-- TWO BUTTERFLIES --

58 5 1
                                    

Menatap punggung kekar sang suami yang kian menjauh untuk membeli popcorn, Sakura mengusap air mata yang jatuh dari pelupuk matanya. Meski diam-diam ia terenyuh akan perubahan sikap suaminya, tetapi ia sadar bahwa hatinya tak bisa kembali dimiliki oleh pria itu.

Sejenak ia merasa seperti sosok yang tak pantas dimaafkan karena tega mengkhianati suami sebaik Iaros. Ia seperti seorang munafik yang berani memancing dosa bersama pria lain atas dasar cinta.

Sakura mengerti bila tindakannya sangatlah salah. Konsekuensi yang harus ia terima pun pastilah menyakitkan. Ia tahu, tetapi berusaha menutup mata dan telinga. Karena ia pun lelah menjalani hidupnya yang sulit untuk mendapat kebahagiaan selama menikah dengan Iaros.

Bukannya tidak bersyukur, tetapi kali ini Sakura hanya ingin hidup bahagia bersama orang yang ia cintai. Ia merasa saat inilah dirasanya tepat untuk berlaku egois demi meraih tujuannya itu.

Tangan Iaros mulai menggenggam erat jemari mungil Sakura, yang sedari tadi hanya diam fokus melihat film yang diputar.

Entah mengapa Iaros merasa jika Sakura tak merasa senang akan kencan yang mereka lakukan. Baru saja ia mencoba untuk berbicara, suara telepon terdengar menarik atensinya, begitu pula dengan Sakura.

Dengan seksama Sakura bisa melihat kernyitan dahi Iaros yang menandakan bila suaminya itu tengah dalam kondisi emosi memuncak. Sakura mengeratkan genggaman pada tangannya sendiri, memilih diam hingga suaminya menyimpan kembali ponselnya ke dalam saku.

Menghembuskan napas menyesal, Iaros berusaha tenang saat berbicara pada Sakura.

"Sakura.. maafkan aku. Atasanku kecelakaan dan aku harus segera kesana sekarang. Kau bisa pulang sendiri kan?"

"Kakak harus pergi sekarang? Filmnya baru saja dimulai."

"Aku harus pergi sekarang. Mereka membutuhkan persetujuanku untuk mengoperasinya karena orang tuanya sedang di luar negeri."

"T-tapi Kak--"

"Nanti saja, aku harus segera pergi."

Punggung lebar itu menjauh dari pandangan Sakura. Meninggalkannya sendirian dalam ruang bioskop tersebut. Tanpa mengucap salam pamit apapun.

Iaros bahkan tak peduli tentang bagaimana cara Sakura nanti pulang. Setidaknya akan lebih baik untuk membawa istrinya ikut serta pergi ketimbang meninggalkannya sendirian di tempat tersebut.

Sakura malu, juga kecewa. Malu karena ditinggalkan sendirian begitu saja di tengah banyak orang. Juga kecewa karena Iaros kembali mengingkari janjinya.

Apakah ini cara pria itu memperbaiki hubungan dengannya? Sungguh ini adalah cara terburuk yang pernah ia terima.

Film yang tengah diputar itu kini menjadi satu-satunya pengalih fokusnya sekarang. Sakura tak memiliki opsi lain selain menontonnya sendirian. Setidaknya ia tidak ingin tiket yang telah terbeli itu terbuang sia-sia.

Oleh karena itu, ia memilih bertahan disana walau dirinya telah ditinggalkan begitu saja. Film itu bahkan tak terasa menarik lagi baginya.

Keheningan bioskop telah berbaur dengannya yang sedari tadi terdiam menikmati alur film. Hingga ia merasakan kursi di sampingnya ditempati oleh seorang pria berhoodie abu-abu dengan rambut fluffy kecoklatan.

Sakura sempat acuh karena mengira itu adalah orang lain yang asing baginya. Namun ia terkejut saat sosok tersebut menggenggam erat tangannya dan membuka penutup maskernya.

Valerio?

"Terkejut ya?"

Sakura mengangguk. Ia tak tahu mengapa Valerio tiba-tiba saja bisa mendatanginya.

Love Blossom🌸Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang