-- BACK --

92 11 0
                                    

Sakura mengerjapkan kedua netranya. Perlahan, ia mulai mengingat jika ia sedang berada di tempat lain. Bukan di dalam kamar apartemennya seperti biasa.

Lamat-lamat ia mulai merasakan bahwa lengan kirinya masih terasa sedikit nyeri. Namun syukurnya rasa nyeri itu sedikit berkurang, tidak seperti kemarin. Dalam hati ia berharap supaya bisa pulih dalam waktu yang singkat agar tak semakin merepotkan banyak orang. Terutama suaminya. Ia hanya perlu beristirahat dan segera memulihkan kondisinya.

Sakura juga baru menyadari jika ia terbangun bukan di atas ranjang bilik UGD seperti kemarin. Melainkan di sebuah kamar yang cukup luas. Disertai dengan alat-alat medis yang masih melekat di tubuhnya. Baru ia sadari jika yang sedang ditempatinya kini adalah ruang rawat inap. Dan sepertinya, ia baru saja dipindahkan ke ruang rawat ini.

Namun, siapa yang sudah memindahkannya?

Lamunan Sakura terbuyarkan oleh kedatangan seorang pria tampan berjas putih yang datang dengan dua orang perawat di belakangnya secara tiba-tiba. Sakura bisa mengira bahwa ia akan diperiksa oleh dokter dan perawat tersebut.

Namun saat melihat dokter tersebut, raut wajahnya seketika berubah. Dan tanpa sadar, Sakura mulai menoleh ke arah sekitar. Mencari sosok lain yang secara tiba-tiba muncul dalam pikirannya. Sakura terlihat serius saat mengedarkan pandangannya ke arah pintu masuk ruang rawatnya. Sedikit berharap bahwa ia akan menemukan sosok yang kemarin telah menemani dan merawatnya itu.

Seolah mengerti dengan gelagat bingung yang Sakura tunjukkan, dokter tampan yang sedang mengganti perban Sakura itu mulai sedikit tertawa hingga mengalihkan atensi Sakura yang mulai menoleh padanya.

"Halo Nona Sakura Isabelle, perkenalkan aku dokter Albara Lian. Hari ini aku yang bertugas untuk melakukan pemeriksaan pada lukamu. Bagaimana kondisimu hari ini? Apa lenganmu masih terasa sakit? Atau ada bagian tubuh lainnya yang mungkin terasa nyeri?"

"Hanya lenganku saja yang masih terasa nyeri, Dokter."

"Bagaimana dengan pergelangan tangan kirimu?"

"Ini sudah baik-baik saja."

"Syukurlah kalau begitu. Sebenarnya kemarin aku sempat tak menjumpai cedera di bagian pergelangan tanganmu itu. Tetapi dokter Richardson memang lebih teliti daripada aku. Dia yang mengetahuinya pertama kali."

"Dokter Vale?"

"Ya, dia yang sepertinya sedang kau cari pagi ini."

"Ah itu, bu-bukan seperti itu maksudku."

"Dia cuti hari ini jika kau ingin tahu."

"Memangnya dia pergi kemana?"

"Entahlah. Dia tak memberitahu alasannya padaku. Tapi sepertinya.. dia pergi ke makam ibunya."

"Ibunya? Ah, maaf. Aku tak tahu tentang hal itu."

"Tak apa, Nona. Wajar jika kau tidak mengetahuinya."

"Emm, dokter Albara, aku ingin berbicara berdua denganmu."

Mendengar hal itu, kedua perawat yang telah selesai bertugas membantu Justin mengganti perban Sakura pun mengangguk mengerti dan segera bergegas keluar meninggalkan Sakura dan Bara yang akan berbicara empat mata.

"Apa aku boleh bertanya padamu?"

"Boleh, memangnya kau ingin bertanya apa, Nona?"

"Siapa yang memindahkanku kesini? Kemarin sepertinya aku masih berada di UGD. Dan sebenarnya jika bisa, aku ingin dirawat jalan saja daripada dirawat inap seperti ini."

"Dokter Valerio yang memindahkanmu kesini. Sesuai peraturan di rumah sakit ini, wali dari pasien yang sudah ditangani harus segera mengurus administrasi rawat jalan atau rawat inap. Karena kemarin kau terlelap begitu nyenyak akibat efek obat pereda sakit yang kami berikan, akhirnya dokter Valerio sendiri yang membawamu pindah ke ruang rawat ini. Tanpa mau membangunkanmu."

Love Blossom🌸Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang