-- WARM --

77 6 16
                                    

Cahaya matahari pagi itu memancarkan sinar hangatnya menembus kaca jendela sebuah kamar yang tengah dihuni oleh dua sejoli yang tengah dimabuk asmara.

Keduanya saling berpelukan dalam tidur lelap mereka, seakan tak terganggu dengan suasana hari yang beranjak siang dengan udara yang makin menghangat. Saling mendekap seolah tak ingin melepaskan satu sama lain.

Valerio dan Sakura memutuskan untuk menikmati kebersamaan mereka tanpa mau diganggu oleh siapapun. Terbukti dengan ponsel milik mereka yang sengaja dimatikan, tak perduli bila ada salah satu dari orang terdekat mereka khawatir akan keberadaan sejoli itu. Intinya, mereka hanya ingin menghabiskan waktu bersama di rumah itu.

Semua ini berawal dari permintaan sosok pria yang terbangun lebih awal dari si wanita di kamar tersebut.

Valerio merasa tak ada hal yang lebih penting dari kebersamaan mereka saat ini. Hingga malam kemarin saat mereka berbincang, ia mengatakan seluruh keinginannya untuk hidup bersama Sakura.

Flashback

Sakura menoleh padanya. Tepat seperti dugaan awalnya, rumah ini adalah milik keluarga Valerio. Ia semakin gugup, tapi tersamarkan oleh rasa penasaran yang mulai hinggap dalam benaknya.

"Ah begitu. Lalu, dimana keluargamu?"

Valerio terdiam. Ia hanya menatap lekat sebuah pigura kecil yang terletak di depannya.

Tidak adanya respon dari Valerio, membuat Sakura sedikit bingung. Ia mulai takut jika pertanyaannya mungkin ada yang menyinggung perasaan Valerio.

"Tidak ada."

Valerio menoleh dan kemudian mendekati Sakura. Ia mulai bercerita tentang masa lalu yang seringkali menghantuinya dengan perasaan bersalah. Di rumah itu, ia mencurahkan segala perasaan yang selama ini selalu dipendamnya sendirian di hadapan perempuan yang dicintainya itu.

"Aku menjadi penyebab kepergian Ibuku."

Sakura terkejut mendengarnya. Namun ia berusaha menormalkan ekspresinya, takut jika Valerio akan tersinggung melihatnya. Tak lupa untuknya kembali menggenggam erat tangan pria di sampingnya itu, karena Sakura tahu jika topik pembicaraan mereka saat ini cukup berat.

"Saat aku berumur 10 tahun, aku ingat ada mobil yang hendak menabrakku.."

"... Aku semakin tidak beruntung, saat tahu jika ragaku diselamatkan oleh Ibuku."

Saat itu Valerio tidak sengaja melemparkan bolanya ke arah jalan raya. Ia ingat betul perkataan ibunya yang menyuruhnya agar tak bermain di dekat jalan raya tersebut. Dan kini bolanya berhenti tepat di tengah jalan. Sejujurnya Valerio bingung apakah ia harus mengambilnya atau tidak.

Di satu sisi, ia ingin berteriak meminta tolong. Akan tetapi, ia tidak menjumpai seseorang disana. Ia mendapati peluang mengambil bolanya ketika melihat jalan raya itu mulai tak begitu ramai. Akhirnya Valerio memberanikan diri mengambil bola itu sendirian dengan berhati-hati.

Valerio berhasil mendapatkan bolanya dan berusaha untuk segera lari sebelum ada kendaraan yang lewat. Namun naas, ia jatuh karena terbelit sandal yang talinya tiba-tiba putus. Dalam waktu yang sama, ada sebuah mobil berkecepatan tinggi melaju tanpa ia duga.

Saat itu yang bisa Valerio rasakan hanyalah dorongan keras dari seseorang hingga ia terjatuh dan terguling cukup keras tetapi dalam kondisi yang masih cukup baik. Hanya sedikit lecet yang ia dapatkan.

Namun ia tak menduga jika yang ia alami ternyata lebih buruk.

Valerio melihat presensi ibunya yang telah bersimbah darah di jarak yang cukup jauh darinya. Ia dapat mengira jika tubuh ibunya itu sempat terpental beberapa meter ke depan setelah mendorongnya.

Love Blossom🌸Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang