga dingin kah ini udah hampir gelap kalian masih renang?"

"Seger yang, kalo naik malah nanti berasa dinginnya." Harun menjawab.

*Kruuuuk* perut Karin berbunyi, suaranya tidak luput dari pendengaran Harun sehingga membuat keduanya tertawa.

"Sa, Win, ayang gue laper nih."

"Tenang kita bakal bakar-bakar, ntar gue minta mang Jarwo sama bibi buat siapin bakarannya."

Arsa menyahut sambil naik ke pinggir kolam, membantu Wina naik juga untuk mandi dan berganti baju.

"Kamu ga mau naik juga?"

"Aku masih pengen liatin muka kamu dari bawah kaya gini." Harun sekarang berdiri di dalam kolam di antara kaki Karin.

Karin menatap wajah Harun yang setengah kering, Karin membelai wajah Harun dengan jarinya. Mulai dari alis, mata, ke hidung, pipi, dan rahangnya.

"Kamu jangan ngeliatin aku kaya gitu?"

"Kaya gimana? Aku cuma mengagumi kegantengan pacarku."

"Aku tahu aku ganteng, tapi aku tetep salting."

"Ayo udahan renangnya, Arsa sama Wina udah beres mandi malah tuh."

"Aku ga bisa naik sekarang, kamu masuk dulu gih, mandi juga."

"Kenapa? Keram?"

"Ngga, aku naik tapi jangan kaget."

Karin heran, memangnya kenapa Karin harus kaget. Dan saat Harun naik, Karin baru sadar bahwa Harun hanya memakai celana renang ketat dan tonjolan besar di selangkangan Harun sedikit membuatnya salah fokus. Karin buru-buru memberikan handuk dan berjalan cepat masuk ke dalam villa. Harun terkekeh melihat tingkah Karin yang menurutnya sangat menggemaskan.

Harun juga bergegas masuk, ia harus membilas badannya dan berganti baju untuk acara bakar-bakar malam ini.

-tbc-

PLAYERS - Haruto X KarinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang