25 - Mature man and a little girl

2.8K 40 1
                                    

Mohon untuk memberikan vote nya!!




Mahadewa

Tampaknya caraku untuk membuat Serena putus dengan pacarnya berhasil. Terbukti Thomas sudah tidak pernah muncul lagi di rumah ini dan tanpa sadar suasana hatiku jadi lebih baik karena sudah tak ada lagi saingan untuk mendapatkan Serena. Memang sedikit egois, aku hanya ingin Serena menjadi milikku seutuhnya tapi aku masih menjadi suami ibunya sendiri. Tapi aku tidak peduli, memang sejak kapan Mahadewa tidak bersikap licik?

Jika aku tidak punya sifat licik tentu saja aku tidak mungkin bertahan di dunia politik. Dunia politik itu keras dan orang-orang yang terlalu jujur tidak akan bertahan lama dan cenderung lebih cepat tersingkir. Sifat licik adalah sebuah keharusan karena tidak ada satupun politikus yang bersih.

Namun Serena bilang jika Thomas mulai mencurigai kami memiliki hubungan gelap. Kalau begitu hal ini sama sekali bukan masalah besar, apalagi Thomas tidak mempunyai bukti jika aku dan Serena punya hubungan. Bagaimana mungkin gertakan pemuda berumur 19 tahun akan memiliki efek padaku yang sudah 39 tahun? Bodoh sekali si Thomas, tapi baguslah bocah tengik itu sudah menyingkir dan tidak akan lagi menghalangi jalanku untuk berdekatan dengan Serena.

Ngomong-ngomong pada hari ini aku berada di kantor KPU untuk mendapatkan kabar siapa saja yang lolos menjadi calon walikota dan calon wakil walikota Jakarta Utara. Tampaknya semua orang merasa gugup karena takut akan tersingkir tapi entah kenapa aku merasa yakin bisa menjadi kandidat dan bersikap sangat santai. Hari ini perasaanku sedang bahagia entah kenapa dan sangat yakin bisa lolos.

"Anda sangat tenang ya Pak Mahadewa" Pak Zain berbisik di sebelahku.

"Yah mungkin saya sedikit yakin kita bisa menjadi salah satu kandidat sehingga saya tidak gugup sama sekali..." balasku percaya diri.

"Baguslah... semua sikap tenang anda membuat saya ikutan merasa santai.."

Tak lama KPU mengumumkan siapa kandidat yang layak yang mana tentu saja ada nama Pak Zain Maranatha dan aku. Sudah ku bilang kan tidak mungkin Mahadewa tidak dilirik untuk menjadi kandidat karena sepak terjangku yang cukup melegenda di dunia politik. Ayolah menjadi wakil rakyat selama 2 periode sudah sangat cukup membuktikan aku sudah lama berkiprah di dunia politik. Sambil tersenyum puas aku menyalami semua calon yang terpilih. Beruntung ada 3 pasang calon walikota dan calon wakil walikota yang akan maju di pemilihan ini.

Dalam hati aku tertawa karena membayangkan wajah Bu Maharani yang kesal karena partainya pasti akan kehilangan pamor. Yah.. sudah pasti tanpa aku mereka hanyalah orang-orang yang tidak penting dan sibuk menjilat para pejabat saja agar bisa bertahan di bangku politik. Aku tak sabar mendengar berita kehancuran partai politik yang sudah mendepakku itu.

"Mulai minggu depan kita akan melakukan kampanye di berbagai tempat jadi sepertinya pekerjaan Pak Mahadewa akan sedikit terganggu" ucap Pak Zain setibanya kami di markas dan tepatnya berada di rumahnya sendiri.

"Saya tahu pak dan mungkin kita juga harus mengatur strategi agar masyarakat tertarik untuk memilih kita" balasku sambil menyalakan rokok.

"Sudah saya duga jika Pak Mahadewa memang memiliki otak yang cerdas!!"

Seringai tipis mulai muncul dari bibirku, tentu saja Pak Zain harus merasa bersyukur karena aku yang jadi wakilnya. Kalau bukan aku belum tentu orang akan merasa tertarik terlebih elektabilitasku masih tinggi menurut lembaga survey.....




................................






Aku pulang ke rumah saat sore hari tiba tentu saja aku tidak melihat wajah istriku. Dia selalu pulang malam dan hubungan kami rasanya semakin renggang. Beruntung ada Serena yang bisa menjadi tempatku melepas penat sehingga aku tidak terlalu emosi dengan kesibukan Estefania. Jika begini bisa-bisa aku menceraikan Fani karena dia tidak bisa menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri.

Step FatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang