"Jin. Kamu beneran tidur sini? Astaga."
"Iya. Sorry ya aku jadi numpang tidur di kedai."
"Its okay buat aku. Tapi Jin, apa gak mending kamu bicarain masalah ini baik-baik sama Jungkook? Kasihan pasti dia kepikiran karena kamu gak pulang semalaman."
Pagi ini Yoongi benar-benar terkejut saat mendapati Seokjin tidur di kamar pegawai. Sebuah kamar yang memang di sediakan untuk para pegawai beristirahat saat jam makan siang ataupun jeda makan malam.
Min Yoongi. Pria berkulit pucat yang menjadi satu-satunya sahabat Seokjin sejak masih duduk di bangku SMP. Ia juga mengetahui seluk-beluk kehidupan Seokjin bersama Jungkook selama ini. Beruntung Yoongi terlahir di lingkungan keluarga yang berkecukupan. Bahkan kedai yang saat ini dikelolanya pun adalah salah satu permintaan Yoongi kepada orang tuanya agar diberi modal yang cukup untuk membangun sebuah kedai dimana Seokjin lah yang menjadi salah satu karyawan tetapnya. Seokjin sudah sangat dikenal oleh keluarga Yoongi. Tak ayal ketika anak semata wayang keluarga Min memilih untuk membuka usaha sendiri dan mengelolanya bersama Seokjin, orang tua dari Yoongi pun langsung mengiyakan permintaan tersebut.
"Aku belum bisa ketemu sama Jungkook, Yoon. Aku takut nanti egoku semakin menjadi-jadi dan aku gak bisa ngontrol emosiku. Untuk sementara waktu aku mau tenangin diri dulu. Atau mungkin keberadaan aku disini bakal ganggu pekerjaan karyawan lain? Kalau iya aku bisa sewa kontrakan harian. Karena aku gak akan pulang untuk beberapa hari ini."
"Ngomong apa sih kamu? Mau tinggal selamanya di rumahku pun bakal aku ijinin. Ya cuma aku kasihan aja sama Jungkook kalau kamunya malah ngilang kayak gini. Gak bisa bayangin gimana khawatirnya dia. Tuh buktinya ponsel kamu gak berhenti dering dari tadi."
Memang benar. Ponsel Seokjin tak berhenti berdering sejak semalam. Setelah peristiwa menegangkan yang terjadi dan Jungkook mengunci diri di dalam kamar, tak lama kemudian Jungkook mendengar langkah kaki dan suara pintu terbuka, lalu bunyi klik terdengar menandakan bahwa pintu pasti dikunci dari luar. Segera Jungkook menyusul langkah kaki tersebut dan ia sudah tak mendapati keberadaan Seokjin dimanapun.
Tapi Jungkook bukanlah Seokjin. Ia tak punya pemikiran ataupun ego yang tinggi seperti Seokjin. Jungkook juga tak suka ditinggalkan. Terutama sang kekasih pergi sebelum masalah yang menimpa keduanya terselesaikan.
Jungkook mencoba menghubungi ponsel kekasihnya namun tak pernah ada jawaban. Bahkan pesan singkat darinya hanya dibaca tanpa mendapat balasan sedikitpun. Semalaman penuh ia hanya bisa menangis dengan perut kosong. Ia juga tertidur di atas ranjang Seokjin dengan memeluk erat selimut hangat yang masih menyisakan aroma tubuh si empunya. Jungkook teramat lemas tak bertenaga. Ingin rasanya ia beristirahat lebih lama dan ketika terbangun nanti, ia berharap Seokjin ada di sampingnya.
Namun itu semua hanya harapan. Saat pagi menjelang, Jungkook masih tak mendapati sosok yang setiap pagi sibuk di dapur sendirian menyiapkan sarapan untuk Jungkook agar tak terlalu banyak jajan ketika di kampus. membawakan bekal serta memastikan pakaian Jungkook tersetrika rapi. Bukan Seokjin pelit dan tak ingin memberi uang saku lebih pada Jungkook. Hanya saja, sejak kecil ia mengajarkan untuk hidup sederhana. Nyatanya sampai saat ini, pelajaran itu sangat berarti bukan?
"Biarin aja dulu. Nanti kalau aku udah agak tenang, aku bakal balas kok."
"Tapi seenggaknya kasih kabar dia kalau kamu tidur disini Jin. Biar dia gak cemas."
"Iya Yoon."
Pria berkulit pucat itupun tersenyum tipis, menganggukkan kepalanya dan berlalu pergi membiarkan Seokjin istirahat terlebih dahulu sebab kedai baru akan dibuka satu jam lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With You ✅️
JugendliteraturKisah manis dua anak yatim piatu penghuni panti asuhan yang saling jatuh cinta. Berawal dari Seokjin yang menemukan Jungkook kecil tengah menangis sendirian di taman dekat panti asuhan tempatnya tinggal. Lalu ia membawa bocah kelinci itu pulang dan...