15 - You can't go anywhere

3.9K 70 7
                                    

Ayo yang belum vote ditunggu ya!





Mahadewa

Padahal suasana sudah sangat mendukung dan sebentar lagi kami akan saling menyentuh satu sama lain. Tapi tiba-tiba Fani memanggil Serena begitu saja dan membuat kami panik. Bagaimana bisa dia pulang cepat hari ini padahal biasanya Fani selalu pulang malam, hm.. jelas keinginanku hari ini tidak akan terwujud.

Bagian tubuhku yang paling gagah tak bisa diajak kompromi dan sungguh menyulitkan karena resleting celanaku menjadi macet. Dengan sekuat tenaga aku menenangkan diri dan mengatasi nafsuku hingga akhirnya aku bisa lagi memakai celana bahanku. Gila! Ini sungguh gila namun beruntungnya kami tidak ketahuan oleh Fani.

Di lantai bawah aku mendengar Serena dimarahi ibunya karena tidak pulang malam tadi. Bahkan uang jajannya akan dipotong.. dalam hati aku tertawa karena ini semua ulahku sendiri. Ah, aku jadi kasihan pada Serena... sebut saja aku egois memang kenyataannya seperti itu kok!

Setelah dia dimarahi, Serena kembali ke lantai atas dan hendak masuk kamar. Kulihat dia tampak kesal dan tidak meladeni godaanku bahkan segera menutup pintu kamarnya. Memang paling benar membiarkan gadis itu sendirian sampai amarahnya reda. Dia hanya seorang remaja dan sialnya aku begitu menyukainya sampai otakku tak bisa lagi berpikir dengan benar.

Karena aku penasaran tentu saja aku mendatangi Stefani di kamar kami. Kulihat dia masih sibuk dengan ponselnya meski aku ada didepannya. Aku lelah dengan semua sikap Fani yang selalu saja mengabaikanku, dimana lagi dia bisa mendapatkan suami sesabar aku yang bahkan tak pernah menuntutnya untuk melayaniku.

"Fani.. tumben banget kamu pulang sore?" Tanyaku mencoba bersikap lembut.

"Aku harus segera pulang kalau tidak Serena akan bersikap semaunya lagi" ucapnya lelah.

"Kamu terlalu protektif sayang.. Serena sudah 18 tahun remember? And she has American blood" balasku heran.

"She has mother from Asian Dewa! Dan aku gak mau dia terlibat pergaulan yang tidak sesuai norma timur"

"Oke fine... istirahatlah kamu pasti lelah kan?" Aku memutuskan mengalah sebelum kami ribut dan perang dingin.

Esok harinya kulihat Stefani membuat bekal untuk Serena dan mengantarnya ke universitas. Aku hanya menaikkan alis keheranan, ternyata Stefani cukup protektif pada Serena. Ku pikir dia ibu yang tidak menyayangi Serena karena selama ini Fani hanya merawat Serena dengan uang.

Karena kami akan berangkat dengan mobil masing-masing, aku berpamitan pada Stefani sambil mencium dahinya. Kegiatan kami di pagi hari memang seperti ini... entahlah rasanya pernikahanku dengan Fani tak sehangat dulu tapi aku tak mau memikirkannya.

Sesaat sampai kantor lagi-lagi aku dihadapkan dengan rapat DPR yang tidak berkesudahan. Pantas saja banyak wakil rakyat yang tidur karena rapat ini sangat panjang dan membosankan. Aku tahu tugas DPR memang fokus dalam perancangan undang-undang namun ada kalanya kami pun merasa lelah dan bosan dengan ritme yang sama setiap harinya. Sehingga tak heran banyak wakil rakyat yang jatuh tertidur saat rapat berlangsung. Apalagi dengan perut yang kenyang siapa pula yang tak mengantuk?

Untungnya rapat hari ini memakan waktu 4 jam saja kalau tidak bisa-bisa aku jatuh tertidur. Tentu saja seorang Mahadewa tidak akan menurunkan levelnya sebagai wakil rakyat dengan ikut-ikutan tidur seperti yang lainnya. Itu akan membuat harga diriku terluka!

Saat aku kembali ke kantor ternyata bu Maharani sudah menghadangku di pintu masuk. Aku tidak tahu apa yang wanita inginkan yang jelas aku merasa muak dengan tingkahnya sebagai ketua. Dia terlalu nyaman di kursi ketua padahal ku harap ada orang lain yang bisa menggantikannya.

Step FatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang