29 - Full of lie

1.5K 43 2
                                    

Mohon memberikan vote dan komentarnya!!





Mahadewa

Kekacauan yang sudah ku prediksi ini mulai terjadi sekarang, padahal aku berharap kekacauan ini terjadi nanti saja. Namun aku tidak bisa mencegahnya padahal di satu sisi aku sedang sibuk kampanye di pemilihan umum walikota dan wakil walikota Jakarta Utara. Aku tidak mengerti bagaimana Fani bisa tahu secepat ini perihal kehamilan Serena, tapi seorang ibu nyatanya memiliki intuisi yang cukup tajam saat anaknya berbohong sehingga mudah saja Estefania mengetahui kehamilan Serena.

"Mahadewa kau rasa sebaiknya kamu gak usah ikut campur masalahku sama Serena. Dia anakku dan aku yang melahirkannya jadi berhentilah bersikap sok pahlawan!!" Ujarnya tampak emosional.

Setelah mengantar Serena ke kamarnya, aku saat ini sedang menghadapi Estefania yang sedang marah. Kekecewaan yang besar terlihat di matanya karena anak semata wayangnya tidak bisa membuat dia bangga malah membuat Fani merasa kecewa yang amat dalam. Meski begitu keinginan Fani untuk membunuh anakku yang ada dalam perut Serena tidak bisa ku biarkan begitu saja. Sudah lama aku menginginkan seorang anak dan gila sekali kalau aku membiarkan Serena menggugurkan kandungannya!

"Aku suamimu Estefania dan sudah sepantasnya membimbing dan memberi tahu jika kamu menuju jalan yang salah, ayolah redakan emosimu itu dan kita hadapi ini dengan kepala dingin!!" Balasku membujuknya.

"Karena kamu gak pernah merasakan bagaimana sakitnya melahirkan dan bagaimana sakitnya dikecewakan oleh anakmu sendiri!!" Ucap Fani frustasi.

"Tenangkan dirimu sayang.... ayo kita ke kamar untuk beristirahat..."

Aku berusaha merayu Fani dengan memeluknya namun berakhir gagal. Fani menepis pelukanku dan dia masuk ke kamar duluan dengan langkah yang cepat bahkan menutup pintu dengan kasar. Aku yakin sebelumnya tidak pernah melihat Fani semarah ini dan ini semua dipicu karena Serena yang hamil, bahkan tampaknya Fani tentu saja tidak akan pernah setuju Serena hamil. aku harus melakukan sesuatu agar Serena tetap aman karena tampaknya Fani akan melakukan segala cara agar menggugurkan kandungan Serena.



..........................





Esoknya aku menemui ibuku dan meminta saran apa yang harus ku lakukan untuk mengatasi semua masalah pelik ini. Tentu saja saat datang ibu memukulku dan menjewer telingaku seperti anak kecil saja. Padahal usiaku sudah 39 tahun tapi tampaknya di mata dirinya aku hanyalah anak ingusan yang harus dihukum. Memalukan sekali sikap ibuku ini beruntung para maid tidak melihat!

"Bawa gadis itu kesini Mahadewa.. mami gak akan pernah membiarkan Estefania melukai turunan keluarga Sastamijaya..." ucapnya berapi-api.

Setelah aku menceritakan kejadian kemarin pada ibuku tampaknya beliau marah besar. Apalagi ibuku sangat mengharapkan kehadiran seorang cucu dan berita ini malah membuatnya merasa bahagia. Belum lagi ibuku sudah nenek-nenek tentu saja beliau semakin kesepian di usianya yang tua.

"Bukannya Fani akan semakin curiga jika tahu anaknya hilang?" Tanyaku heran.

"Lalu kamu akan membiarkan istrimu menggugurkan kandungan gadis itu?"

"Tentu saja tidak mami...." balasku pasrah.

"Dasar anak nakal!! Kamu ini sudah tua tetap aja bikin mami pusing!" Ibuku kembali marah-marah dan memukulku.

Meski judes dan pemarah nyatanya ibu tetap berada di pihakku dan memintaku untuk segera mengamankan Serena. Namun aku tidak mau tergesa-gesa dan ingin semuanya berjalan dengan pelan tapi pasti. Aku sudah bertekad akan segera menikahi Serena tanpa sepengetahuan Stefani, meskipun ini terkesan gila dan nekat tapi aku tidak peduli.

Step FatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang