BAB 36

978 35 3
                                    

Vana menghampiri baby C yang berada digendongan bibi.

"Mami pergi kerja dulu, kamu pintar pintar sama bibi," pamit Vana dan mencium pipi baby C.

"Aku titip baby C ya bi, nanti kalo ada apa-apa langsung kabari aku," kata Vana kepada bibi.

"Nom tenang aja, bibi akan jagain baby C," kata bibi.

"Mami pergi dulu," pamit Vana lagi dan kembali mencium pipi baby C.

"Aku pergi bi," pamit Vana kepada bibi.

"Semangat non kerjanya," kata bibi dan Vana menganggukkan kepala.

Vana dan Musa melangkahi kaki mereka keluar dari apartemen dan turun k lobby karena sopir sudah menunggu di sana.

"Nanti kamu ke kantor nggak, pegawai banyak yang kangen sama kamu?" Tanya Musa.

Sekali mereka sudah perjalanan menuju perusahaan di mana mereka akan meeting.

"Kalo sempat aku ke kantor," jawab Vana.

BelvanaA_

BelvanaA_ Kerja😤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BelvanaA_ Kerja😤.

"Kak, untuk masalah proyek meeting hari ini sudah kaka baca?" Tanya Vana dan meletakkan hp di atas pangkuannya.

"Sudah," jawab Musa.

"Menurut kakak gimana?" Tanya Vana dan  meminta pendapat Musa.

"Resiko kegagalan proyek ini cukup besar karena akan ada 4 perusahaan yang ikut dalam proyek. Tapi kalo proyek ini berhasil, kita sebagai investor akan mendapatkan keuntungan yang besar," jawab Musa dan memberitahu pendapatnya tentang proyek yang akan dibahas hari ini.

"Aku agak sedikit ragu untuk inves karena resikonya cukup besar buat kita," kata Vana.

"Kakak juga agak sedikit ragu, makanya kakak meminta kamu untuk menghadiri meeting itu biar kamu mendengarkan penjelasan tentang proyek dan memutuskan untuk tetap inves atau tidak," kata Musa.

"Nanti kakak bantu aku juga, jangan aku sendiri yang mengambil keputusan," kata Vana.

"Iya, kita lihat dulu perjanjian yang mereka berikan," kata Musa.

Selama perjalanan menuju tempat meeting, Vana dan Musa ngobrol banyak tentang pekerjaan.

Tanpa mereka sadari, mobil yang mereka tumpangi memasuki gerbang perusahaan yang cukup besar. Vana mengoleskan hand cream di tangannya karena dia pasti saja berjabatan tangan dengan orang dan biar tangannya tidak kering.

Sopir menghentikan mobil di depan lobby perusahaan dan Musa dengan sigap turun lebih dulu dari mobil. Musa mengitari mobil dan membukakan pintu mobil buat Vana. Sebenarnya ada satpam yang ingin membukakan, tapi dicegah oleh Musa karena biar dia saja yang melakukan.

"Makasih kak," ucap Vana saat dia sudah turun dari mobil.

Musa menekan tombol di pintu mobil dan perlahan pintu mobil tertutup. Sopir mengendarai mobil ke parkiran yang disediakan khusus buat tamu.

Satpam yang sudah kenal dengan Musa langsung mempersilahkan untuk masuk. Musa sering datang ke sini untuk mewakili Vana menghadiri meeting.

"Selamat pagi pak Musa," sapa seorang perempuan yang sepertinya sudah menunggu mereka di dekat pintu masuk.

"Selamat pagi bu Dea," sapa balik Musa.

"Oh iya kenalin ini ibu Aurel, atasan saya," kata Musa memperkenalkan Vana kepada perempuan yang bernama Dea.

"Selamat datang bu Aurel. Perkenalkan nama saya Dea, sekertaris pak Barra," kata Dea memperkenalkan dirinya dan mengulurkan tangan untuk berjabatan.

"Aurel," kata Vana dan menjabat tangan Dea.

Vana memang sengaja memakai nama akhirnya sebagai nama panggilan di dalam bidang bisnis.

"Mari bu Aurel, pak Musa, saya antarkan ke ruang meeting," kata Dea.

Dea berjalan lebih dulu di depan mereka, sedangkan Vana dan Musa mengikuti dari belakang.

Vana menggandeng lengan kiri Musa karena dia sedikit gugup untuk bertemu banyak orang dan ini juga pertama kalinya Vana akan menghadiri meeting tentang kerjasama.

Biasanya Vana hanya akan mendengarkan kesimpulan hasil meeting dari sekertaris nya dan kalo meeting pun cuma bersama dengan pegawai kantornya.

Mereka sampai di depan pintu berwarna hitam dan Dea mengetok terlebih dahulu, baru setelah itu membukanya.

"Pak Musa dan bu Aurel sudah satang," beritahu Dea dan membuka lebar pintu ruang meeting.

Semua orang yang ada di ruang meeting berdiri untuk menyambut dan sepertinya mereka yang datang paling akhir.

Vana melepaskan gandengan tangannya dari Musa dan dengan percaya diri dia melangkah masuk ke dalam ruang meeting diikuti oleh Musa.

Kedua mata Vana langsung bertatap dengan 4 pasang mata laki-laki yang terlihat kaget dengan kehadiran Vana di ruang meeting ini.

"Pak Barra, kenalin ini ibu Aurel, atasan saya," kata Musa memperkenalkan Vana kepada Barra.

Kalo dipikiran kalian adalah Barra mantan suami Vana, maka jawabannya benar.

Sebentar tidak hanya ada Barra saja, tapi ada Shaka juga selaku ayah kandung dari baby C, dan ada 2 sahabat mereka, yaitu Raden dan Giffary.

Keempat laki-laki sadar dari kekagetan mereka dan merubah ekspresi wajah jadi normal.

"Perkenalkan saya Barra, sekaligus CEO perusahaan ini. Senang bertemu dengan anda," kata Barra dan mengulurkan tangannya.

"Aurel," kata Vana dan menjabat tangan Barra sebagai formalitas saja.

Mereka juga hanya berjabatan tangan sebentar. Barra dengan basa-basi nya memperkenalkan Shaka, Raden, dan Giffary yang akan ikut bekerjasama dalam proyek. Vana berjabatan tangan dengan ketiga laki-laki itu dan dia sempat bertatap mata cukup lama dengan Shaka.

Setelah itu Dea mengarahkan Vana untuk duduk di kursi meja meeting. Sedangkan Musa duduk di kursi yang sudah disiapkan khusus buat sekertaris dan posisinya di belakang.

Barra membuka kegiatan meeting dan Dea membagikan dokumen tentang proyek yang akan dibahas hari ini.

Vana membuka lembar demi lembar dokumen itu sambil mendengarkan penjelasan dari Barra. Vana membaca setiap kata dengan teliti agar dia mengetahui proyek seperti apa yang akan dia inves.

"Mungkin itu saja penjelasan dari saya, kalo ada yang mau bertanya dipersilahkan," kata Barra dan setelah itu duduk di kursinya.

Vana mengangkat tangannya karena dia mau bertanya.

"Silahkan bu Va...Aurel," kata Barra dan hampir keceplosan memanggil dengan sebutan Vana.

"Terimakasih pak Barra," ucap Vana.

"Sebelumnya mohon maaf kalo pertanyaan saya agak sedikit sensitif," kata Vana meminta maaf sebelum mengatakan pertanyaannya.

"Saya mau tanya apa pertanggung jawaban yang akan bapak dan rekan bapak berikan kepada saya dan investor lain kalo semisalnya proyek ini gagal ditengah pengerjaannya?" Tanya Vana dan menatap Barra

"Terimakasih bu Aurel sudah bertanya," kata Barra.

"Kami sudah siapkan surat perjanjian. Silahkan dibagikan," kata Barra dan memerintah Dea untuk membagikan surat perjanjian yang sudah disiapkan.

MY LOVE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang