9

256 13 0
                                    

- Senin pagi -

Ini sudah jam 6.40 pagi, dan Harun belum menampakkan batang hidungnya. Karin kesel banget, biasanya 7.30 teng Harun udah stanby depan kosan untuk menjemputnya. Kok bisa sih sekarang telat dan ga ngabarin? Dihubungin juga gabisa, Harun kemana sih? Mana motornya ternyata ga ada bensin, pesen ojol ga ada yang nyangkut. Karin terpaksa jalan ke halte bus, dia harus berdesakkan dengan orang-orang yang sepertinya akan berangkat kerja, kuliah, bahkan dengan seragam sekolah sepertinya. Karin ga terlalu peduli juga, ia masih sebel sama Harun.

Finally, Karin sampai di sekolah dalam keadaan bete dan telat. Tambah bete lah Karin karena dapat poin terlambat.

Saat masuk ke kelas, ia beruntung ternyata pelajaran pertama gurunya tidak masuk. Karin duduk dengan lesu, meletakkan kepalanya di meja.

"Rin, lu oke?"

Karin hanya menjawab dengan kode tangan jempol ke atas dan ke bawah, ia sendiri tidak yakin dia baik-baik saja atau tidak.

"Yang bener ih, lu oke apa ngga?" Wina mendadak khawatir pada temannya satu ini. Pertama, tidak biasanya Karin datang terlambat. Kedua, Karin datang dengan wajah ditekuk dan keliatan lemes.

"Ga tau, setengah oke setengah ngga kali."

"Bukannya kemarin abis me time? Biasanya happy tuh kalo abis me time. Apa jangan-jangan lu berantem sama Harun? Tapi kemarin Harun bilangnya elu me time deh perasaan."

"Kemarin lu ketemu Harun?"

"Ya ketemu, dia ke tempat Arsa pas dateng gue lagi di tempat Arsa juga. Hehe. Jadi temen gue yang cantik ini kenapa?"

"Gue ngantuk, Win, mau tidur ya. Kalo ada guru bangunin."

"Yeuh bocah, ini mah me time maraton drakor gue yakin." Batin Wina.

Karin memejamkan matanya, mencoba menetralkan moodnya agar tidak terlalu buruk. Ia tidak ingin Wina jadi ikutan badmood gara-gara dia.

- jam istirahat, kantin -

"Kata Arsa, Harun ga masuk. Ga bisa dihubungi juga anaknya." Wina memulai percakapan saat duduk di bangku kantin.

Karin menghela nafas menanggapi ucapan Wina, ia sedikit khawatir karena Harun tidak ada kabar, bahkan Arsa juga tidak bisa menghubunginya.

"Hallo kak Karin, kak Wina."

"Eh hallo, Hanni ya?"

"Iya kak. Sorry, biasanya kakak ke kantin bareng kak Harun sama kak Arsa."

"Harunnya ga masuk." Karin menjawab lemas dengan senyum yang dipaksakan.

"Yah ga masuk ya, kak Karin sama KK Wina tahu ga kenapa kak Harunnya ga masuk?"

"Sorry nih, ada perlu apa emang nanyain Harun?" Itu Wina yang nanya, diliat-liat adik kelasnya ini kok makin gencar aja cari perhatian Harun. Pake nanya-nanya ke Karin pula yang notabennya pacar Harun.

"Ga apa-apa kak, aku cuma mau tahu aja. Kalo gitu ini susunya buat kakak ya. Permisi kak." Hanni berpamitan, ia akhirnya dapat membaca situasi bahwa kakak kelasnya sepertinya tidak dalam mood yang baik. Jadi ia lebih baik pergi.

"Hati-hati Rin, si Hanni Hanni itu kayanya sering banget ngasih susu buat Harun. Iya kan?"

"Biarin lah, cuma susu doang. Biasanya juga gue atau elu yang minum."

"Ya iya sih, tapi liat kan di jadi sok akrab anaknya. Elu makanya posesif dikit napa, jangan terlalu dibiarin. Tahu sendiri Harun track recordnya gimana."

Karin sih percaya Harun udah tobat. Mungkin benar masih banyak cewek yang nyoba deketin Harun, tapi selama Harunnya ga suka, Karin rasa posisi dia tetap aman. Jadi harusnya Karin ga khawatir, kan?

PLAYERS - Haruto X KarinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang