"Kak Seokjin ya? Kakaknya Kookie?"
"Iya. Ini Jimin?"
Jimin mematai setiap bagian pahatan wajah bak dewa Yunani. Indah sekali. Sungguh tak pernah menyangka jika Jungkook mempunyai kakak setampan ini. Jika dilihat lebih teliti, wajahnya hampir mirip dengan Jungkook.
"Halo."
Seokjin melambaikan tangan tepat di depan wajah lawan bicaranya sebab sedari tadi sahabat adiknya ini terlihat bengong sambil menatapnya.
"E-eh i-iya kak. Gi-gimana?"
"Ini Jimin kan? Temannya Kookie."
"I-iya ini Jimin."
"Gimana keadaan Kookie?"
"Mmmm, masih diperiksa sama dokter."
"Kamu bisa ceritain gimana kejadian sebenarnya?"
Jimin, lelaki mungil setinggi bahu Seokjinpun mengangguk antusias. Ia mengikuti langkah Seokjin yang mempersilahkannya duduk di deretan bangku ruang tunggu pasien IGD. Jimin menceritakan bagaimana ia mendapati Jungkook yang pingsan seorang diri di dalam rumah dengan keadaan basah kuyup dan pecahan beling yang berserakan. Seokjin mendengarkan dengan seksama dan tentu saja penjelasan Jimin semakin membuatnya khawatir.
"Aku berterimakasih sama kamu karena kamu udah mau nolongin Kookie. Kookie sering cerita soal kamu Jimin. Terimakasih juga udah mau berteman sama dia."
"Kak Seokjin apaan sih? Kookie tuh anak yang baik. Mana gemesin lagi mukanya. Orang-orang aja yang bodoh pada gak mau temenan sama Kookie."
Seokjin tertawa ringan. Sungguh, Jimin ini orang yang welcome dan easy going. Enak diajak ngobrol dan suka sekali bercanda. Cara bicaranya juga menggemaskan. Sesaat, Seokjin melupakan kalut dihatinya.
"Oh iya kak. Mmm maaf kalau pertanyaan Jimin terkesan terlalu menyinggung dan ikut campur. Tapi, kalian ini cuma tinggal berdua? Gak sama orang tua?"
"Maaf?"
"E-eh maaf, aduh lancang mulutku nih ih."
Jimin menepuk pelan mulut lancangnya.
"Hei, jangan dipukul gitu mulutnya. Maaf maksud aku tadi, Kookie gak pernah cerita soal keluar kami?"
"Mm enggak. Dia cuma nyeritain kakak terus. Mau main sama kakak. Mau makan bareng kakak. Mau ini itu sama kakak. Ya pokoknya semua-muanya soal kak Seokjin."
Mendengar penuturan Jimin membuat Seokjin semakin merasa bersalah. Seokjin pikir selama ini Jungkook adalah anak yang periang di luaran sana. Sebab jika di rumah, ia anak yang sangat aktif dan banyak bicara. Tapi ternyata Jungkook hanya melakukan itu padanya.
"Kamu temenan sama Kookie dari SMA?"
"Aku satu sekolah dari SMP, cuma pas SMP kita masih yang saling sapa aja gitu. Terus pas SMA dikasih satu kelas udah deh, Kookie jadi satu-satunya temen Jimin."
"Oh. Kalau soal pertanyaan kamu tadi, lebih baik kamu tanya sendiri ke Kookie ya. Takutnya nanti aku ada salah cerita yang sebenernya gak pengen Kookie ceritain ke orang lain malah aku ceritain."
"Gitu ya. Okedeh. Lagian gak penting juga sih asal kalian sehat berdua hehe. Aku cuma khawatir aja kalau kak Seokjin gak di rumah terus kejadian Kookie kayak tadi."
Seokjin menangguk ringan. Bersamaan dengan itu, seorang dokter dengan jas putih kebanggaannya keluar dari ruang pemeriksaan.
"Dengan keluarga Kim Jungkook?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With You ✅️
Fiksi RemajaKisah manis dua anak yatim piatu penghuni panti asuhan yang saling jatuh cinta. Berawal dari Seokjin yang menemukan Jungkook kecil tengah menangis sendirian di taman dekat panti asuhan tempatnya tinggal. Lalu ia membawa bocah kelinci itu pulang dan...