Selepas menghadiri acara sabahatnya, Jungkook meminta pada Seokjin untuk langsung pulang saja. Padahal rencana awal adalah menghabiskan malam dengan menonton film terbaru di bioksop dekat tempat tinggal mereka. Selama di acara tadi pun, kelinci manis Seokjin ini terlihat tak begitu bersemangat. Meski sering kali calon mempelai mengajaknya berinteraksi, namun tak membuat Jungkook kembali pada suasana hati yang baik. Lalu saat ditanyai mengapa, pasti jawabnya tidak apa-apa.
Awalnya Seokjin tak begitu khawatir sebab memang dari awal suasana hati Jungkook memang sedang buruk. Tapi setelah acara selesai dan sempat berbincang sebentar dengan Yoongi, akhirnya ia tau penyebab pasti mengapa Jungkook jadi seperti itu. Perbincangan Jungkook dengan Jimin tak hanya sampai dimana mereka membicarakan perihal keuangan Jungkook, melainkan sampai pada tahap mengapa Seokjin masih tak mau menaikkan hubungan mereka ke satu tingkat yang lebih baik.
"Sayang, beneran ini gak jadi nonton?"
"Hmm."
Jungkook masih setia bersandar pada bahu bidang sang kekasih. Dipesankan taksi tak mau, naik kendaraan umum pun tak mau. Katanya mau digendong saja. Tapi kalau nanti kakaknya sudah capai, bolehlah jika ingin naik bus.
Namun siapa Seokjin tentu kalian tak lupa bukan? Pekerja keras yang tak kenal lelah. Menggendong Jungkook dengan jarak puluhan kilometer bukanlah hambatan untuknya asal kelinci itu kembali ceria.
"Sayang."
"Iya kak." Jungkook menjawab dengan malas.
"Maaf."
"Ha?"
"Maaf karena belum bisa turutin kemauan kamu. Maaf karena belum siap buat nikahin kamu."
Jungkook terkejut bukan main saat mendengar kekasihnya berbicara seperti itu. Ya, Jungkook sih juga tak terlalu ingin memaksa. Tapi jauh di dalam lubuk hatinya ia sungguh ingin cepat-cepat menikah. Egois memang. Tapi baginya, rasa takut akan kehilangan Seokjin pasti hilang saat ia menikah dengan sang kakak nanti.
"Kok diam? Kakak tau suasana hati kamu memburuk karena kamu kecewa kan sama kakak setelah berbincang dengan Jimin tadi? Tunggu sebentar lagi ya Kookie. Uang kakak belum terkumpul cukup banyak buat kasih kamu pernikahan yang selama ini kamu impikan.
"Maksudnya?"
"Sejak kecil kamu selalu cerita kalau besar nanti kamu ingin jadi mempelai dan menikah di tempat yang indah. Akan ada banyak pasang mata yang menyaksikan hari kebahagiaan kamu. Juga kamu akan jadi satu-satunya pihak mempelai yang dikagumi banyak orang. Begitukan?"
"Astaga kak!"
Jungkook bergerak gusar di belakang tubuh Seokjin, mengisyaratkan untuk turun dari gendongan yang tertua.
"Itu kan cuma impian anak-anak. Bahkan kakak sendiri tau kan kalau aku gak suka jadi perhatian banyak orang kecuali emang karena kerjaan?"
Kini yang di tatap pun bergidik ngeri. Kenapa aura Jungkook tiba-tiba mendominasi Seokjin?
"Kak. Pernikahan itu sakral. Bukan bagaimana meriahnya pesta yang kita buat tapi bagaimana hati kita bisa bersungguh-sungguh saat mengucapkan janji suci dihadapan Tuhan dengan penuh khidmat. Pernikahan bukan hanya untuk pasangan kita tapi juga untuk Tuhan. Harusnya kakak tau itu."
Benar juga. Perkataan bayi kelinci ini tak salah. Kenapa jadinya Seokjin yang terlihat tak dewasa? Bukan, itu semua hanya karena rasa tanggung jawab Seokjin untuk selalu ingin memenuhi apapun yang kekasihnya impikan.
"Kalau kakak menunda hal baik seperti itu hanya karena belum ada kesiapan secara materi, jujur saja Kookie kecewa. Karena yang Kookie inginkan hanya sah di mata Tuhan bukan di mata dunia. Kookie udah cukup hanya dengan punya kakak. Apa kakak masih belum ngerti juga?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With You ✅️
Teen FictionKisah manis dua anak yatim piatu penghuni panti asuhan yang saling jatuh cinta. Berawal dari Seokjin yang menemukan Jungkook kecil tengah menangis sendirian di taman dekat panti asuhan tempatnya tinggal. Lalu ia membawa bocah kelinci itu pulang dan...