-- REGRET --

76 7 0
                                    

Detik demi detik Valerio lewati dengan berjalan di sore hari itu. Matanya menebar pandangan ke arah acak. Menemukan setiap orang sibuk dengan kegiatan masing-masing.

Gemrisik bunyi kendaraan menemani waktunya yang sedang ia habiskan sambil menanti bus yang selalu ia tumpangi setiap harinya. Melihat waktu pada arloji mahalnya, ia menghembuskan napas berat seraya memikirkan kejadian beberapa hari lalu yang masih mengganjal di benaknya.

Tidak tahu harus berbuat apa setelah sekian lama tak berjumpa dengan sosok dalam pikirannya.

Haruskah ia senang telah bersua kembali dengan sosok itu? Atau marah lantaran harus kembali dipertemukan dengan wanita itu?

Wanita berhasil mengambil tempat tersendiri dalam hatinya. Semakin lama semakin memenuhinya, hingga ia sendiri tak tau bagaimana cara menghentikannya.

Namun ia beruntung tatkala wanita itu mengambil cela untuk menghindarinya. Sama seperti apa yang tengah ia lakukan saat ini.

Mungkinkah Sakura menyadarinya?

Bahwa Valerio tak ingin kembali dekat dengannya. Meski perasaannya justru sebaliknya. Ia merasa bersalah karena entah hal apa.

Namun, mengapa ia harus bersalah?

Dimana sebenarnya letak kesalahan itu?

Bukankah menjauhi Sakura adalah tindakan yang tepat ia lakukan?

Lalu mengapa ia tak mendapatkan ketenangan setelah menjalani kehidupan sesuai norma yang sewajarnya?

Bukankah ia telah menunjukkan niatnya untuk menjauh?

Tanpa sadar, setitik air mata berkumpul di ujung netranya. Bersiap untuk tumpah jika tak segera dihalau oleh kedua tangannya.

Kalimat yang sama di benak Sakura, muncul pula di benaknya.

Mengapa mencintai bisa sesakit ini?

Ia kembali berpikir bahwa cinta yang dirasakannya ini adalah terlarang. Konsekuensinya bukanlah kebahagiaan yang akan ia dapatkan, tetapi hanya luka mendalam.

Ia pernah begitu penasaran dengan perasaan jatuh cinta. Pernah ingin mengalami masa itu, bahkan jika itu hanya bisa ia rasakan sekali seumur hidupnya. Namun, saat ini entah mengapa ia menyesal ketika harapannya terkabulkan.

Valerio berhasil merasakan jatuh cinta untuk pertama kalinya, tetapi juga harus merasakan patah hati untuk ke sekian kalinya karena harus kembali melepaskan sesuai tuntutan kebaikan.

Agar dirinya tak membuat lebih banyak orang di sekitarnya merasa sakit hati dan terluka karena kenyataan tentang perasaannya. Akan lebih baik, bila hanya Valerio yang kesakitan lantaran harus menumbalkan perasaannya yang baru tumbuh setelah sekian lama mati.

Namun, sampai kapan ia akan bertahan?

Sanggupkah menahannya sampai perasaan itu benar-benar ia akhiri?

Tak terasa pijakannya sampai di depan kedai kopi yang sedikit familiar olehnya. Ia berjalan sejak dari halte bus. Entah mengapa seakan ada tarikan yang membuatnya menjadi enggan untuk menanti bus, lalu bergegas berjalan hingga sampai di tempat itu.

"Mengapa dokter tidak mau melakukannya? Dunia ini sangat luas, Dokter. Ada banyak hal yang belum kita coba sebelumnya. Jika kita ingin, maka kita bisa mencobanya dengan cara apapun. Aku sangat yakin bahwa semua orang memiliki kesempatan untuk menggapai apa yang mereka inginkan. Aku juga yakin bahwa kebahagiaan bisa datang tanpa batas apapun, meski harus berjuang sedikit demi sedikit. Karena untuk apa meraih sebuah kehidupan jika itu artinya tidak membahagiakan?"

Love Blossom🌸Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang