Sesampainya di Indonesia, Vana dan Chelsea drop karena kecapeaan. Vana sakit selama 3 hari karena dia cuma kecapean dan butuh istirahat saja, tapi tidak dengan Chelsea yang sakit selama 8 hari karena tubuhnya kaget dengan cuaca di Indonesia.
Selama 8 hari itu Chelsea sangat rewel dan susah buat makan. Vana dan Kenaz harus benar-benar sabar menghadapi kelakuan Chelsea yang sangat menguji kesabaran kedua orangtuanya.
Setelah 8 hari menghadapi mood buruk Chelsea, akhirnya mereka bisa bernafas lega saat Chelsea kembali sehat dan nafsu makan nya kembali seperti semula. Dia tidak sudah lagi kalo makan, bahkan dia sudah mulai aktif lagi.
"Akhirnya sayang, perjuangan kita menghadapi mood buruk Chelsea selesai juga," kata Kenaz yang duduk di samping Vana.
Mereka sedang duduk di ruang keluarga dan memperhatikan Chelsea yang sedang asik menyusun balok menjadi Piramida.
"Iya mas, aku lega lihat Chelsea kembali aktif lagi," kata Vana.
"Mas benar-benar sabar menghadapi Chelsea, aku saja beberapa kali hampir meluapkan emosi," kata Vana.
"Chelsea lagi sakit, nggak mungkin masa marahin. Ini juga kesalahan kita bawa Chelsea pulang ke Indonesia yang cuaca nya sangat berbeda," kata Kenaz.
"Daddy lihat," kata Chelsea dan memperlihatkan susunan baloknya yang sudah tinggi.
"Iya sayang, hati-hati baloknya roboh kena muka kamu," kata Kenaz dengan lembut.
"Iya daddy," kata Chelsea dan melanjutkan kegiatannya.
"Kamu ingatkan kalo malam ini kita diajak mamah buat makan malam di luar?" Tanya Kenaz dan sekaligus mengingatkan.
"Ingat mas," kata Vana.
Vana dan Kenaz kali ini pulang ke Indonesia bukan untuk liburan, tapi mereka akan menetap karena pekerja Kenaz di Barcelona sudah selesai dan dia ditugaskan sama papah Leo (papah kandung Kenaz dan Livy) untuk mengurus perusahaan di sini menggantikan papah Leo yang ingin pensiun dan menikmati masa tua nya dengan tenang.
Sebelum pulang ke Indonesia, Kenaz sudah menyiapkan rumah dengan perabotan lengkap untuk menjadi tempat tinggal mereka dan Vana juga sudah mendaftarkan Chelsea ke sekolah baru yang dia pilih setelah percarian yang cukup panjang karena dia mau cari sekolah yang cocok buat Chelsea.
****************
Jam 18.50 menit Vana, Kenaz, dan Chelsea sampai di restoran tempat janjian makan malam. Sebenarnya janjiannya jam 18.00, tapi mereka telat karena ada insiden yang terjadi saat sudah mau berangkat.
"UNCLE," teriak Chelsea saat melihat sosok yang sangat dia sukai.
Chelsea menarik tangannya yang digandeng oleh Kenaz karena dia mau menghampiri orang yang dia panggil. Chelsea berlari saat tangannya sudah terlepas dari gandengan sang daddy.
Uncle yang Chelsea panggil adalah Nando suami Livy.
Nando mengangkat tubuh Chelsea ke gendongannya saat anak perempuan itu sudah berdiri di sampingnya.
"Princess uncle sudah sembuh sakitnya?" Tanya Nando.
"Sudah uncle," jawab Chelsea dengan senyuman bahagia.
"Maaf telat, tadi ada insiden kecil," ucap Kenaz.
"Nggak apa-apa," kata mamah Keira.
Kenaz menarikan kursi buat Vana dan setelah itu baru dia duduk di kursinya.
"Insiden apa?" Tanya Livy penasaran.
"Chelsea nggak mau pergi kalo belum pakai baju pink pemberian dari Nando, sedangkan bajunya masih dalam koper karena belum sempat dibongkar semua," cerita Vana.
"Jadi mau nggak mau mas Kenaz harus bongkar semua koper yang berisi pakaian Chelsea untuk cari baju yang dia inginkan biar bisa pergi," sambung Vana.
"Akhir-akhir ini Chelsea benar-benar menguji kesabaran," kata Vana.
"Namanya juga anak kecil, kamu harus banyak-banyak sabar menghadapinya," kata mama Keira dan Vana menganggukkan kepalanya.
Kenaz memanggil pelayan untuk minta buku menu.
"Chelsea mau makan apa?" Tanya Kenaz kepasa Chelsea yang masih anteng duduk dipangkuan Nando.
"Spaghetti," jawab Chelsea.
"Minumnya?" Tanya Kenaz lagi.
"Jeluk," jawab Chelsea.
Chelsea sangat suka jus jeruk, apalagi kalo jus nya fresh.
"Oke," kata Kenaz.
Kenaz kembali memanggil pelayan dan menyebutkan pesanan mereka. Vana pesan spaghetti juga, tapi dia minum lemon tea.
"Mas," panggil Vana dan menyentuh tangan Kenaz.
"Apa sayang?" Tanya Kenaz dan menolehkan kepala untuk menatap Vana.
"Tuh," kata Vana dan menunjuk ke arah meja yang posisinya di pojok.
Kenaz mengikuti arah jari Vana dan dia melihat apa yang sedang Vana lihat. Di meja pojok itu ada Shaka sedang makan malam bersama teman-temannya.
"Kamu nggak usah takut, kalo mereka macam-macam biar mas yang hadapi," kata Kenaz dan menggenggam tangan Vana.
Vana tidak takut kalo orang-orang itu akan menyakiti dirinya, tapi yang Vana takutkan mereka akan menyakiti Chelsea dan memberitahu semuanya.
Vana ingin dia sendiri yang memberitahu Chelsea tentang semuanya, tapi nanti nunggu Chelsea besar dan mulai mengerti.
Bagaimanapun Vana tidak akan mungkin bisa memisahkan anak dengan papi kandunganya. Mau Vana pindah ke ujung dunia pun, kalo memang waktunya mereka untuk bertemu maka akan bertemu.
Untuk sekarang Vana ingin menikmatinya kehidupan baru nya bersama dengan Chelsea, Kenaz, dan janin yang sedang dia kandung.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LOVE (END)
Teen FictionSatu kesalahan fatal yang terjadi tanpa kesengajaan malah membuat kehidupan 2 remaja berubah total dari biasanya. Mereka harus terjalin satu hubungan untuk mempertanggungjawabkan kesalahan yang sudah mereka perbuat.