Mata hitam nan bulat itu, aku menatapnya. Sebuah galaksi yang dipenuhi bintang, bersinar menyombongkan berbagai warna yang bahkan mampu menerangi gelapnya bulan yang tengah kesepian. Aku tak tau, apa itu cinta atau hanya kekaguman semata. Tapi ketika aku mulai beranjak dewasa, aku menyadari satu hal yang tak pernah berubah dalam diriku. Bagaimana ketika aku menatap sepasang mata seorang yang kini telah meninggalkan usia remajanya. Begitu memabukkan hingga aku tak kuasa menahan gerakan ribuan kupu-kupu yang bersarang di tubuhku.
Aku.. Kim Seokjin..
Aku bersumpah di hadapan Tuhan bahwa seluruh jiwa dan ragaku, hanya akan kuberikan untuk kelinci manisku. Kelinci kecil yang dulu pernah merubah kehidupan gelapku menjadi penuh warna dan banyak cerita. Dengan restu yang Tuhan berikan pula, aku berjanji untuk tak akan pernah sedikitpun membuat kelinci itu tersesat, merana, bersusah payah untuk suatu hal dan juga menangis sendirian.
Galaksiku, kelinci kecil manisku, Kim Jungkookku..
(Kenapa Kim Jungkook? Karena semua anak panti memiliki marga yang sama. Tenang. Mereka belum menikah. Kalau menikah, nanti author undang kalian.)
___
Jungkook pov
"Kok gelap? Bukannya tadi kak Seokjin libur ya?"
Sepulang bekerja di hari Minggu ini, aku membawa beberapa makanan untuk kusantap bersama kekasihku. Aku tak sabar melihat bagaimana wajah riang kak Seokjin saat mengetahui aku membawa irisan perut babi kesukaannya. Tapi kalau nanti dia bertanya dari mana aku mendapatkan ini? Aku harus jawab apa ya? Hmmm... Sepertinya aku harus menggunakan nama Jimin nanti.
Aku mengambil kunci rumah dalam saku untuk membuka pintu. Kupikir mungkin sedang tak ada orang karena keadaan rumah yang begitu gelap. Namun ketika batang kunci kuputar, nyatanya benda ini tak berlaku. Pintu terbuka tanpa kepayahan.
"Loh, gak dikunci?"
Aku masuk perlahan. Sedikit takut memang. Bagaimana kalau ada maling? Sebab kakak tak pernah mengajarkanku meninggalkan rumah dengan keadaan gelap gulita sepeti ini. Aku meraih sapu lantai yang terletak di belakang pintu untuk berjaga-jaga untuk kujadikan senjata jika ada orang jahat masuk ke dalam rumah.
Saat aku tiba di ruang tengah, aku sangat bersyukur sebab aku melihat ada cahaya dan kak Seokjin tengah duduk melamun di atas kursi kebanggaannya.
"Kak. Kok gelap-gelapan?"
Aku berjalan menuju saklar dan menekan tombol on pada dinding. Seketika seluruh ruangan menjadi terang.
"Darimana?"
Belum sempat aku meletakkan bawaanku di atas meja makan, pria tampanku bertanya dengan nada suara yang amat dingin kudengar.
"Kerja kelompok kak. Kan Kookie udah pamit. Oh iya, kakak pasti belum makan. Bentar ya, Kookie siapin makan malam dulu. Kookie bawa makanan kesukaan kakak."
"Kemari Jungkook!"
Deg....
Jungkook (?) Selama hidupku aku tak pernah mendengar kakak memanggilku dengan nama itu kecuali saat ia datang dan menemui wali kelas saat mengambil rapor di sekolahku.
Aku tak menjawab namun dengan segera aku mengikuti perintahnya. Aku duduk di kursi samping meja kecil yang menjadi penghalang antara kursi kami berdua. Dan disaat itu, mataku seketika terbelalak. Aku tersadar ada sesuatu di atas meja yang membuat jantungku seakan berhenti berdegup. Kini rasa takut menggerayangi seluruh tubuhku. Bahkan kaki yang tak menjadi penopang, terasa lunglai. Aku seperti tak bertulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With You ✅️
Genç KurguKisah manis dua anak yatim piatu penghuni panti asuhan yang saling jatuh cinta. Berawal dari Seokjin yang menemukan Jungkook kecil tengah menangis sendirian di taman dekat panti asuhan tempatnya tinggal. Lalu ia membawa bocah kelinci itu pulang dan...