_________[24]
"Apa yang kau lakukan disini?.." ucapan Yoona berhenti kala melihat tumpukan sepatu di samping sang remaja. "Kau masih saja suka mencuri sepatu ternyata," lanjutnya sambil terkekeh.
Terjadi keheningan singkat di antara kedua remaja itu sebelum Yoona akhirnya memulai pembicaraan.
"Bagaimana kabarmu, Yohan?" tanya Yoona, mengalihkan pandangannya yng semula ke sungai menjadi ke arah wajah sang empunya nama.
Melirik Yoona sekikas. "Aku baik. Kemana saja kau selama ini?" celetuk Yohan sembari mengelus anjingnya yang bernama Eden.
"Aku? Aku sempat mau jadi Idol loh, tapi tidak bisa.. yah kau tahu. Uang," jelas Yoona.
"Jadi yang kau tulis tadi itu lagu? Maaf, aku tidak sengaja membacanya sedikit," kata Yohan, kini intensitasnya telah sepenuhnya memperhatikan Yoona.
"Um~ Begitulah. Apa kau mau tahu arti lagu yang saat ini sedang ku tulis?" ujar Yoona dengan nada bersemangat yang di balas anggukan oleh Yohan.
"Judulnya adalah Rockabye. Kurasa cerita ini cocok untuk kita," Yohan mengerutkan keningnya. Ucapn Yoona sedikit membuat Yohan bingung. "Menceritakan perjuangan seorang ibu demi memberikan kehidupan yang lebih baik kepada anaknya." Ucapan Yoona berhasil membuat Yohan tertegun.
Melihat itu, Yoona tersenyum lembut. Tangan kanannya terangkat untuk membelai rambut Yohan yang kini mulai memanjang. "Ada apa, hm? Kalau ada masalah sini cerita, jangan dipendam sendiri."
Kasih sayang inilah yang Yohan rindukan setelah ibunya. Kasih sayang seorang kakak kepada adiknya yang selalu Yoona berikan padanya. Satu-satunya orang yang bisa Yohan anggap rumah, yang selalu memberinya rasa aman, walau ia tahu rumahnya ini juga memiliki masalahnya sendiri. Tapi karena itu jugalah Yoona mengerti apa yang dirasakan Yohan.
Tak tahan lebih lama memendam rasa sedih dan lelahnya, Yohan memeluk Yoona erat. Ia sandarkan kepalanya pada pundak gadis yang sudah ia anggap kakak itu. "Tidak ada masalah.. Hanya saja, bisakah kau mendengarkan kekesalanku sebentar," pintanya.
Kini sang remaja tidak lagi memeluk tubuh Yoona, melainkan tidur dengan kepala beralaskan paha milik Yoona. Sambil sesekali mengusap helaian rambut yang berada di pangkuannya pelan, Yoona mulai mendengarkan semua keluh kesah sang remaja. Curhatan hatinya yang mengatakan bahwa ia lelah, otaknya yang menyutuhnya untuk menyerah tetapi hatinya mendorongkan untuk tetap bertahan untuk sang mama.
Sedikit cerita tentang remaja yang kini tertidur di pangkuan Yoona. Namanya Yohan. Dia bukanlah anak dari keluarga kaya, karena mamanya memilih bekerja sebagai seorang tukang potong rambut untuk memenuhi segala kebutuhan hidup mereka. Tapi sekarang, mata milik ibu Yohan terancam buta karena faktor ginetik, yang mengharuskan Yohan mencari uang untuk pengobatan ibunya. Sekalipun ia mempunyai uang, memotong antrian yang begitu panjangnya juga membutuhkan kekuasaan, hal itulah yang tidak ia miliki.
Jika di kehidupan sebelumnya mereka bukanlah orang yang dekat, atau mungkin hanya saling mengenal nama. Tetapi kali ini tidak, mereka saling mengenal, saling menguatkan, dan saling berbagi cerita.
Cerita tentang Yoona yang tidak diinginkan oleh ayahnya sendiri, bahkan satu-satunya keluarga yang miliki itu menyebutnya sebagai anak pembawa sial. Sebenci itukah? Sedangkan disisi lain Yohan adalah seorang remaja yang dipaksa dewasa oleh keadaan. Beruntungnya di kesempatan kali ini mereka dipertemukan, atau mungkin Yoona lah yang mengajaknya untuk berteman.
Pernah terbesit dipikiran Yohan, bagaimana jika seandainya seorang gadis yang kini menjadi rumahnya untuk bercerita tidak mengajaknya untuk berteman waktu itu. Apakah ia sanggup melewati semuanya sendiri?
Apakah Yohan tidak memiliki teman selain Yoona? jawabannya tentu saja ada. Ada dua orang selain Yoona. Mereka adalah Kim Mijin Dan Lee Jin Sung, teman sekelas Yoona. Tapi Yohan menjauh dari mereka berdua, bukan karena benci, melainkan karena ia tidak ingin teman-temannya dalam bahaya karenanya.
Lalu bagaimana dengan Yoona? Yohan tahu seberapa kuat Yoona, seberapa menakutkannya seorang Yoona, bahkan orang yang selama ini diikutinya pun mengakui itu. Itulah salah satu alasan kenapa Yohan tidak menjauh. Alasan yang lainnya karena kasih sayang Yoona sebagai kakak membuatnya nyaman dan merasa aman.
Yoona menunduk menatap wajah Yohan yang tertidur, sesekali mengusap helaian rambut itu. "Seorang anak laki-laki yang cengeng dan penakut kini sudah tumbuh dewasa rupanya. Aku tidak menyangka ternyata mempunyai adik itu seperti ini. Dulu kita tidak saling mengenal sekarang menjadi sedekat ini, bahkan kau sudah seperti keluargaku sendiri. Aku tidak menyesal mengajakmu berkenalan lebih dulu. Jangan berubah ya.. tetaplah menjadi adik kecilku yang lucu Yohan."
Mendongak menatap langit yang mulai telah berubah warna menjadi biru. Tak terasa hari sudah malam. Bertepatan saat Yoona ingin melihat jam di ponselnya terdapat pesan yang baru saja masuk.
Digo 👑 :
|Dimana?Mengarahkan ponselnya ke arah Yohan dan memfotonya singkat, lalu mengirimnya kepada DG.
__________________________________
Digo 👑|Dimana?
send photo|
Bareng adik||Hari sudah malam.
|Jangan pulang sendirian.Iyaa|
Habis ini pulang kok||Good girl.
__________________________________Setelah bertukar pesan singkat dengan DG, Yoona segera membangunkan Yohan.
"Yohan ayo bangun, hari sudah malam." Yoona sedikit mengusik tidur Yohan dengan mengacak-acak rambutnya gemas.
Mata yang terpejam kini mulai terbangun, memposisikan tubuhnya untuk duduk.
Mengusap matanya pelan, "Maaf noona, pasti noona capek memangku kepalaku terus," ucapnya dengan suara khas orang bangun tidur.
"Tidak masalah. Ayo pulang, hari sudah malam." Yoona beranjak bangun di ikuti Yohan.
(Ini ya lagunya.)
Note:
Update spesial tahum baru. Happy New Year to everyone 🥳🥳

KAMU SEDANG MEMBACA
ILAC || ILove a Criminal
Teen FictionI Love a Criminal. Itulah yang sedang di rasakan oleh seorang gadis bernama Lee Yoona. Di dunia fana ini keinginannya hanya satu, yaitu menemukan kebahagiaannya. Dunia bahkan tidak membiarkannya untuk bisa merasakan apa itu artinya keluarga. Di saat...