Prolog

419 27 0
                                    

________[0]

Di sebuah ruangan dengan cahaya remang remang, terlihat dua orang yg duduk saling berhadapan dengan meja kecil sebagai penengah.

Salah satunya adalah seorang gadis cantik, dengan rambut sepinggang berwarna hitam. Sedangkan yg lainnya adalah seorang kakek-kakek.

Mereka terlihat serius memilah kertas-kertas di atas meja. Jangan lupakan beberapa buku yang berserakan di sekitar kedua orang tersebut.

"Sekarang semuanya pasti akan selesai kan, Kakek?" Suara gadis itu memecah keheningan di ruangan tersebut.

"Iya... sekarang semuanya sudah selesai. Ketua Gabryong. Sekarang beristirahatlah dengan tenang." Tangis sang kakek sudah tak tertahankan lagi.

Hingga tiba-tiba terdengar suara berisik dari luar. "Saya akan memeriksanya." Saat sang gadis ingin beranjak berdiri, pundaknya langsung di tahan agar tidak pergi.

"Tidak perlu. Kau tunggu di sini saja." Setelah mengatakan itu, sang kakek langsung mengambil senter dan pergi keluar.

"Siapa?" tanya kakek itu sambil mengarahkan senternya ke depan.

"Kau ini. Apa kau sudah lupa pada suara wakil ketuamu?" Pemilik suara itu benar-benar mengejutkan sang kakek. Karena orang yg menyebut dirinya 'wakil ketua' itu adalah orang yang selama ini ia hindari.

"Tak kusangka kau bersembunyi di tempat macam ini. Pantas saja aku tak bisa menemukanmu," lanjut orang tersebut.

"Bagaimana kau bisa tahu tempat ini?!" teriak kakek tersebut.

"Terima kasih sudah memberi info pada kantor media massa. Akhirnya aku bisa membersihkan akar yang terakhir," ucap orang misterius itu sambil tersenyum ke arah kakek itu.

"Padahal akan lebih muda jika aku menggunakan Baekho. Tpi aku bisa repot jika Dogyu mendengar tentang ini. Kenapa kau terkejut begitu...?" Orang itu menjeda sebentar kalimatnya saat melihat raut tekejut sekaligus takut dari lawan bicaranya.

"Sang sopir, Noh Bakgu. Aku datang untuk menghabisimu," lanjutnya sambil menatap kakek yang ternyata bernama lengkap Noh Bakgu itu sambil tersenyum.

_______________

"Kenapa kakek lama sekali? Apa yg terjadi di luar?" Pandangan sang gadis kini beralih ke arah pintu.

Panggil saja kakek Bakgu, belum kembali sejak tadi yg membuat gadis itu sedikit khawatir. Tidak hanya itu, terdengar juga suara keributan dari luar.

Karena merasa gelisah, akhirnya gadis itu memutuskan untuk pergi keluar. Sesampainya di luar, tidak ada siapapun. Hanya ada kerusakan yg sepertinya merupakan bekas pertarungan seseorang.

"Apa yg sebenarnya terjadi...?" tanya sang gadis entah pada siapa.

Door!!

Terdengar suara tembakan dari arah gudang. Tanpa pikir panjang, gadis itu segera berlari ke arah gudang untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.

Door!!

Bukan hanya sekali, suara tembakan dari arah yg sama terdengar hingga dua kali. Dengan pikiran yg kacau gadis itu mempercepat larinya.

Saat sudah sampai di depan pintu gudang. Pemandangan yang ada di depannya benar-benar mengerikan. Orang yg selama ini ia anggap keluarga, sekarang tergeletak tak berdaya di depan matanya sendiri.

"Sialan!!" Dengan amarah yang memuncak gadis itu segera berlari dan melayangkan kakinya ke arah orang yang berani membunuh keluarganya.

Tapi sayang sekali, orang tersebut berhasil menghindari tendangannya.

"Tak ku sangka, aku akan bertemu denganmu di sini," ucap orang tersebut.

"Beraninya kau membunuh kakek Bakgu dan kak Jichang!!" teriak gadis itu.

"Apa ku tidak pernah belajar sopan santun, Lee Yoona? Bahkan kau berani menyebut ayahmu sendiri 'sialan'?"

"Heh! Lucu sekali. Memangnya ada orang yang rela menyiksa bahkan membuang anknya sendiri. Lihat! Kau bahkan tidak segan² mengarahkan pistol ke arahku, kan?" Sang gadis, atau sekarang kita panggil Yoona, terkekeh sinis melihat ke arah orang di depannya mengarahkan sebuah pistol tepat di depan jantungnya.

"Kenapa kau diam saja? Tembak saja..  Aku juga sudah lelah. Tidak ada gunanya lagi aku ada disini. Jika kehadiranku memang tidak bisa membuat kalian bahagia, maka akan ku buat kalian behagia dengan kepergianku," lanjut Yoona.

Yoona mengarahkan kedua tangannya untuk membantu pistol tersebut menempel tepat ke arah jantungnya. Sambil tersenyum ia mendongak ke arah orang di depannya, dan berkata "Lakukan sekarang ayah..."

Door!!

Tepat setelah itu peluru segera menancap tepat ke arah jantung Yoona. Karena sudah tidak bisa menyeimbangkan tubuhnya sendiri, Yoona langsung ambruk ke tanah.

Sebelum benar-benar meninggal kata-kata terakhir yg dikatakan Yoona adalah. "Kau tidak akan bisa menemukan Park Jinyoung, Elite."

ILAC || ILove a CriminalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang