Sekarang Vana dan ketiga sahabatnya sedang berjalan menuju kantin. Mereka ingin mengisi tenaga yang sudah habis dikuras saat ulangan fisika.
"Gila banget bapak itu, masa tadi berdiri di samping gue lama banget," kata Vania dengan kesal.
"Mungkin bapak curiga sama lo, maka ngawasin," kata Ambar.
"Gue tadi cuma ngambil pulpen di dalam laci, malah dicurigai ambil contekan," kata Vania.
"Sudah sudah, yang penting sekarang sudah selesai ulangan nya," kata Vana.
"Tadi cuma lo doang yang nggak dicurigai sama pak Budi," kata Naya.
"Namanya juga anak berprestasi dan juga anak kesayangan guru, jadinya sudah dipercaya," kata Ambar.
"Iya dong," kata Vana.
"Gitu aja sombong," kata Vania.
"Itu sebuah prestasi dan wajib di sombongkan," kata Vana dengan gaya sombong nya.
"Banyak gaya lo," kata Vania kesal dan mendorong tubuh Vana.
Dorongan Vania tidak terlalu kuat karena niat nya hanya bercanda, tapi situasi yang tidak tepat sehingga membuat Vana menabrak tubuh seseorang yang baru saja keluar dari dalam kelas yang mereka lewati.
"Aa," kata Vana kaget saat tubuhnya menabrak tubuh laki-laki.
Laki-laki itu juga dengan refleks menangkap tubuh Vana dengan memegang kedua bahu Vana.
"Eh maaf," ucap Vana dan menjauh dari tubuh laki-laki itu.
Vana mendongakkan sedikit wajahnya dan kedua matanya terbuka lebar saat melihat sosok yang dia tabrak.
Vanna menabrak tubuh Shaka dan Shaka menatapnya dengan tatapan datar.
Setelah itu Shaka melangkahkan kaki pergi diikuti oleh kelima temannya.
"Maaf Vana, gue nggak tau kalo Shaka dan rombongannya mau keluar kelas," ucap Vania merasa tidak enak dengan Vana.
"Nggak apa-apa, ayo ke kantin," kata Vana yang tidak mau memperbesar masalah.
Mereka sampai di kantin yang sudah ramai. Mereka cari meja yang masih kosong.
"Itu di sana," kata Naya menunjuk meja yang masih kosong.
"Meja lain aja," kata Vana saat mrlihat posisi meja itu bersampingan dengan meja geng Shaka.
"Nggak ada lagi, sudah kita ke sana sebelum ada yang rebut," kata Naya dan menarik tangan Vana.
Dengan terpaksa Vana mengikuti ketiga temannya.
"Lo berdua mau apa, biar gue sama Ambar yang pergi pesan?" Tanya Vania.
"Mie ayam dan minumnya es jeruk," jawab Naya.
"Gue mie ayam juga, tapi minumnya air putih," kata Vana.
"Oke," kata Ambar.
"Uang nya," kata Vana.
"Pakai uang gue dulu, nanti lo ganti," kata Ambar.
Setelah itu Ambar dan Vania pergi pesan makanan dan minuman mereka.
"Lo kenapa dari tadi kaya capek banget?" Tanya Naya.
"Nggak ada apa-apa kok," jawab Vana dengan senyuman di bibirnya.
"Serius nggak ada apa-apa?" Tanya Naya memastikan.
"Dua rius malahan," jawab Vana dan memperlihatkan kalo dia baik-baik saja.
Vania dan Ambar kembali ke meja dengan membawa minuman mereka, sedangkan makanan akan diantarkan sampa pelayanan kantin.
"Nih air putih lo," kata Ambar dan meletakkan botol air mineral.
"Makasih," ucap Vana.
Vana membuka tutup botol dan meminum sedikit air putih untuk membasahi tenggorokan nya.
"Sayang," panggil Bella yang datang bersama satu temannya.
Bella langsung duduk di samping Shaka dan temannya duduk di kursi depan Bella.
"Si pickme datang," kata Ambar dan melirik Bella dengan sinis.
Bella memang dikasih gelar pickme oleh para siswi perempuan karena dia selalu membolak-balikkan fakta kalo bicara.
Tapi sayangnya dia punya wajah cantik, jadi para laki-laki banyak yang menganggumi nya dan membela kalo Bella digosipkan.
Apalagi si Shaka yang selalu menjaga garda terdepan kalo Bella ada masalah.
"Sudah sudah jangan ngurusin orang lain, nanti kalo kedengaran malah jadi masalah," kata Vana menegur Ambar.
"Permisi ini pesanannya," kata pelayan kantin mengantarkan pesanan mereka.
Mereka semua pesan menu yang sama yaitu mie ayam.
"Makasih," ucap Vana kepada pelayan kantin yang sudah selesai menyajikan makanan mereka.
"Sama-sama," balas pelayan kantin dan setelah itu pergi.
"Nggak ada sambal nih?" Tanya Vana karena di atas meja mereka hanya ada saos tomat dan juga kecap.
"Tuh lo minta di sebelah aja," kata Ambar dan menuju ke arah meja geng Shaka.
"Nggak usah deh," kata Vana yang malas untuk bicara dengan orang-orang yang ada di meja itu.
Akhirnya keempat perempuan itu menyantap mie ayam mereka. Selesai makan, mereka semua kembali ke kelas untuk mengikuti pembelajaran selanjutnya.
Jam 4 sore bel pulang sekolah berbunyi dan waktunya untuk mereka pulang ke rumah masing-masing.
"Lo dijemput sopir?" Tanya Vanila kepada Vana.
"Enggak, gue naik ojek," jawab Vana.
"Kenapa nggak bareng gue aja," kata Ambar.
"Gue nggak mau ngerepotin, lagian rumah kita juga beda arah," kata Vana.
"Sudah ya gue duluan, ojek nya sudah di depan," pamit Vana.
"Hati-hati," kata ketiga sahabat Vana.
Vana menganggukkan kepalanya dan mempercepatnya langkah kakinya menuju gerbang sekolah.
Vana pulang ke apartemen karena cuma itu satu-satunya tempat tujuan Vana untuk pulang.
Rumahnya sudah diambil sang papi dan sekarang sedang dalam proses di jual.
Vana tidak bisa protes karena rumah itu atas nama sang papi dan Vana hanya numpang di sana.
Dari sekolah ke apartemen hanya memerlukan waktu 10 menit kalo naik motor.
Vana sampai di apartemen dan belum ada kehadiran Shaka, sepertinya Shaka akan pulang telat karena tadi Vana mendengar kalo hari ini bagian OSIS ada rapat.
Vana memutuskan untuk mandi karena badannya sudah gerah. Selesai mandi, Vana pergi ke dapur untuk masak makan malam.
Vana membuka kulkas dan isinya sudah full karena diisikan oleh sang bunda mertua.
Tadi siang bunda Kayla datang ke apartemen untuk mengisikan bahan makanan di kulkas karena bunda Kayla tahu kalo kedua remaja itu tidak akan sempat untuk belanja bahan makanan.
Bunda Kayla juga belikan buah-buahan dan juga susu hamil buat Vana.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LOVE (END)
Teen FictionSatu kesalahan fatal yang terjadi tanpa kesengajaan malah membuat kehidupan 2 remaja berubah total dari biasanya. Mereka harus terjalin satu hubungan untuk mempertanggungjawabkan kesalahan yang sudah mereka perbuat.