🖤🖤🖤🖤

579 76 51
                                    



Slight 🔞




Suara bantingan pintu yang begitu keras tampak mengusik Jungkook yang sempat terlelap. Dengan mata yang sembab karena tangisan yang tak pernah henti sedari pagi, Jungkook mencoba bangun dari tidurnya namun urung, sebab sebuah lengan dimana vein tercetak jelas disana tengah sibuk memeluknya dari belakang. Mengusap lembut pada perut besarnya serta memberi kecupan kupu-kupu pada tengkuknya.

Seokjin tiba di rumah jauh melebihi waktu yang seharusnya ia habiskan di luar sana. Ini masih siang bukan?Sedangkan kini sang istri sendiri merasa cemas sebab yang ia rasakan adalalah tubuh yang tengah mendekapanya, bergetar hebat. Tak hanya itu, suhu tubuh suaminya pun terasa begitu panas. Apa Seokjin tengah demam?

"Kakak."

Jungkook memutar tubuhnya dengan kesusahan. Ia mendapati wajah Seokjin-nya tengah dirundung gelisah. Sementara Seokjin yang ditatap seperti itu oleh sang istri, tidak dapat lagi menahan perasaan emosionalnya. Dengan pasti, Seokjin mengikis jarak dan menyambar bibir tipis milik sang istri.

"Mmhh, mmpphhh. "

Jungkook meronta. Pasti! Seokjin melakukannya dengan kasar dan membuat Jungkook kesakitan juga kesulitan untuk bernapas. Namun Seokjin tak menghiraukan rintihan Jungkook. Ia hanya ingin melampiaskan kemarahannya saat ini. Ingin menghilanglan bekas 'perempuan' yang berani mencumbunya tadi.

Tak puas hanya dengan menciun bibir, kini Seokjin beralih mengukung Jungkook. Berada diatasnya dan membaringkan tubuh Jungkook sedikit kasar sebab yang bersangkutan mencoba menolak.

"Ah, kakak. Sakit. "

Jungkook menangis, entah mengapa ia begitu takut. Ini bukan suaminya, bukan Seokjin yang ia kenal.

Meski begitu, Seokjin tak ingin berhenti begitu saja. Bahkan saat ini tangannya dengan cekatan meraba seluruh inci bagian tubuh Jungkook. Mencium, menjilat dan menggigitinya hingga menimbulkan bekas keunguan yang diyakini tak akan hilang dalam beberapa hari kedepan.

"Kakak stop! Hikss. Kookie gak mau kak stop!"

"Kenapa? Bukannya hak-ku mendapatkan ini semua dari kamu Kook?"

"Tidak kak, tolong hikss. Kookie takut jangan!"

Masih mengabaikan rengekan istrinya, kini Seokjin beralih menuju kemeja tipis yang Jungkook gunakan. Karena penolakan yang terjadi terus menerus, dengan terpaksa Seokjin merobek pakaian Jungkook sebab ia kesulitan jika harus membuka satu-persatu kancing kemeja tersebut.




Lalu dengan satu kali hentakan, Seokjin melesakkan 'kejantanannya' ke dalam lubang kenikmatan milik Jungkook.




"Ahhh, mmmhh kak jangan!"

Penolakan masih terjadi secara terus-menerus. Bagaimana Jungkook bisa menggambarkan perasaannya saat ini? Ia memang rindu dan sangat menginginkan Seokjin dalam tubuhnya, namun bukan seperti ini yang ia mau. Ini jelas melukainya dan juga bayi yang dikandungnya.

Dengan sisa tenaga yang Jungkook miliki, ia meronta dan mencoba lepas dari kungkungan sang suami tapi apalah daya, tubuhnya terlalu lemah.

Masih juga belum puas dengan satu gaya intim, kini Seokjin membalikkan tubuh Jungkook. Bayangkan saja! Dengan perut sebesar itu, ia dipaksa menungging dan tanpa permisi Seokjin langsung melesakkan penisnya sekali lagi. Menghantam dengan kasar, mengerjai lubang Jungkook tanpa ampun.

"Kakak tolong! Berhenti!" Tak ada alunan desah yang indah seperti yang biasa Seokjin dengar, hanya tangisan.

"Tolong kak, kasihan adek. Tolong berhenti kak ~ hiks!"





Stay With You ✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang