9 - Jeaolusy jeaolusy

5K 74 11
                                    

Ayo ramaikan dengan vote dan komen!






Mahadewa

Setelah bersenang senang sedikit dengan Serena aku kembali ke kamar dan kulihat Stefani masih tidur pulas. Kuakui sudah 1 minggu lamanya kami tidak pernah bercinta karena Stefani selalu saja pulang malam dan tertidur karena kelelahan. Alhasil kedekatan kami kini sedikit berkurang, meski begitu aku tidak begitu kesal karena ada Serena yang bisa mengisi kekosonganku.

Awalnya aku memang ingin bermain-main dengan gadis galak itu meski dari segi fisik Serena juga tipeku. Sangat menyenangkan melihat dia marah-marah namun lama-lama aku juga makin terbiasa dengan kehadirannya. Entahlah rasanya ada chemistry antara aku dan dirinya yang membuatku ingin terus ada di sampingnya.

Tidak hanya merasa cocok, semua yang ada pada dirinya aku suka. Bahkan respon sensual saat aku menggodanya sangat membuatku menggila. Namun saat ini aku masih menahan diriku untuk tidak menyerangnya dengan brutal. Entahlah rasanya belum tiba saatnya aku berbuat hal yang jauh pada Serena.

Karena waktu sudah menunjukan pukul 1 malam akhirnya aku tidur karena esok hari harus bertemu dengan walikota Jakarta Utara. Tampaknya aku akan tidur nyenyak malam ini karena mulai mendapatkan perhatian Serena. Aku seolah mendapatkan durian runtuh karena bisa mengenal Serena dan tidak peduli meski dia anak tiriku.


..............................




"Pak Mahadewa sangat tampan dan juga tinggi ya!" Ucap Pak Zain Maranata yang merupakan walikota Jakarta Utara dan saat ini kami sedang berada di salah satu universitas swasta esok harinya.

"Terimakasih pak" jawabku singkat karena hampir semua orang yang bertemu denganku selalu saja memuji ketampananku dan menurutku itu biasa saja karena tampan tapi miskin tentu tidak keren. Lain halnya jika aku dipuji karena kesuksesanku tentu aku merasa lebih senang.

"Saya akan segera turun dari kursi walikota dan berniat untuk mencalonkan diri lagi, bagaimana kalau pak Mahadewa yang menjadi wakil saya?" Tiba tiba pak Zain menawariku untuk duduk di singgasana wakil walikota, memang terlihat sedikit menggiurkan tapi aku belum menginginkan posisi itu.

"Masih banyak orang lain yang lebih cakap dan mumpuni di bidangnya pak... kenapa harus saya?" Tanyaku balik keheranan.

Saat ini kami sedang berjalan-jalan di depan gedung serba guna Universitas Harapan Indah. Tanpa sengaja kami bertemu karena kebetulan hari ini aku jadi narasumber dalam acara seminar. Tapi tidak kusangka jika pak Zain mengajakku untuk ikut berpolitik bersamanya. Mungkin tak buruk juga melebarkan sayap menjadi wakil walikota hanya saja aku belum menemukan niat dan masih nyaman menjadi DPR.

"Pak Mahadewa kan tampan, gagah dan pintar tentu sangat sesuai jika mencalonkan diri sebagai pejabat negara. Mengapa masih ingin berada di posisi DPR?"

"Saya masih nyaman menjadi wakil rakyat... tapi jika kedepannya saya bersedia tentu saya akan segera menghubungi bapak" jawabku mantap.

Setelah selesainya acara aku memutuskan menjemput Serena pukul 2 siang di kampus. Akhirnya dia diterima menjadi mahasiswa baru di kampus tersebut. Kebetulan hari ini adalah hari pertamanya kuliah, aku ingin membuatnya terkesan dengan menjemputnya. Tanpa sadar aku tersenyum karena merasa jiwa mudaku kembali karena merasa berbunga-bunga akan bertemu Serena. Apa mungkin aku sedang mengalami puber kedua? Entahlah aku tak peduli juga.

Saat sampai di kampus ternyata aku tidak melihat gadis itu. Serena bilang di telepon saat ini dia berada di kafe bersama teman-temannya karena jam perkuliahan telah berakhir. Padahal aku ingin mengajaknya makan siang sebelum kembali ke kantor, eh dia malah menghilang.

Dengan terpaksa aku datang ke kafe dan masuk ruangan yang dia bilang. Tapi saat masuk kulihat Serena sedang berciuman dengan bocah ingusan yang kemarin datang ke rumah. Tidak bisa dibiarkan bocah tinggi kurus ini menyentuh Serena!

Step FatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang