BAB 45

646 26 1
                                    

Setelah menempuh perjalanan selama 25 menit mereka sampai di supermarket yang selalu dikunjungi oleh Vana.

Sebenarnya di dekat rumah Vana ada supermarket market dan jarak cuma 10 menit saja, tapi di sana tidak semua barang yang Vana perlukan ada. Makanya Vana memilih ke supermarket yang agak jauh, tapi semua barang yang dia perlukan ada.

"Tolong turunkan stroller Chelsea di bagasi," kata Vana meminta tolong kepada Shaka.

"Iya," kata Shaka yang turun dari mobil.

Vana juga turun dari mobil dan membantu Shaka untuk membuka stroller. Vana membuka pintu mobil bagian belakang dan mengangkat Chelsea dari carseat nya.

Chelsea sedang tidur karena dia baru tidur siang sebentar. Tapi pas Vana letakkan di stroller, Chelsea malah bangun dan nangis karena tidak menolak.

"Dia nggak mau di stroller," kata Vana.

"Ya udah kalo gitu gue gendong aja," kata Shaka.

"Sebentar, gue ada bawa gendongan jadi lo nggak terlalu capek," kata Vana.

Vana menuju bagasi mobil dan mengambil gendongan kangguru. Vana membantu Shaka memasang gendongan itu dan meletakkan Chelsea dengan posisi menghadap ke arah Shaka.

"Pas nggak?" Tanya Vana yang berdiri di belakang Shaka karena bantu mengeratkan gendongan.

"Terlalu kencang," jawab Shaka.

Vana melonggarkan sedikit gendongan biar Shaka lebih nyaman.

"Sudah pas," kata Shaka.

Setelah itu Vana melipat kembali stroller dan memasukkannya ke dalam bagasi mobil.

Mereka masuk ke dalam supermarket dan Vana mendorong trolly belanja. Shaka mengkuti Vana di belakang sambil memperhatikan barang-barang yang mereka lewati.

Barang yang pertama Vana beli adalah tisu basah dan pampers Chelsea karena sudah habis.

"Sini biar gue yang angkat," kata Shaka.

Vana beli satu kardus tisu basah dan didalam ada 10 pack. Sekarang Shaka yang mendorong trolly.

Mereka berada di supermarket selama satu jam karena banyak yang harus Vana beli. Selesai semuanya dibeli, mereka langsung menuju kasir.

"Biar gue aja yang bayar," kata Shaka dan merogoh dompet dari saku belakang celananya.

"Ini belanjaan gue," kata Vana.

"Gue aja," kata Shaka yang masih kekeh dan langsung memberikan kartu debitnya kepada kasir.

Vana tidak bisa berbuat apa-apa lagi karena transaksi pembayaran sudah dilakukan dan nggak mungkin juga mereka bertengkar di depan kasir.

Vana mengambil alih Chelsea dari gendongan Shaka dan mereka keluar dari supermarket.

Sesampainya di mobil, Shaka memasukkan belanjanya ke dalam bagasi dan Vana meletakkan Chelsea ke dalam car seat nya.

Setelah itu mereka langsung pulang karena tidak ada yang mau dibeli lagi dan kasihan Barra ditinggal lama.

************

Malam ini mereka makan malam di luar atas ajakan dari Vana. Vana ingin mengajak kedua laki-laki itu ke pusat kota tempat Vana tinggal dan sekalian menikmati suasana malam.

Vana mengajak kedua laki-laki itu makan di restoran langganannya. Vana sering makan di sini karena semua makanannya enak dan pakai bahan-bahan yang berkualitas tinggi. Harganya cukup mahal, tapi sesuai dengan kualitas rasa makanan dan pelayanan yang diberikan.

"Van, gue boleh posting foto Chelsea?" Tanya Shaka.

Walaupun Shaka secara biologis adalah papi kandung Chelsea. Tapi Shaka tetap harus meminta izin sama Vana selaku mami kandung

"Foto yang mana?" Tanya Vana.

"Ini," jawab Shaka dan mengarahkan layar hp nya kepada Vana.

"Boleh aja selama muka Chelsea nggak kelihatan," kata Vana setelah melihat foto yang ingin diposting oleh Shaka.

"Tapi tunggu, lo yakin mau posting foto Chelsea di akun Instagram lo. Lo nggak takut orang-orang tahu kalo lo sudah punya anak dan Bella bakalan marah sama lo?" Tanya Vana.

"Gue nggak mau ya punya masalah sama Bella," kata Vana.

"Shaka sama Bella sudah putus cukup lama. Bella selingkuh sama sahabat kecilnya," beritahu Barra dan membuat Vana kaget.

Vana tidak tau sama sekali kalo hubungan Shaka dan Bella sudah berakhir. Vana pikir mereka sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing jadi tidak bisa sering bertemu.

"Sorry, gue nggak tau," kata Vana merasa tidak enak dengan Shaka.

"Tidak apa-apa, gue sudah ikhlas dengan semuanya. Mungkin itu karma buat gue karena dulu nyakitin lo," kata Shaka.

"Jangan bahas masa lalu lagi, semua sudah terlalu lama," kata Vana ingin mengakhiri pembicaraan yang kurang mengenakkan itu.

"Van," panggil Barra.

"Apa," sahut Vana dan menatap Barra

"Lo nggak ada niatan mau kembali tinggal di Indonesia?" Tanya Barra penasaran.

"Niat sih ada, tapi kalo buat pastinya belum tau. Gue sudah nyaman tinggal di sini dan ada beberapa tanggungjawab yang tidak bisa gue tinggalkan begitu aja," jawab Vana.

"Bukannya enak tinggal di Indonesia, ada bibi yang ngurus rumah dan masak. Terus nanti ada baby sitter yang akan bantu lo jagain Chelsea?" Tanya Barra.

"Di sini gue bisa panggil jasa bersih-bersih buat bantu bersihin rumah dan gue bisa makan diluar kalo malas masak. Gue juga punya pengasuh yang bisa gue panggil untuk bantu jagain Chelsea kalo gue sedang ada kegiatan diluar rumah yang tidak bisa bawa Chelsea," kata Vana.

"Lagian gue nggak butuh baby sitter yang dua puluh empat jam bersama gue. Gue ingin menikmati masa tumbuh perkembangan Chelsea dan menjadi orang pertama yang melihat setiap perkembangannya," sambung Vana.

Barra menganggukkan kepalanya karena dia bingung harus bertanya atau bicara apalagi. Setiap pertanyaan yang dia lontarkan selalu dijawab Vana dengan santai dan jelas.

MY LOVE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang