_______[7]
🕊🕊🕊"Hm..." gumamku sambil memasang pose berfikir. Saat ini aku ada di kamar Jihoon, duduk di tengah-tengah kasurnya.
"Beberapa hari lagi ulang tahun Jihoon. Tapi aku masih bingung mau memberinya apa sebagai hadiah." Dengan frustasi aku mengacak-acak rambutku sendiri.
Hingga suara pintu terbuka membuyarkan lamunanku. Tanpa melihat pun aku tahu siapa yang membuka pintu kamar.
"Yoo-" Bertepatan dengan Jihoon yang hendak mengatakan sesuatu, ide cemerlang muncul di otakku.
Tanpa mengindahkan keberadaan Jihoon, aku segera bangkit dan keluar dari kamar.
"Aku pergi dulu!" Aku berlari dengan tergesa-gesa keluar kost tempat tinggal Jihoon. Sedangkan Jihoon hanya melongo melihatku sudah berlari menjauh.
"Dasar bocah." Jihoon geleng-geleng kepala melihat tingkahku.
___________
Sekarang disinilah aku. Ansan. Tempat yang terkenal karena perdagangan dan informasinya. Tak bisa dipungkiri bahwa tempat ini cantik.
Jika tidak salah.. orang yang akan menjadi matahari Ansan adalah Ahn Hyungseong. Salah satu anggota crew Allied, crew milik Park Hyungseok. Sekaligus murid dari Ma Taesoo, sang raja Ansan di masa depan.
"Tidak ada salahnya untuk akrab dengannya sekarang, kan? Lagi pula sekarang ini aku tidak punya kenalan siapapun selain Jihoon." gumamku.
Bruk!
Aku meringis pelan saat pantatku mendarat di tanah dengan tidak selownya. Sepertinya karena melamun sambil berjalan membuatku menabrak seseorang.
"Ma-maaf. Kau tidak apa-apa?" Bisa kulihat tangan seseorang didepan wajahku, sepertinya dia mencoba membantuku.
Aku mendongak untuk melihat siapa orang yang kutabrak. "Ti-tidak. Aku yang salah karena jalan sambil melamun. Ma-" ucapanku terjeda saat melihat siapa orang yang kini berada di depanku.
"Em- pemisi?" Dia melambaikan tangannya di depan wajahku saat sadar aku melamun.
"A-ah! Maaf, ini karena aku melamun sambil berjalan." Aku beranjak berdiri dan membungkuk meminta maaf.
"Tidak masalah."
"Oh ya, aku.. Yoona. Siapa namamu?" Tanganku terulur untuk mengajaknya berjabat tangan.
"Ma Taesoo," balasnya singkat.
'Sudah kuduga,' batinku tersenyum senang.
"Salam kenal. Sebagai permintaan maaf, aku akan mentraktirmu," kataku.
"Tidak usah. Seharusnya aku yang meminta maaf," balasnya gelagapan.
"Ayolah. Selain sebagai permintaan maaf, aku juga ingin kita berteman. Jadi, ayo!!" Tanpa menunggu balasan dari Taesoo, langsung saja ku tarik tangannya.
___________
Di sinilah kami, taman bermain sambil memakan odeng yang tadi kubeli. Setelah beberapa saat kami mulai akrab walau pada awalnya canggung sih. Karena mulutku yang memang aslinya tidak bisa diam membuat suasana canggung itu hilang.
"Tristan," panggilku.
"Hufh.. sudah kubilang, jangan mengubah namaku seenaknya." Taesoo terlihat lelah menghadapi sifatku.
[Oh ayolah Taesoo, kau baru sehari menghadapi tingkah Yoona. Bahkan itu belum genap 24 jam, tapi kau sudah lelah? Gk kebayang nasib Jihoon yang hampir setahun tinggal serumah bersama Yoona. Kasihan sekali kau Jihoon.]
"Seharusnya kau bangga tau. Karena itu artinya kau adalah temanku, hahaha." melihat wajah pasrahnya itu membuatku tertawa.
"Oh iya, beberapa hari lagi, 'teman' laki-lakiku akan ulang tahun. Menurutmu hadiah apa yang cocok untuknya? Kalau tidak salah dia hanya selisih sedikit denganmu." tanyaku pada Taesoo.
"Hadiah?.." dia tampak berpikir setelah mendengar ucapanku.
"Bagaimana jika kau berikan apa yang dia inginkan atau yang dia sukai. Atau mengajaknya ke tempat yang dia suka?" usulnya.
"Hm.." pikirku. "Ide bagus, terima kasih Tristan! Aku pergi dulu, jika berhasil nanti ku traktir lagi," teriakku saat mulai jauh dari Taesoo yang hanya menghela nafas lelah.
___________
"Hufh... tenang Yoona. Mari buat kejutan untuk Jihoon." Seringai perlahan terbit di wajahku. Tak selang beberapa detik seringai itu hilang saat pintu terbuka.
"Dari-" tanpa menoleh langsung saja aku masuk tanpa mempedulikan Jihoon.
'Misi.. dimulai.'
KAMU SEDANG MEMBACA
ILAC || ILove a Criminal
Ficção AdolescenteI Love a Criminal. Itulah yang sedang di rasakan oleh seorang gadis bernama Lee Yoona. Di dunia fana ini keinginannya hanya satu, yaitu menemukan kebahagiaannya. Dunia bahkan tidak membiarkannya untuk bisa merasakan apa itu artinya keluarga. Di saat...