10. Sahabat.

86 15 4
                                    

_________[12]

Hari ini adalah hari raya Chuseok. Biasanya pada hari ini, seseorang akan pulang ke kampung halamannya masing-masing untuk berkumpul bersama keluarga.

Biasanya setiap memperingati hari Chuseok, Yoona akan menghabiskan waktu seharian dengan berkeliling bersama Jihoon. Walaupun terdengar membosankan, tapi nyatanya itu sangatlah menyenangkan bagi mereka.

Tapi kali ini, Yoona akan ikut kakeknya, Noh Bakgu, ke Chuncheong-do.

___________
🕊🕊🕊

"Wah, sejuk sekali! Jika begini lebih baik aku tinggal di desa saja," ucapku saat aku berlarian masuk kekawasan pedesaan Chuncheong dengan kakek Bakgu yang berjalan santai di belakangku.

"Hati-hati Yoona," peringat kakek sambil tertawa kecil.

Setelah beberapa saat berlarian, ku sejajarkan langkahku dengan langkah kakek.

"Kakek, Kakek! Apa cucu kakek ada yang seumuran denganku?"

"Hm? Oh tentu ada, karena itu juga aku mengajakmu kemari."

"Wow. Ayo kakek aku sudah tidak sabar untuk mendapatkan teman baru." Aku berlari mendahului kakek dan membalikkan tubuhku untuk menatapnya.

"Iya, iya sabar.."

___________

Saat ini aku sedang berjalan-jalan di desa. Saat sedang asik menikmati pemandangan desa, tanpa sengaja kulihat seorang anak yang sedang duduk sendirian.

"Hei," sapaku.

Dia menengok ke arahku dengan raut bertanya. Sepertinya wajah itu tidak asing bagiku.

"Apa yang kau lakukan disini sendirian?" tanyaku. Kini aku duduk tepat disampingnya. Sepertinya usia kami sama.

"Tidak ada. Aku bosan," jawabnya datar.

"Mau bermain denganku? Namaku Yoona," kuulurkan tanganku padanya.

Dia menatap tanganku sejenak sebelum menjabatnya. "Aku Kwak Jihan,"

'Sudah kuduga,' batinku.

"Kalau begitu, ayo kita bermain, Jafran!" Langsung saja aku berdiri.

"Hah? Kau tidak dengar? Namaku Jihan, bukan Jaf- entah apalah itu," terlihat raut kesal di wajah Jihan kecil.

"Kau sekarang adalah temanku- tidak, tidak, tapi sahabatku. Orang yang berharga juga harus mempunyai nama yang berharga kan? Mulai sekarang aku kan memanggilmu Jafran, yang artinya 'ambisi yang membara' karena menurutku itu cocok untukmu," jelasku sambil tersenyum. Kulihat matanya dengan semangat membara.

Salah satu keinginanku adalah memiliki orang-orang berharga yang akan selalu ada saat suka maupun duka. Ada tanpa memandang status dan harta. Datang tanpa diminta bantuan, dan tidak akan pergi saat aku kesusahan.

Dan salah satu orang yang bisa membuatku merasa nyaman adalah Kwak Jihan. Dikehidupanku yang dulupun dia menjadi sosok teman yang berharga bagiku. Jadi apa salahnya jika kita menjadi teman lagi sekarang?

"Sudahlah! Ayo, cepat! Kita bermain sebelum hari mulai gelap." Kutarik tangannya agar ia berdiri.

"Baiklah, baiklah. Terserah kau saja," ucap Jihan.

___________

"Kau tinggal dimana? Aku tidak pernah melihatmu di sini," tanya Jihan saat ia membuat garis-garis di tanah sesuai arahan Yoona.

"Aku memang bukan dari sini. Aku ikut kakek kesini," balas Yoona. Saat ini ia sedang sibuk mencari batu dengan bentuk yang pipih dan tidak tajam.

Setelah menemukan dua batu yang pas, ia segera kembali ke tempat Jihan.

"Ini." Yoona menyodorkan salah satu batu yang ia ambil tadi.

"Batu?"

"Um! Caranya mudah kok. Kau hanya perlu melempar batu ini sesuai urutan kotak yang tadi kau gambar. Jika batu itu berhasil masuk dan tidak meleset, maka kau harus melangkahi kotak-kotak ini dengan satu kaki. Tapi jika lemparanmu meleset, berarti giliranku, begitupun seterusnya, sampai salah satu dari kita sampai di kotak terakhir," jepas Yoona sambil mempraktikkan seperti apa cara mainnya agar mudah dipahami oleh Jihan.

"Kau bisa kan?" Dengan senyum menyebalkan Yoona bertanya pada Jihan.

"Tentu saja," ucap Jihan yakin.

Karena terlalu asik bermain, tak terasa matahari sudah hampir terbenam. Mereka memutuskan untuk pulang.

___________

"Disana! Itu rumah kakek!" Tunjuk Yoona.

Kedua anak kecil itu segera berlari ke rumah tersebut. Jihan yang melihatnya sedikit mengerutkan dahinya.

"Rumah ini-" belum selesai Jihan bicara, pintu segera terbuka. Menampilkan seorang kakek tua.

"Oh Yoona. Apa kau bersenang-senang? Hm? Jihan?" tanya kakek itu, setelah menatap Yoona ia mengalihkan pandangannya pada seorang anak yang berdiri di samping gadis kecil itu.

"Eh.. kakek kenal Jihan?" Yoona memasang wajah bingung, saat ia menatap Kakek itu dan Jihan secara bergantian.

"Tentu saja. Rumah Jihan tepat berada di depan sana," tunjuk kakek itu pada rumah yang hanya berjarak beberapa meter di depan sana.

"Saya tidak tahu kalau bapak memiliki cucu," ujar Jihan yang sedari tadi diam.

"Hahaha, tidak, tidak. Yoona bukan cucu kandung bapak. Tapi bapak sudah menganggap Yoona sebagai cucu bapak sendiri," jelas kakek itu, Noh Bakgu dengan tertawa kecil.

Jihan mengangguk tanda paham. "Kalau begitu, saya permisi dulu," pamit Jihan.

"Dadah Jihan! Besok main lagi ya!" Yoona melambaikan tangannya. Jihan yang melihat itupun ikut melambaikan tangannya.​











ILAC || ILove a CriminalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang