Barra masuk ke dalam kamar dengan membawa nampan berisi semangkok bubur, secangkir teh hangat, dan segelas air putih.
Barra meletakkan di atas nakas samping kasur dan dia duduk di sisi kasur samping Vana tidur.
"Sayang bangun," kata Barra dan mengusap kepala Vana dengan lembut.
"Hmmm," dehem Vana.
Tapi bukannya bangun, Vana malah memutar tubuhnya ke kiri untuk memeluk guling.
"Sayang bangun," kata Barra lagi.
"Sebentar lagi," kata Vana yang masih mau lanjut tidur.
"Ayo bangun, kamu harus makan," kata Barra dan memutar tubuh Vana menjadi telentang.
Vana membuka kedua matanya dan menatap Barra.
"Bibi sudah buatkan bubur, ayo bangun makan dulu," kata Barra dengan lembut.
"Enggak nafsu makan," jata Vana.
"Sedikit aja biar ada asupan yang masuk," kata Barra membujuk Vana.
"Ayo duduk," kata Barra dan menarik kedua tangan Vana.
Vana sudah dalam posisi duduk dan Barra mendirikan 2 bantal di belakang punggung Vana untuk jadi sandaran.
"Minum teh hangatnya dulu biar perut kamu nggak kaget pas makan bubur," kata Barra dan mengambil teh.
Vana minum 2 teguk teh hangat dibantu sama Barra yang pegang cangkirnya.
"Sekarang kamu makan, aku suapin," kata Barra.
"Pahit," kata Vana dan menandakan kalo dia tidak mau makan.
"Paksa telan," kata Barra.
"Nggak mau," kata Vana.
Barra meletakkan mangkok bubur kembali ke atas nakas.
"Kamu harus makan biar ada asupan yang masuk," kata Barra.
"Pahit, nggak enak," kata Vana.
"Dipaksa," kata Barra.
"Kamu nggak kasihan sama anak kita, dia butuh asupan dan dia cuma bisa mendapatkan dari makanan yang kamu makan," sambung Barra dan mengusap lembut perut Vana.
Vana menatap kedua mata Barra dan tiba-tiba air matanya mengalir turun.
"Kenapa jadi nangis?" Tanya Barra kaget.
Vana menjawab dengan gelengan dan kepalanya menunduk.
"Hey kenapa?" Tanya Barra dan memegang wajah Vana menggunakan kedua tangannya.
Barra mengangkat wajah Vana dan mata mereka kembali bertemu.
"Kenapa sayang? Ada yang sakit?" Tanya Barra dengan tatapan mata yang lembut.
Vana menjawab dengan gelengan kepalanya.
"Terus kenapa kamu nangis?" Tanya Barra.
"Bahagia," jawab Vana dan memeluk Barra.
"Makasih sudah hadir dalam hidup aku, makasih kamu menerima semua kekurangan dan masa lalu aku, dan makasih karena mau menerima janin yang ada di dalam perut aku," ucap Vana dengan diiringi isakan tangis.
Barra membalas pelukan dan mengusap lembut punggung Vana.
"Aku yang seharusnya makasih sama kamu. Kamu mau memberikan aku kesempatan untuk membuktikan perasaan cinta aku sama kamu," kata Barra dan mencium puncak kepala Vana.
Barra melonggarkan pelukan dan memegang wajah Vana menggunakan kedua tangannya.
"Sekarang berhenti nangisnya, kamu harus makan," kata Barra dan mengusap air mata Vana menggunakan ibu jarinya.
"Pahit," kata Vana yang masih menolak.
"Sedikit aja, biar ada asupan yang masuk," bujuk Barra.
Vana diam sebentar dan setelah itu menganggukkan kepalanya.
"Ayo makan, aku suapin," kata Barra.
Vana melepaskan pelukannya dan Barra mengambil kembali mangkok berisi bubur.
Barra menyuapi Vana makan dengan kesabaran ekstra dan selalu menjadikan janin yang ada di dalam perut Vana sebagai pancingan agar Vana mau makan banyak.
Karena kepintaran Barra dalam hal membujuk, Vana menghabiskan satu mangkok bubur tanpa tersisa sedikitpun.
"Pintar banget istri aku makan sampai habis," puji Barra dan mencium kening Vana.
Kedua sudut bibir Vana tertarik ke atas karena mendengar pujian dari Barra.
"Aku letakkan ini ke dapur dulu," kata Barra dan Vana menganggukkan kepalanya.
Selagi menunggu Barra kembali, Vana mengambil hp miliknya yang terletak di atas nakas dan dia membuka aplikasi Instagram.
BelvanaA_
BelvanaA_ Happy❤️🔥.
"Sayang," panggil Barra yang sudah kembali.
Vana keluar dari aplikasi Instagram dan meletakkan hp nya ke atas nakas.
Barra duduk di tempatnya tadi dan meletakkan punggung tangannya di dahi Vana.
"Sisa panas sedikit," kata Vana dan menjauhkan tangan Barra dari dahi nya.
Vana menggenggam tangan kanan Barra.
"Mau apa?" Tanya Barra tanpa basa basi.
"Mau pergi jalan-jalan, tapi pakai motor," kata Brianna.
"Jangan aneh-aneh, kamu masih sakit," kata Barra.
"Aku pengen naik motor," kata Vana.
"Nggak boleh sayang, kamu masih demam gini," kata Barra.
"Please, sebentar aja," kata Vana yang masih memohon dan membujuk Vana.
"Nanti kita naik motornya kalo kamu sudah sembuh," kata Barra.
"Ke minimarket, dekat kok itu. Yang penting aku naik motor," kata Vana yang masih memohon.
Vana menatap kedua mata Barra dengan tatapan memohon.
"Oke oke, tapi kamu pakai jaket," kata Barra yang akhirnya mengalah.
"Yeyy, makasih banyak," kata Vana dengan senang karena Barra mengikuti keinginannya.
"Mau pergi sekarang?" Tanya Barra dan Vana menjawab dengan anggukun kepalanya.
"Ya udah, ayo siap-siap," kata Barra.
Vana dengan semangat turun dari kasur dan dia masuk ke dalam toilet untuk sikat gigi dan cuci muka.
Vana terlihat seperti orang yang sedang demam karena terlalu bersemangat untuk naik motor.
Selesai siap-siap, mereka langsung pergi. Barra pinjam motor sopir pribadi Vana karena motor Barra masih di rumahnya dan belum di bawa ke sini.
Padahal mereka cuma pergi ke minimarket samping gedung apartemen dan bisa jalan kaki.
Tapi karena Vana ingin naik motor, jadinya mereka pakai motor ke minimarket itu.
Vana cuma beli es krim dan cemilan saja, setelah itu mereka pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LOVE (END)
Teen FictionSatu kesalahan fatal yang terjadi tanpa kesengajaan malah membuat kehidupan 2 remaja berubah total dari biasanya. Mereka harus terjalin satu hubungan untuk mempertanggungjawabkan kesalahan yang sudah mereka perbuat.