BAB 24

941 23 0
                                    

"Gila tuh cewek, bikin gue nggak nafsu makan," kata Vana dengan kesal.

"Mulutnya mau gue robek," kata Ambar yang juga kesal.

"Kenapa sih dia selalu ikut duduk satu meja dengan kita?" Tanya Naya.

"Aaaaaaaaaaa," teriak Vana dan syukur saja suasana koridor sedang sepi.

"Gue kesal banget, mie ayam gue masih setengah dan gue masih lapar," kata Vana dengan ekspresi wajah seperti orang yang mau menerkam mangsa.

Vana belum makan dari pagi tadi karena bangun kesiangan dan tidak sempat buat sarapan.

Baru juga Vana mau menikmati makanan pertamanya di hari ini, malah diganggu oleh perempuan gila yang tidak bisa jaga bicara.

"Barra ayo cari makan sekarang, sebelum gue hilang kesabaran," kata Vana dan melenggang pergi menuju parkiran mobil.

"Singa mulai bangun," kata Vania yang tahu bagaimana sikap Vana.

Barra dengan cepat menyusul Vana sebelum dia kena hamukan dan tentu saja itu akan berulang untuk beberapa hari kedepan.

"Ayo kita mereka cari makan, gue lapar," ajak Naya.

"Ayo," kata yang lain.

Mereka menyusul Vana dan Barra menuju parkiran mobil.

"Mau makan di mana, kami ikut?" Tanya Ambar.

"Restoran steak biasanya," jawab Vana.

Vana tiba-tiba ingin makan steak dan Barra harus mengikuti keinginan Vana.

"Di mana restoran?" Tanya Malik.

"Gue numpang mobil lo ya, soalnya gue nggak bawa mobil. Nanti gue tujukkan jalannya," kata Ambar.

"Oke," kata Malik.

Mereka masuk ke dalam mobil masing-masing. Vana bareng Barra, Naya bareng Raden, Ambar bareng Malik, dan Vania bareng Giffary sama Zafar.

Para laki-laki tidak tau restoran steak yang mau dituju, makanya mereka bagi tugas untuk menunjukkan arah.

*******************

Setelah menempuh perjalanan selama 30 menit, akhirnya mereka sampai di depan restoran steak langganan Vana dan ketiga sahabatnya.

Mereka semua masuk ke dalam restoran dan Vana punya kartu member VIP, jadinya bisa pesan ruangan privasi buat mereka.

Vana sengaja minta ruang privasi biar terpisah dari pelanggan lain dan mereka punya ruang buat bicara tanpa takut kedengaran oleh orang lain.

"Kamu serius pesan tiga porsi?" Tanya Barra dan menoleh untuk menatap Vana.

"Hmm," jawab Vana dengan deheman.

"Masih aja lo kesal, Bella memang gitu orangnya dari dulu," kata Giffary.

"Gue kesal karena lapar, bukan karena perempuan gila itu," kata Vana.

"Sudah jangan ajak Vana bicara dulu. Dia kalo sudah kelaparan bawaan nya mau marah-marah," kata Ambar.

Akhirnya mereka tidak mengajak Vana bicara karena takut marah Vana meledak dan mereka jadi sasaran.

Barra menoleh menatap Vana dan dia mengulurkan tangan untuk menyentuh tangan kiri Vana.

Vana menolehkan kepalanya karena merasa tangan kirinya disetuh oleh seseorang.

Tidak ada pembicaraan diantara mereka berdua. Barra hanya mengusap lembut punggung tangan kiri Vana dengan jari jempolnya.

Setelah menunggu 10 menit, akhirnya makanan mereka datang dan Vana langsung menikmati steak nya.

Steak milik Vana masak sempurna karena dia menghindari makan daging mentah karena takut ada bakteri yang tidak bagus untuk perkembangan anaknya.

Vana pesan steak daging sapi, steak daging ikan salmon, dan steak daging ayam. Dia menghabiskan semuanya karena memang kelaparan.

"Akhirnya gue kenyang," kata Vana setelah selesai minum air putih.

"Iyalah kenyang, lo makan tiga piring," kata Vania.

"Habisnya gue lapar banget," kata Vana dan menyandarkan punggungnya di kepala kursi.

"Kalian kapan berangkat liburan?" Tanya Malik.

"Tiga hari lagi," jawab Naya.

"Gue belum packing apapun, bingung mau bawa apa aja," kata Vana.

"Sama, gue bingung juga," kata Ambar.

"Gimana kalo kita beli pakaian di sana aja, jadi kita nggak perlu packing," kata Vana memberikan saran.

"Nggak usah berkeinginan yang aneh-aneh, jangan buat jadwal yang sudah disusun rapi berantakan karena lo berdua harus beli pakaian dulu," kata Vania.

Liburan kali ini diatur oleh Vania dan dia juga yang membuat daftar kegiatan setiap harinya.

"Tapi gue malas packing," kata Vana.

"Minta Barra yang packing barang lo," kata Vana.

"Kalo Barra yang packing, koper gue akan diisi sama dress semua dan gue nggak mau," kata Vana.

Barra mulai melarang Vana untuk menggunakan celana jeans atau celana yang memiliki bagian pinggang ketat.

Barra takut itu akan membahayakan calon anaknya dan tidak nyaman juga buat Vana.

Padahal Vana yang makai biasa aja karena dia tidak merasa terlalu menekan perutnya dan Vana juga biasanya pakai jeans yang bagian pinggangnya tidak terlalu ketat dan masih ada sedikit ruang kosong.

"Itu demi kenyamanan kamu juga," kata Barra.

"Nggak ada pokoknya, aku mau bawa banyak celana," kata Vana.

"Kalo gitu nggak usah pergi, batalin aja semua," kata Barra.

"Enak aja main batal batalin," kata Vana.

"Sudah sudah, lo berdua kenapa jadi berantem," kata Vania menghentikan perdebatan sebelum ada pertengkaran sepasang suami istri hanya karena pakaian.

Setelah itu mereka ngobrol banyak hal dan mereka merencanakan pergi liburan bareng setelah acara kelulusan.

Mereka ingin liburan sebelum disibukkan dengan mengurus berkas-berkas buat pendaftaran perguruan tinggi yang sudah mereka pilih.


MY LOVE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang