-- MADNESS --

43 4 0
                                    

Valerio menatap Sakura lekat dalam perjalanan mereka ke apartemen Sakura. Sekilas, ia teringat wajah sendu Sakura ketika mengatakan ingin merahasiakan kehamilannya.

"Aku.. tidak ingin semakin menyakiti Iaros, Vale. Hingga kita bisa bersama, tak masalah kan jika hanya kita dan Kak Aiko yang mengetahuinya?"

Valerio mengerti jika posisinya dan Sakura masih rentan. Ia paham jika Sakura merasa bersalah atas hubungan mereka yang terjalin di belakang Iaros. Ia tak menyangka jika mereka sama-sama saling membuka hubungan rahasia mereka kepada pasangan masing-masing.

Valerio sempat menyesal karena tak ada di sisi Sakura ketika hubungan mereka diketahui oleh Iaros. Padahal ia telah berjanji untuk tidak membiarkan Sakura mengungkap kebenaran sendirian. Namun, ia tak bisa menduga takdir yang terus berjalan. Yang bisa ia lakukan kini hanyalah melindungi Sakura dan janin mereka yang telah hadir.

Valerio menggenggam tangan Sakura. Berusaha menguatkan perempuan itu yang kini juga tengah menatapnya. Besok adalah hari dimana ia bisa lepas dari Tamara. Setelah itu, ia akan segera menemui Iaros untuk menjelaskan semua yang terjadi antara dirinya dan Sakura selama ini.

Ditambah dengan kehamilan Sakura kini, perempuan itu berpotensi menanggung kebencian banyak pihak jika hubungan mereka terungkap. Maka dari itu, Valerio harus selalu melindunginya.

"Vale, bagaimana perasaanmu sekarang?"

"Sangat senang. Ini impianku sejak aku mulai menyukaimu."

"Besok pernikahanmu dengan Tamara akan diputuskan. Kau.. baik-baik saja?"

"Tentu. Aku baik-baik saja. Aku berusaha agar kami segera usai. Dengan begitu, aku bisa segera melindungimu dan bayi kita."

Sakura menunduk merapatkan kakinya. "Aku minta maaf, Vale."

Vale terkejut dan langsung menatap Sakura. "Hey, ada apa hmm?"

"Aku.. tega merusak pernikahanmu."

Sejujurnya, Valerio tak ingin membahas tentang perceraiannya besok. Ia tak ingin Sakura terpikirkan hingga berpengaruh pada janinnya. Namun, ia tahu mungkin perempuan itu menjadi lebih sensitif karena kehamilannya. Valerio memutuskan untuk menghentikan mobilnya sementara. Pria itu memeluk Sakura dan menenangkannya.

"Ssst.. sudah kau tak perlu memikirkannya. Yang harus kau tahu, aku merasa terbebani jika tidak segera melepaskan Tamara. Dia layak mendapatkan cinta tulus dari pria lain, karena aku tak pernah bisa memberikannya."

"Tapi.. dia hanya mencintaimu--"

CUP.

"Dan aku hanya mencintaimu. Kau yang aku inginkan, bukan Tamara ataupun orang lain."

Valerio kembali mencium bibir Sakura dengan lekat. Kehangatan yang terselubung dari ciuman manis itu memengaruhi Sakura. Ia membalas ciuman Valerio dan mengalungkan tangannya di leher kekasihnya itu.

Tangan Sakura memainkan rambut fluffy Valerio. Begitu pula tangan Valerio yang mulai membelai perut mungil Sakura. Pria itu mengangkat tubuh Sakura ke pangkuannya.

"Aku ingin menua bersamamu dan anak-anak kita, Sakura."

Sakura menitikkan air mata menatap Valerio. Jemari besar Valerio mengusap air mata yang jatuh dari netra Sakura. Keduanya merasakan tekad yang bulat untuk bersatu di tengah gempuran perasaan bersalah.

Valerio mendekap erat tubuh mungil Sakura. Ia merasa utuh di dekat wanita yang sangat ia cintai tersebut. Yang kini tengah mengandung jabang bayinya. Ia ciumi wajah Sakura berulang kali.

"Kita pulang sekarang."

🌸🌸🌸

"Apa? Sakura hanya masuk setengah hari?"

Love Blossom🌸Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang