BAB 44

874 36 2
                                    

Siang ini Vana masak lebih banyak dari biasanya karena dia kedatangan 2 tamu. Tidak mungkin Vana masak buat dirinya sendiri dan membiarkan kedua tamunya kelaparan.

Siang ini Vana masak steak ikan salmon dilengkapi dengan
mashed potato dan brokoli rebus. Hanya itu yang bisa Vana masak karena dia belum pergi belanja dan akhirnya dia masak apa yang ada di dalam kulkas.

Sesampainya di sini, Vana pesan bahan makanan lewat online karena dia masih capek dan juga malas buat pergi keluar.

Vana menyajikan makanan ke atas meja makan dan juga tidak lupa segelas air putih. Setelah selesai, Vana melangkahkan kaki menuju ruang tengah di mana kedua laki-laki itu berada.

"Ayo makan siang dulu, gue sudah selesai masak," kata Vana mengajak kedua laki-laki itu.

Aneh rasanya buat Vana melihat dua laki-laki yang bisa dibilang keduanya adalah mantan suaminya dan sekarang berada di rumahnya. Vana sudah move on dari kedua laki-laki itu, bahkan dia menganggap Barra sebagai teman dan Shaka sebagai papi kandung dari Chelsea.

"Chelsea tidur?" Tanya Vana saat melihat baby C sudah dalam posisi berbaring di lengan Shaka.

"Iya" jawab Shaka.

"Sini biar gue letakkan ke kamar," kata Vana dan dengan hati-hati mengambil baby C dari Shaka.

"Silahkan kalian makan duluan," kata Vana setelah baby C sudah berada di gendongannya.

Vana melangkahkan kakinya menuju kamar utama. Baby C memang tidur satu kamar dengan Vana, tapi mereka beda kasur karena baby C punya kasurnya sendiri.

Sebenarnya Vana sudah siapkan kamar buat baby C. Tapi kamar iti hanya berisi lemari pakaian baby C dan juga mainan. Menurut Vana baby C masih terlalu kecil buat pisah kamar dengannya dan Vana juga merasa capek harus bolak-balik dari kamarnya ke kamar baby C kalo tengah malam baby C minta susu.

"Selamat tidur sayang," kata Vana saat baby C sudah beradaci kasurnya.

Vana mencium kening baby C dan setelah itu dia keluar dari dalam kamar. Vana bawa monitor cctv yang mengarah ke kasur di mana baby C sedang tidur, jadi Vana bisa dengan jelas kalo baby nangis karena cctv yang beli sudah ada sistem suaranya. Vana menutup pintu kamar dengan pelan agar tidak membangunkan baby C.

Vana pergi ke dapur dan melihat Shaka dan Barra sudah berada di sana.

"Kenapa belum makan?" Tanya Vana.

"Nunggui lo, biar makan bareng," jawab Shaka.

Vana melatakkan layar monitor ke atas meja dan dia duduk di kursi depan kedua laki-laki itu.

"Maaf cuma ini yang bisa gue masak, soalnya gue belum belanja," kata Vana.

"Ini juga sudah banyak," kata Barra.

"Ayo mulai makan," kata Vana.

Akhirnya ketiga orang itu mulai makan dan suasana menjadi hening, hanya ada suara detingan dari garpu dan pisau makan.

"Nanti lo berdua sibuk nggak?" Tanya Vana memecahkan keheningan di meja makan.

"Enggak," jawab Barra.

"Kalo gitu gue titip Chelsea sebentar, gue mau pergi ke supermarket," kata Vana.

"Gue boleh ikut, ada yang mau dibeli?" Tanya Shaka.

"Kalo lo ikut gue gimana, gue nggak bisa ngurus bayi?" Tanya Barra.

"Chelsea nya gue bawa aja kalo gitu. Takut juga gue ninggalin anak gue berduaan sama lo," kata Vana.

Setelah itu tidak ada lagi pembicaraan diantara mereka. Selesai makan siang ketiga orang itu kerja sama untuk membersihkan bekas makan siang mereka. Vana sudah melarang, tapi kedua laki-laki itu keras kepala mau bantu dan akhirnya Vana mengalah.

**************

Jam 2 siang, Vana dan baby C sudah siap mau berangkat ke supermarket. Baby C bangun karena mau minum susu dan sekalian saja Vana ganti pakaian baby C. Vana keluar dari dalam kamar dengan baby C yang berada di gendongannya.

Di bahu kiri Vana terpasang tas yang berisi perlengkapan baby C dan juga atas sling bag nya.

"Sini," kata Shaka.

Ternyata Shaka sudah siap dan duduk di sofa ruang keluarga untuk menunggu Vana dan baby C. Shaka langsung berdiri saat mendengar suara pintu kamar Vana dibuka. Shaka dengan sigap menghampiri Vana dan mengambil alih tas baby C dan sling bag Vana.

"Pergi sekarang?" Tanya Barra yang datang dari dapur dengan membawa satu bungkus ceripik kentang yang baru saja dia buka.

"Iya," jawab Vana.

"Lo mau titip apa?" Tanya Vana.

"Titip cemilan," jawab Barra.

Vana menganggukkan kepalanya sebagai tanda mengerti dan mengiyakan perkataan Barra. Setelah itu Vana dan Shaka berpamitan buat pergi dan Vana menitipkan rumahnya kepada Barra.

Sesampainya di depan, Shaka membukakan pintu belakang di mana carseat baby C terletak dan Vana meletakkan baby C di sana. Selesai meletakkan baby C dengan aman, Vana masuk ke dalam mobil bagian pengemudia. Vana yang akan nyetir mobil karena Shaka tidak punya SIM buat nyetir di wilayah eropa.

"Lo sama Barra berapa lama di sini?" Tanya Vana membuka obrolan karena terlalu sepi.

"Dua minggu," jawab Shaka yang duduk di kursi samping Vana.

"Oooo," kata Vana dengan anggukkan kepalanya.

"Lo kapan balik ke Indonesia lagi?" Tanya Shaka.

"Belum tau, soalnya banyak yang harus gue selesaikan di sini," jawab Vana.

"Nanti kalo gue pulang ke Indonesia, gue bisa ke sini lagi kan buat ketemu sama Chelsea?" Tanya Shaka dengan hati-hati.

Vana diam karena dia sedang memikirkan apa yang harus dijawab dari pertanyaan yang dilontarkan oleh Shaka.

"Kalo nggak boleh juga nggak apa-apa,  gue nggak akan maksa," kata Shaka karena Vana tidak menjawab pertanyaan darinya.

"Yang penting gue sudah pernah ketemu dan main sama Chelsea, itu akan menjadi memori terindah buat gue dan nggak akan pernah gue lupakan," sambung Shaka lagi dan membuat Vana merasa sedikit bersalah.

"Terlalu egois buat gue memisahkan Chelsea dengan papi kandungnya hanya karena sakit hati gue," kata Vana setelah menghembuskan nafas kasar.

"Sekarang gue buka pintu untuk lo bertemu dengan Chelsea kapapun. Gue harap lo membuktikan kalo mau memang papi yang terbaik buat Chelsea," sambung Vana.

"Sekali saja lo sakiti Chelse, gue nggak akan pernah izinkan lo buat ketemu sama dia," peringati Vana dengan nada bicara yang serius.

"Makasih banyak lo masih mau memberikan gue kesempatan. Gue akan buktikan kalo gue adalah papi terbaik buat Chelsea dan gue nggak akan menyakiti dia," kata Shaka dengan semangat.

"Gue pegang omongan lo," jata Vana.

Mungkin sekarang waktu buat Vana berdamai dengan keadaan di masa lalunya. Memaafkan orang-orang yang sudah menyakitinya dan memberikan kesempatan buat mereka.


MY LOVE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang